Mohon tunggu...
wiwid wadmira
wiwid wadmira Mohon Tunggu... Penulis Konten

Penulis konten yang menyukai jelajah alam dan memotret senja, yang saat ini sedang di masa hibernasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Untuk Semua Guru Di Indonesia

2 Mei 2025   15:10 Diperbarui: 2 Mei 2025   15:10 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

UNTUK SELURUH GURU DI INDONESIA

Tulisan ini dibuat bukan untuk para guru yang memiliki dedikasi tinggi mengajar dan mendidik murid-muridnya dengan penuh ketulusan. Tulisan ini adalah bentuk keresahan saya sebagai orang tua murid yang sering menerima keluhan dan curhatan anak karena banyaknya jam kosong di sekolahnya. Jadi silakan dibaca dan dipahami dengan seksama, semoga tidak menimbulkan banyak kesalahpahaman.

Salah satu anak saya bersekolah di sekolah negeri, menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Kami tinggal di kota besar. Sejak masuk SMP, ia mengeluh sering adanya jam kosong, gonta-ganti jadwal mata pelajaran dan seringnya guru tidak datang ke kelas untuk mengajar dengan berbagai alasan.

Pernah guru tidak masuk ke kelas dengan alasan sedang memperbaiki bel di sekolah yang rusak. Pernah guru tidak datang ke sekolah lalu ditelepon anakku, tidak diangkat dan mengirimkan pesan tidak mau ditelepon, lalu memberikan tugas ala kadarnya, tanpa memberikan alasan. Saat anakku curhat ke wali kelasnya, wali kelasnya bercerita kalau beberapa guru tidak berkenan ditelepon muridnya, meskipun masih di jam kerja belajar mengajar. Anak saya seorang ketua kelas yang harus mencari dan mengingatkan gurunya setiap kali jam pelajaran berganti.

Yang membuat saya gagal paham adalah, kenapa memperbaiki bel sekolah menjadi prioritas, di atas prioritas tugas belajar mengajar di kelas? Bukankah status beliau adalah seorang guru, bukan teknisi? Mengapa guru harus keberatan dihubungi muridnya di saat jam belajar mengajar sedang beliau tidak ada di tempat? Mengapa murid harus mengejar, mencari dan mengingatkan gurunya untuk mendapatkan haknya memperoleh ilmu? Sudah separah itukah kualitas guru di Indonesia?

Guru adalah pekerjaan yang mulia. Itu tidak saya bantah sama sekali. Bahkan dulu guru mengaji mengajarkan saya untuk menambahkan bacaan "walijadina, wali ustadina, wali jami'il muslimina aamiin..." Selalu memasukkan doa untuk guru, setiap hari, di setiap doa yang kami lantunkan. Semulia itu profesi guru di mata saya dan anak-anak. Bahkan saya turut mengutuk semua tindak kekerasan terhadap guru yang sering berseliweran di media-media.

Namun mengapa kenyataan di sekolah anak saya, dia harus berjuang sekeras itu hanya untuk menuntut haknya? Bahkan di kalangan para guru, ia sudah mendapat stempel anak yang kritis dan tukang protes. Apakah alasan tugas administratif masih menghantui para guru, hingga guru harus mengkerdili tugas utama mengajar di kelas? Bukankah tugas administratif timbul setelah mengajar, dan menjadi prioritas berikutnya setelah mengajar?

Apakah ini hanya terjadi di sekolah anakku saja? Tidak. Ada anak seorang teman yang bersekolah di sekolah negeri ternama, mogok dan tidak mau sekolah karena banyaknya jam kosong di sekolahnya. Akhirnya teman saya memindahkan anaknya ke sekolah swasta. Lalu bagaimana perkembangannya sekarang? Anaknya kini bersekolah dengan baik dan bahagia, tidak lagi mogok.

saya sering mendengar beberapa guru di kota besar mengeluhkan betapa susahnya mengajar anak-anak sekarang karena kurangnya motivasi belajar. Semenjak diberlakukannya sistem zonasi dalam proses penerimaan murid baru, anak yang merasa rumahnya dekat dengan sekolah, mereka tidak memiliki motivasi belajar, sering membolos, mengerjakan tugas asal-asalan. Tidak dapat dipungkiri, itu nyata terjadi di sekolah anakku yang berjajar sekolah SMP dan SMA negeri. Bahkan hari ini, saat ada sumatif di sekolah, yang masuk sekolah hanya 12 anak dari 30 lebih siswa, karena bertepatan dengan hari kejepit libur sekolah.

Namun alangkah sedihnya jika itu menjadi alasan bagi para guru kehilangan motivasi mengajar. Masih ada murid di sekolah yang memiliki motivasi untuk belajar. Ketika murid kehilangan motivasi belajar, mari kita bertanya, bagaimana peran orang tua dan guru selama ini dalam menumbuhkan motivasi belajar anak? Jangan-jangan selama ini kita keliru memberikan motivasi.

 "Yuk belajar nak, biar diterima di sekolah bagus!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun