Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini telah menerbitkan 29 judul buku, 17 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Yang terbaru adalah novel Elang Menoreh: Perjalanan Purwa Kala (terbit 1 November 2018) terbitan Metamind, imprint fiksi dewasa PT Tiga Serangkai.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Gemblongers Series": Jules, Tabrakan, dan Semesta Fiktif

21 Desember 2018   10:39 Diperbarui: 21 Desember 2018   10:52 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Gramedia Pustaka Utama

Dalam seni, inovasi adalah segalanya. Maka saat bikin novel pun---even yang sastra ngepop dan oleh para novelis sastra tinggi pasti dianggap recehan---terobosan baru harus terus digalakkan. Ini terasa jelas dalam serial novel Gemblongers Series, salah satu seri novel bergenre young adult alias YA (dan diedarkan dengan merek yang juga bernama Young Adult) terbitan PT Gramedia Pustaka Utama (GPU) Jakarta.

Apa yang menarik dan baru dari serial ini? Tak lain adalah saling keterikatannya. Ada empat judul di sini, yaitu Ninuk: Angkringan, Jangkrik, dan Cinta yang Bergentayangan karya Retni SB; Diajeng: Camilan, Gembolan, dan Cinta yang Belingsatan (Netty Virgiantini); Alin: Montir, Berondong, dan Teori Kualat (Sophie Maya); serta Mara: Diktator, Eksim, dan Cinta yang Nayal-nayal bikinan saya sendiri.

Secara umum, serial ini berkisah soal empat saudara bersepupu (Ninuk, Diajeng, Alin, dan Mara) yang sama-sama tinggal di Kota Semarang, Jawa Tengah. Di masing-masing buku, mereka menjalani cerita kehidupan (dan asmara) masing-masing. Ninuk dengan usaha angkringannya dan cowok berjuluk Jangkrik, Diajeng yang berkeliling mengedarkan camilan dan akan dilamar dalam usia 19 tahun, Alin yang naksir berondong dan jago sebagai montir, dan Mara yang sok perfect lantas kena batunya saat kena eksim.

Keempat cerita saling terkait karena berlangsung pada latar waktu yang bersamaan (antara Juli hingga Agustus 2018). Dan seperti lumrahnya kerabat yang tinggal sekota, ada kalanya mereka saling bertemu atau berpapasan di jalan---terutama bila memang diagendakan ada jadwal kumpul bersama. Adegan-adegan pertemuan itu, baik yang selintas maupun terjadi dalam jangka waktu lama, muncul dalam keempat buku secara simultan.

Contoh, di novel Mara ada adegan saat pagi hari Mara mendatangi rumah Diajeng untuk mengajak bisnis bareng. Adegan itu muncul pula di novel Diajeng dari sudut pandang Diajeng. Dan di novel Alin ada peristiwa saat Alin membantu Ninuk menolong Jangkrik yang baru saja berkelahi (mereka satu kampus di Undip). Kejadian serupa muncul juga di novel Ninuk dari point of view Ninuk.

Intinya, di tiap judul terdapat adegan-adegan saat sang tokoh utama bertemu dengan ketiga saudara lain. Lalu pada bagian bab penutup, keempatnya muncul bersamaan di warung gemblong langganan mereka. Maka membaca satu judul saja dari serial ini belum cukup. Dengan membaca tiga lainnya, maka saling keterikatan dan kedekatan di antara keempat saudara sepupu itu dapat sungguh-sungguh dirasakan.

Ide kesalingterhubungannya saya ambil dari semesta fiktif MCU (Marvel Cinematic Universe) yang seru itu, terutama dari empat serial MCU di Netflix, Daredevil, Jessica Jones, Luke Cage, dan Iron Fist, yang menyatu dalam serial gabungan The Defenders.

Gemblongers Series terbit pada 2 April 2018 lalu. Sudah agak lama, tapi tak apalah saya kampanyekan berhubung cerita di balik pembuatannya sangat seru dan dramatis. Dan bulan Desember seperti sekarang ini merupakan periode penting penghitungan royalti semester pertama tahun depan, sehingga penjualan harus digenjot, haha...!

Jadi semua berawal pada bulan Maret 2017, saat Netty menghubungi saya untuk mengajak kerja sama menulis novel serial bergenre komedi. Setelah colek sana colek sini, formasi komplet setelah dua pengarang young adult lain yang sangat tenar, yaitu Retni dan Sophie, bergabung.

Diskusi dengan editor penerbit dan penggarapan konsep (termasuk membuat silisah keluarga besar Mara cs.) selesai dengan cepat, juga sinopsis masing-masing. Kendala muncul bulan Mei saat Sophie nyaris tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Saat pulang kantor, sepeda motornya diseruduk truk trailer dan lengan kanannya patah karena terlindas ban truk. Lebih mengerikan karena berdasar olah TKP yang dilakukan polisi, terungkap fakta bahwa ban truk hanya berjarak beberapa sentimeter dari kepala Sophie!

Dengan tangan kanan cedera parah, kami bertiga berpikir proyek Gemblongers mungkin saja batal, karena Semua jadwal yang sudah disepakati dengan penerbit bisa berantakan. Namun keajaiban terjadi. Tak sampai dua bulan, tangan kanan Sophie sembuh dan bisa kembali dipakai mengetik seperti semula. Novel Alin selesai sedikit lebih lambat daripada ketiga saudara sepupunya, yaitu akhir Oktober, namun tetap tak merusak jadwal.

Kisah yang cukup unik juga saya alami sendiri saat menulis Mara. Waktu menulis konsep ceritanya, saya sudah punya gambaran komplet tentang sosok Mara secara detail, lengkap dengan ciri fisik dan gaya dandanannya. Namun entah kenapa, bab-bab awal dari kisah itu tak langsung bisa saya selesaikan dengan segera---ditambah syok yang menyerang saat mendengar berita kecelakaan Sophie.

Dengan konsep sudah matang sejak April, writer's block berlangsung hingga hampir tiga bulan. Lalu, awal Juli 2017, lewat Facebook saya berkenalan dengan seorang penjual buku online. Ia tinggal di Kota Rantau, provinsi Kalimantan Selatan. Namanya Pratiwi Juliani. Ia membuka sebuah toko buku daring bernama Jules Dunn. Begitu melihat foto-fotonya, saya seperti tersengat listrik karena gambaran dirinya benar-benar mirip dengan imajinasi saya soal Mara. Dan saat kenal lebih dekat, bahkan ciri wataknya yang judes, galak, smart, dan high class itu pun cocok pula!

Foto: Dokumentasi pribadi
Foto: Dokumentasi pribadi
Saya jadi paham perasaan seniman-seniman sekaliber Michaelangelo atau Da Vinci soal muse. Satu sosok yang benar-benar menyalakan api inspirasi dan mengubah segalanya. Begitu saya bertemu "Mara" versi dunia nyata, penulisan Mara berlangsung sangat mudah. Total saya hanya perlu sekitar tiga minggu untuk menulisnya. Sebagai penghormatan, nama Jules saya ambil sebagai nama mobil milik Mara. Dan gambar Mara di sampul buku tak lain adalah sosok wajah Pratiwi di salah satu foto. Tentu saya minta izin dia untuk memakai foto itu sebagai bahan desain kover.

 Lebih luar biasa lagi, Pratiwi kemudian melebarkan sayap dari pemilik toko buku menjadi sastrawan. Buku kumpulan cerpennya, Atraksi Lumba-lumba, terbit bulan September 2018 oleh penerbit KPG Jakarta (masih satu grup dengan GPU di Kompas Gramedia). Dan lewat buku itu, ia menjadi salah satu dari lima emerging writers di ajang Ubud Writers & Readers Festival 2018 yang bergengsi itu.

Foto: Dokumentasi pribadi
Foto: Dokumentasi pribadi
Gemblongers Series memang proyek kolaborasi saya yang mengandung pernak-pernik kisah paling menarik, bahkan bisa dijadikan satu novel tersendiri. Oh, ya, pasti ada yang bertanya, gemblongers itu apa? Sedikit petunjuk, gemblong sendiri adalah camilan khas Semarang yang luar biasa lezat. Seperti apa bentuknya? Ada penjelasannya di keempat novel kami.

Tapi jika belum sempat beli dan baca, tinggal cari saja di Google...!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun