Mohon tunggu...
Wiwidodo
Wiwidodo Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Setia kawan dan Loyalitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anti Politik Berbau SARA (Eg: Jangan Pilih Ahok karena Cina dan Kristen)

14 September 2016   11:49 Diperbarui: 14 September 2016   12:27 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Harianterbit.com"][/caption]

Tema : “Pentingnya Merawat Kerukunan Beragama pada Era Media Sosial"

Pilgub DKI Jakarta 2017 sebentar lagi akan memasuki batas waktu pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur pada tanggal 20 september 2016. Dari banyaknya calon yang digembar-gemborkan akan ikut pilgub DKI Jakarta 2017, tampaknya baru Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang memastikan diri ikutan, karena sudah mempunyai kendaraan politik. Sudah 3 partai yang mendukung Ahok, yaitu : partai Golkar, partai Nasdem dan Partai Hanura.

Kebetulan ketiga partai ini dulunya berinduk ke Partai Golkar, seperti Ahok yang dulunya adalah anggota DPR RI periode 2009-2014 dari dapil Bangka Belitung. Jadi antara partai Golkar dan Ahok sudah saling kenal, dan jadi seperti reuni.

Majunya Ahok di pilgub DKI Jakarta 2017 tentunya berpotensi menimbulkan pro dan kontra, terutama di kalangan masyarakat yang masih gemar mempertentangkan masalah SARA, yang berprinsip pokoknya pemimpin itu harus dari suku anu, agamanya anu dan jenis kelaminnya anu. Hampir tak ada masyarakat yang mempertentangkan

Ahok sendiri adalah gubernur petahana, ia mendapat durian runtuh jabatan gubernur DKI Jakarta, setelah Jokowi sebagai gubernur DKi Jakarta periode 2012-2017, ikut pilpres 2014 dan menang, lalu dilantik jadi presiden RI 2014-2019.

Suka tidak suka, mau tidak mau, masyarakat DKI Jakarta saat ini dipimpin oleh gubernur Ahok yang beragama kristen dan merupakan keturunan Tionghoa. Saya yang beragama islam, keturunan Jawa, walaupun tinggal di Bintaro tapi ber-KTP Kebayoran Baru sehingga punya hak pilih di pilgub DKI Jakarta 2017, tidak bermasalah Jakarta dipimpin Ahok yang keturunan Tionghoa dan agamanya kristen, yang penting gubernur Ahok menjalankan tugasnya dengan amanah dan penuh tanggung jawab. Saya sangat menyayangkan beberapa teman, termasuk di kompasiana ini, sudah tidak tinggal di Jakarta, tidak punya KTP Jakarta, eh sukanya, senangnya, hobinya, menjelek-jelekan Ahok supaya tidak bisa ikut pilgub DKI Jakarta 2017, kalopun ikut jangan sampai terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta, dengan alasan yang itu lagi itu lagi, yaitu apalagi jika bukan masalah SARA, karena Ahok yang keturunan Tionghoa, agamanya Kristen, membela kepentingan Asing dan Aseng dan alasan lainnya yang masih seputaran SARA, kadang-kadang ditambah alasan Ahok melakukan korupsi dan menyebabkan kerugian negara, padahal jelas-jelas KPK menyatakan Ahok clean karena pembelian lahan RS Sumber Waras tidak ada tindak pidana korupsi.

Kepada teman-teman yang berbeda pilihan politiknya, baik di pilpres, pilgub, pilkada sampai pemilihan kepala desa, yang perbedaan pilihan dikarenakan alasan SARA, saya selalu menyampaikan pendapat dan kritik ke mereka.

Saya katakan ke mereka, saya komentar di status media sosial mereka yang memainkan isu SARA ini dengan kalimat : "Kita semua bersaudara, apapun agamanya, Tuhan tetap satu, apapun sukunya, kita satu negara Indonesia. Jangan mau dipecah belah pihak luar yang tidak suka Indonesia damai, aman dan nyaman untuk tempat tinggal dan investasi. Emangnya kalian DOMBA, koq mau-maunya diadu seperti DOMBA."

Dan biasanya tanggapan dari teman saya banyak yang positif, antara lain yang saya ingat ada yang mengatakan "Terima kasih Wid, sudah mengingatkan yang benar, maaf jika status di media sosial ini jadi terkait masalah SARA, akan saya hapus segera. Sekali lagi terima kasih Wid."

Saya tidak takut berbeda pendapat, saya tidak kuatir mereka akan memusuhi saya, yang saya takut dan kuatir jika karena urusan SARA yang melebar dan membesar, yang tidak bisa dikendalikan, maka negeri tercinta Indonesia mengalami perang saudara seperti di negara-negara lain, misal di Irak dan Suriah. Saya terlalu mencintai negara Indonesia, sehingga saya rela melakukan apapun demi terciptanya kerukunan umat beragama, perdamaian di bumi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun