Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini telah menerbitkan 29 judul buku, 17 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Yang terbaru adalah novel Elang Menoreh: Perjalanan Purwa Kala (terbit 1 November 2018) terbitan Metamind, imprint fiksi dewasa PT Tiga Serangkai.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sinetron Tanpa Mbatin

29 Agustus 2015   08:01 Diperbarui: 29 Agustus 2015   08:01 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Patriot (foto: sinopistentangfilm.blogspot.com)"][/caption]

Saat ngobrolin sinetron, ingatan kita biasanya akan tertuju pada hal-hal absurd seperti serigala mringis, cowok ganteng naksir tukang odong-odong cantik, Raja Pajajaran makan apel washington, atau orang-orang yang pada sibuk ngomong sendiri. Amat jarang kita saksikan sesuatu yang berkarakter khas mirip Si Doel Anak Sekolahan atau Losmen.

Untungnya itu bukannya sama sekali tak ada. Kalau kita sempatkan diri menengok channel Net, yang pekan ini mulai mengudara di Semarang, kita akan terkejut melihat betapa produk-produk sinetron di sana seperti buatan planet lain dibanding yang biasa kita hadapi di RCTI, SCTV, MNCTV, atau Indosiar. Tak hanya beda, namun juga sukses dalam hal menghibur manusia rewel sepertiku.

Tengok dua judul sinetron yang dalam akhir bulan ini bakal mengudara, yaitu Enigma (permiere 29 Agustus) dan Patriot (30/8). Kedua judul itu membawa tema tertentu di luar tema umum sinetron-sinetron kita yang rata-rata mengenai percintaan remaja dan drama rumah tangga. Enigma adalah drama misteri (kemungkinan berjenis police procedural seperti CSI atau NCIS), sedang Patriot bertema militer.

Kehadiran serial sinetron yang mengusung tema berbeda relatif jarang sekali terjadi di Tanah Air. Kebanyakan stasiun TV dan PH hanya mau main aman, tergantung mana tema yang tengah disukai pemirsa. Dan Net terhitung cukup berani, karena selalu menghadirkan sajian sinetron yang melawan arus, baik dari segi tema cerita maupun konsep dan teknik penggarapan.

Yang paling awal menarik perhatianku adalah serial Tetangga Masa Gitu, yang tayang Senin-Jumat tiap pukul 19.00 WIB. Serial ini mengisahkan suka duka pasangan Adi (Dwi Sasono) dan Angel (Sophia Latjuba) yang bertetangga dengan suami-istri muda remaja Bastian (Deva Mahenra) dan Bintang (Chelsea Islan).

TMG berjenis komsit (komedi situasi, bukan “sitkom”; situasi komedi??) 30 menitan seperti Friends atau Seinfeld di Hollywood. Tema besarnya adalah perbenturan kultur, antara pasangan yang sudah menikah selama 4.000 hari (Angel & Adi) dan yang baru nikah selama 400-an hari (Bintang & Bastian).

Berikutnya ada Saya Terima Nikahnya, yang mengudara Senin-Jumat juga persis sebelum TMG. Yang ini berkisah soal pasangan newlywed (ada apa antara Net dengan pengantin baru?) Prasta dan Kirana (diperankan Dimas Aditya dan Tika Bravani) yang mengawali masa kebersamaan mereka dengan tinggal di rumah ortu, dalam hal ini orang tua Kirana (diperankan Ray Sahetapy dan Nungki Kusumastuti).

Mirip TMG, STN juga mengulas soal perbedaan kultur antara dua pasangan keluarga old & new. Bedanya, yang ini antara pasangan anak dengan pasangan ortu. Genrenya pun sama, komedi 30 menitan yang dilengkapi laugh track (backsound suara tawa, bukan penonton asli seperti halnya panggung Srimulat). Hanya saja, kalau TMG syutingnya full di studio, STN berlokasi di rumah beneran sehingga sering menghadirkan adegan-adegan outdoor.

Kekuatan utama kedua serial itu berada pada satu hal paling mendasar, yaitu konsep. Meski temanya sama persis, baik TMG maupun STN punya konsep kuat dan sama-sama patuh pada itu. Tak ada elemen yang tiba-tiba dipakai hanya karena “mengikuti kemauan pemirsa”, seperti misalnya Sindrom Hospital (karena adegan melas di RS diketahui menghasilkan rating tinggi, maka ujug-ujug sinetronnya berlokasi di RS mulu—dan pasiennya nggak sembuh-sembuh!).

TMG, misalnya, memang bertujuan untuk “mendidik” pemirsa soal romantika pernikahan, dan bukan sebatas menongolkan kisah melodrama dengan metoda Floating Theme (bagaimana tema nantinya terserah rating aja, tinggal ngikut). Maka dari episode satu ke episode berikutnya, kita akan selalu bertemu dengan gambar besar yang sama, yaitu how to endure and survive marriage.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun