Pada Kamis (24/11) ini sebuah ironi menimpa angkutan umum kereta rel listrik (KRL).
Pada satu sisi PT Kereta Api Commuter Jabodetabek (KCJ) mengumumkan bahwa 29 perjalanan KRL Bogor-Jakarta kembali normal menyusul perbaikan gardu listrik di Kedung Badak, Cilebut, dan Citayam.
Pada sisi lainnya persinyalan KRL di Stasiun Manggarai yang rusak sejak Rabu (23/11) malam masih berlangsung hingga hari itu. Akibatnya, ribuan penumpang kereta Jabodetabek terlantar karena rangkaian KRL terlambat dan tidak bisa memasuki stasiun.
Awalnya, kekacauan jadwal perjalanan KA disebut-sebut terjadi pasca rusaknya salah satu menara listrik yang tersambar petir dalam hujan deras yang mengguyur hampir seluruh wilayah Jakarta pada Rabu (23/11) sore.
Kerusakan menara listrik mengakibatkan gangguan persinyalan (wessel) perjalanan KRL dari dan menuju Stasiun Manggarai.
Belakangan cerita kerusakan sinyal terkait musim hujan itu dibantah. Rupanya perangkat penting yang berfungsi untuk mengatur lalu lintas kereta dicuri orang tak bertanggung jawab. Akibatnya perbaikan jadi tak mudah. Pelayanan KRL terganggu hingga Kamis siang.
"Itu adalah antrean sisa kemarin. kemarin kan diduga perangkatnya rusak kena petir ternyata justru dicuri kabel-kabelnya. Jadi korsleting dan otomatis menganggu jadwal kereta," tutur Kepala Humas PT KAI Daops I Mateta Rizalulhaq kepada detikcom, Kamis (24/11).
Karena Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral di Jabodetabek, maka kekacauan itu menyebar hingga ke semua jurusan.
Puluhan penumpang yang penasaran memilih berjalan menyusuri rel menuju Stasiun Manggarai. Terutama dari Stasiun-stasiun di atas jembatan layang seperti Stasiun Cikini dan Gondangdia. Padahal saat itu situasinya gerimis dan gelap.
Malam itu KRL benar- benar lumpuh. Angkutan umum lain seperti tukang ojek, taksi, bahkan metromini panen.
Para penumpang yang punya tujuan sama patungan naik taksi. Sebuah metromini pun nekat berputar haluan untuk mengantar limpahan penumpang KRL ke Depok. Tentu dengan tarif khusus, yakni Rp 10.000 per penumpang. Selain lebih capek, ongkos pun dengan demikian menjadi lebih mahal.