Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini telah menerbitkan 29 judul buku, 17 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Yang terbaru adalah novel Elang Menoreh: Perjalanan Purwa Kala (terbit 1 November 2018) terbitan Metamind, imprint fiksi dewasa PT Tiga Serangkai.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Video Game dan Fenomena "Been There, Done That!"

24 Oktober 2019   19:53 Diperbarui: 25 Oktober 2019   23:58 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bermain game (Thinkstock/Mikael Damkier) | Kompas.com

Sesungguhnya, adakah manfaat nyata dari jenis permainan berbasis teknologi komputer atau yang biasa kita kenal dengan istilah video game? Apa peran dia dalam peradaban dan sejarah umat manusia ini, selain hanya permainan untuk membuang waktu kosong? Manfaatnya secara ilmiah memang sudah diteliti para psikolog, namun adakah peran yang nyata sebagaimana faedah olah raga bagi kesehatan fisik atau menulis bagi kesehatan mental?

Mengenai soal ini, bahkan para game mania sendiri ---terutama para ABG dan kaum muda--- sepertinya jarang memikirkan secara mendalam. Semua pasti pada sibuk mempertinggi skill dan pencapaian pribadi, siapa tahu bisa terpeleset masuk klub e-sports dan berlaga sebagai gamer profesional. 

Apalagi bagi warga awam game, yang semata mencitrakan jenis hiburan satu ini tak jauh-jauh dari istilah "individualisme" dan "tak seperti permainan zaman dulu yang mengasah rasa sosial".

Sebagaimana hal-hal lain temuan manusia seperti film, musik, sastra, atau kamera CCTV berukuran mikro, tentu video game juga memiliki sisi baik. Hanya saja, terkuaknya sisi baik itu memang relatif perlu waktu, tak semacam yang langsung terasa adem begitu kita minum es dawet dengan cendol, atau seketika langsung ngakak saat nonton satu episode serial Mr. Bean ---meski ini merupakan acara nonton untuk yang keseratus sembilan belas kalinya.

Berdasar pengalaman panjang nge-game amatir (artinya hanya untuk senang-senang saja, bukan untuk bersaing dengan sesama gamer), hal paling utama yang saya dapatkan dari video game adalah kebahagiaan virtual, atau kebahagiaan alam maya. 

(Foto: Ed2Go)
(Foto: Ed2Go)
Elemen ini bisa memainkan peran sangat krusial pada kita yang berkarakter serius, tegang, atau mellow baperan yang membuat hidup (serasa) hanya berisi kesulitan, masalah, dan kedukaan.

Dalam hidup yang muram dan berat, keberadaan kesenangan yang berasal dari jagad escapism sangat menolong. Sayang hal ini biasanya berada pada ranah yang juga suram ---alkohol atau drugs, misalnya--- yang melahirkan adiksi dan ketergantungan. Video game menawarkan pada kita solusi escapism yang tak sesuram itu. Kadang bahkan terang benderang karena alkohol atau narkoba edukatif tidak ada, tapi game edukatif ada, dan banyak.

Karena merupakan bagian dari industri entertainment, maka watak dasar game adalah menghibur. Itu yang paling utama. Mayoritas dari kita bermain game untuk mencari hiburan.  

Namun lebih dari saudara-saudara sepupunya sesama produk entertainment seperti film atau lagu-lagu, video game memiliki keunggulan pada sisi interaktivitasnya. 

Berhubung kita terlibat secara mendalam, maka ada satu unsur yang ada di sini dan tak kita peroleh saat nonton film atau mendengarkan lagu, yaitu efek keberhasilan.

Video game pada dasarnya adalah permainan, mirip monopoli dan ular tangga, atau cabang olah raga semacam bulutangkis atau sepakbola. Ada unsur menang-kalah di situ, yang andai kita berhasil mewujudkannya, diri kemudian akan diliputi kegembiraan yang berupa kebanggaan akan keberhasilan. Dan efek "doping" keberhasilan ini akan berumur cukup lama menjadi suasana hati yang baik. Kita kemudian akan menjadi penuh semangat sepanjang hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun