Mohon tunggu...
Wiwi Fauziah
Wiwi Fauziah Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

TNG/MLG | 💄 Beauty Blogger | 🧕🏻 Muslimah Fashion | owner @wimi_store | Qur’an and Tafsir Science

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berpikir Kritis agar Menjadi Estetis

26 Agustus 2017   21:54 Diperbarui: 27 Agustus 2017   11:29 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

  • Sejak duduk dibangku sekolah dasar kita semua sudah mengenal pelajaran PPKN atau PKN yang mebahas tentang kewarganegaraan. Bahkan saat kita sudah meng-upgrade status dari siswa menjadi mahasiswa pun kita tetap saja bertemu dengan pelajaran tersebut meskipun dalam pembahasannya yang pastinya lebih kompleks. Mungkin tak sedikit dari kita bertanya mengapa masih bertemu dengan pelajaran tersebut ? Jawabannya ternyata sangat penting apabila kita semua menyadarinya. Karena hal tersebut berpengaruh terhadap kita sebagai generasi penerus bangsa dalam mengamati hal apa saja yang terjadi di negara kita, bahkan secara tidak langsung menumbuhkan pemikiran yang kritis saat melihat masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh negara tercinta ini. Dengan demikian, rasa cinta tanah air akan tumbuh di dalam diri kita, rasa bernegara, rasa bela negara dan lain sebagainya sebagai tanda peduli terhadap pembangunan negara dalam segi apapun.

Kembali lagi saat kita mempelajari PPKN saat masa-masa sekolah. Saya sebagai penulis terkadang merasa bingung dengan isi materi dalam pelajaran berbeda jauh dengan kenyataan pada saat ini. Penulis merasa bahwa isi materi dalam buku itu hanyalah sebuah cita-cita negara yang tak mudah untuk dicapai. Begitu indah sekali rangkaian-rangkaian kata yang membentuk sebuah paragraf-paragraf yang saling bersinergis. Contohnya sub bab mengenai Indonesia sebagai Negara Demokrasi. Masih ingatkah kalian mengenai hakekat demokrasi yang dicetuskan oleh Abraham Lincoln yaitu, "government of the people, by the people and for the people"artinya "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Pernahkah kalian berpikir bahwa ada sesuatu yang janggal dalam kalimat tersebut. Ya, pada kata-kata terakhir yaitu, untuk rakyat. Hingga saat ini apakah kalian sudah merasakan kedemokrasian negara secara seutuhnya. Memang benar semuanya kembali lagi kepada rakyat, namun makna dari kata rakyat tersebut adalah tidak seutuhnya rakyat dari Sabang sampai Merauke merasakannya. Semuanya kembali lagi kepada orang-orang yang sudah diberikan amanah oleh rakyat banyak untuk menjadi perwakilan setiap daerahnya. 

"government of the people, by the people and for (some) people"

Melihat sub bab yang lainnya mengenai tugas-tugas para pemerintah negara, ketetapan-ketetapan yang dibuat bahkan pasal-pasal yang telah dibuat dalam undang-undang masih sulit untuk dipertanggung jawabkan. Semua para pelajar dalam tingkatan apapun telah mempelajari bagaimana tugas-tugas para pemerintah negara, bagaimana tugas-tugas MRP, DPR, DPD dan lain sebagainya. Tetapi, apakah mereka lupa dengan tugas-tugas mereka masing-masing sehingga masih saja terdengar pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat negara ? Apakah seorang pelajar diwajibkan mempelajari tugas-tugas para pemerintah negara sedangkan mereka melupakan tugas-tugas mereka sendiri ? Bahkan penegak hukum pun tidak dapat menjelaskan keadilan yang sebenarnya. Dimanakah titik negara Indonesia sebagai negara hukum ?. Hukum yang dibuat terus menjadi jebakan tersendiri bagi mereka semua. Rakyat minoritas hanya mampu menjadi penonton setia kejadian liku-liku yang dilakukan oleh para pejabat. Bagaimana masyarakat menyalurkan pendapat dan pemikiran mereka sedangkan yang menjadi perwakilan mereka sudah lupa akan janji dan tugasnya. Yang kaya semakin berkuasa yang tak punya apa-apa hanya bisa diam tanpa kata. 

Kita semua pernah mengalami masa-masa indah sekolah, tak terkecuali para pejabat negara pun pasti pernah belajar mengenai bela negara. Mungkin kami sebagai rakyat biasa tak bisa mengekspresikan secara jelas mengenai bela negara seperti yang dilakukan oleh para pejabat negara. Harusnya mereka lebih tahu perasaan dan yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Mereka memiliki pendidikan yang tinggi daripada masyarakat banyak di luar sana. Harusnya mereka lebih memahami dan memaklumi rakyat-rakyatnya yang sangat membutuhkan keadilan yang sebenarnya baik di mata hukum maupun pemerintahan. Masalah Nasionalisme yang dihadapi saat ini ternyata tidak hanya diderita oleh masyarakat biasa. Justru para pemerintah negara yang menjadi tolak ukur rasa nasionalisme pun mengalami penyakit yang sama. 

Penulis yakin bahwa kebanyakan para pejabat memiliki tujuan awal yang sama dengan rakyatnya, namun tak bisa dipungkiri sifat murni manusia yang tidak pernah merasa puas serta yang haus akan kekuasaan dapat menggerogoti niat baik mereka. Kurangnya rasa nasionalisme yang konsisten membuat para pejabat terpengaruh akan jumlah nominal yang mereka dapatkan.  Bagi pembaca yang masih menempuh perjalanan pendidikan, penulis berpesan bahwa sebagai generasi yang tak hanya sebagai penerus bangsa bahkan menjadi harapan bangsa marilah kita tingkatkan rasa nasionalisme dalam membela negara. Berpikir kristis, perduli terhadap masalah-masalah yang dihadapi negara. Bukan saatnya lagi kita untuk bersenang-senang dalam kondisi negara seperti ini. Sedikit demi sedikit marilah kita berkontribusi untuk negara kita. Bagi para mahasiswa di seluruh penjuru Indonesia, marilah kita tegakan Sumpah Mahasiswa dalam berkontribusi membangun negara tercinta.

SUMPAH MAHASISWA

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan akan keadilan.

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan.

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan.

Marilah para pemuda bangsa, para mahasiswa yang gandrung akan keadilan. Menuntut keadilan yang seadil-adilnya. Tak ada perbandigan kasta, ras, bahkan jumlah nominal yang dimiliki. Marilah kita hapus penindasan-penindasan yang dilakukan kepada rakyat-rakyat kecil. Membela kebenaran di atas skenario yang dibuat oleh kalangan bangsawan. Tegakan bahasa persatuan yang sebenarnya, bahasa tanpa kebohongan, bahasa yang dipertanggung jawabkan, bukan bahasa janji-janji semata. 

Seorang mahasiswa yang kritis pasti akan langsung tersentuh hati serta pikirannya untuk membenahi tatanan negara yang perlu mengalami perubahan. Karna jika bukan kita sebagai pemuda Indonesia lalu siapa lagi yang akan membenahi tatanan negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun