Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini telah menerbitkan 29 judul buku, 17 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Yang terbaru adalah novel Elang Menoreh: Perjalanan Purwa Kala (terbit 1 November 2018) terbitan Metamind, imprint fiksi dewasa PT Tiga Serangkai.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Jettymaika] En Pointe

20 Mei 2016   20:14 Diperbarui: 20 Mei 2016   20:19 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Personal PSU)

En pointe! Yayy...!”

Tentu saja air mataku jatuh. Fara berdiri tegak dengan posisi sempurna, memeragakan pointe technique dengan sempurna, dan dengan binar mata penuh semangat yang sempurna pula.

Sebelah kaki lurus, bertumpu pada ujung jari di dalam pointe shoes. Kedua tangan terangkat ke atas, membentuk bayangan berbentuk mirip kuncup bunga. Dagunya sedikit terangkat ke atas, sebelum kemudian menoleh ke arahku dengan roman muka gembira.

“Gimana? Oke kan?” katanya. “Ini namanya bertahan di ujung pointe, Ma. Dan aku bisa kayak gini selama yang Mama mau. Dua jam? Tiga jam? Empat hari? Hahaha...!”

Aku tertawa, menyeka air yang terus menderas dari kedua sudut mata.

Ya, betul. Dia bisa bertahan dalam posisi itu sampai kapan saja semaunya. Dan dia bisa menari seindah dan semulus ini tadi hingga ia bosan sendiri. Setelah sekian lama, akhirnya tercapai juga keinginan gadis bungsuku yang masih berumur 10 tahun itu, yaitu ingin menari balet dengan penuh kebebasan. Bergerak ke mana pun, seperti apa pun, menuju semua arah yang ia inginkan.

Maka aku pun baru saja menjadi saksi sebuah penampilan yang amat menggetarkan. Jauh lebih indah daripada tarianku sekian puluh tahun lalu saat masih seusianya. Fara memang sangat berbakat, jauh melebihi siapapun di Riviera Classic Ballet School binaanku. Pirouette, glissade, arabesque, echappe, pas de bourre—semua yang pernah kuajarkan, dia lahap dengan sempurna.

Tanpa cacat.

Biasanya, murid hebat terlahir dari guru hebat. Khusus yang ini, tak perlu guru hebat pun, dia sudah hebat dengan sendirinya sejak awal. Dan itu bukan kata-kataku seorang. Semua yang pernah melihat penampilan Fara, dulu, berpendapat serupa.

Waktu itu bahkan beberapa tokoh terkemuka asosiasi pebalet Indonesia mengatakan bahwa Fara akan membawa masa depan baru bagi dunia balet di Indonesia. Bisa saja kelak di tangannya, balet akan menjadi salah satu tontonan seni terkemuka di sini, yang tak saja artistik dan berestetika tinggi, namun juga mampu menghidupi semua yang terlibat di dalamnya.

“Udah, cukup! Nggak perlu sampai dua jam atau empat hari. Setengah menit aja cukup.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun