Fenomena pinjaman online (pinjol) dan paylater meningkat saat Ramadan, hal ini terjadi bukan hanya karena kebutuhan yang meningkat namun juga lesunya ekonomi tahun ini.Â
Tidak hanya tahun ini, di April 2024 menunjukkan peningkatan pinjaman P2P lending sebesar 24.16% YoY, sedangkan untuk paylater meningkat 31.45% YoY.
Selain peningkatan penyaluran dana, tentunya hal ini juga dibarengi dengan potensi meningkatnya gagal bayar. Jika demikian, apakah yang sebenarnya mendorong masyarakat menggunakan pinjol dan paylater saat ramadan? Dan bagaimana menyikapi agar tidak terjebak dalam kebiasaan hutang dan risiko gagal bayar yang tinggi?
Tahun 2025 masih berjalan tiga bulan, namun maraknya pemberitaan PHK dan tutupnya banyak industri menjadi kabar buruk. Kondisi ini menjadi salah faktor melemahnya daya beli, didukung dengan data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan menjelang Ramadan terjadi perlambatan nilai belanja masyarakat yang tidak terjadi di dua tahun sebelumnya.
Baca juga: Normalisasi Say "No" Biar Bukber Gak Bikin Boncos
Tren Peningkatan Pinjaman Selama Ramadan di Indonesia
Selain kondisi ekonomi yang sulit, ekspektasi budaya, tekanan sosial, dan iklan yang agresif dari penyedia pinjol atau paylater mendorong meningkatkan permintaan penyaluran dana. Kebiasaan membeli pakaian baru, membagikan hampers, makanan khas lebaran, liburan yang melebihi kapasitas finansial perlu ditinjau ulang.
Khususnya untuk kalangan ekonomi rendah, platform pinjol dan paylater menjadi solusi karena menawarkan persetujuan mudah dan persyaratan minimal, tentunya menggoda konsumen untuk meminjam tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
Banyak peminjam yang kesulitan melunasi pinjaman mereka akibat suku bunga tinggi dan biaya tersembunyi, alhasil potensi gagal bayar meningkat. Hal ini memperburuk kondisi masyarakat karena menyebabkan stres finansial, tekanan dari penagih utang, dan bahkan masalah hukum.
Siklus utang ini bertentangan dengan esensi Ramadan yang mendorong pengendalian diri, rasa syukur, dan pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab. Namun, apa yang bisa dilakukan saat kondisi ekonomi sedang sulit hari ini?
Baca juga:Â Bahagia Tanpa Memiliki Apapun, Mungkinkah? Sebuah Ide dari World Economic Forum di 2030
Mode Bertahan di Sulitnya Ekonomi 2025
'Uang 2M di tangan orang miskin, tidak akan menjadikannya kaya. Hanya menjadi orang yang pernah memegang uang 2M' - Theo.