Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mana yang Benar Jendral? Meminang atau Dipinang?

23 Maret 2018   05:29 Diperbarui: 23 Maret 2018   06:10 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Gatot Nurmantyo saat diwawancarai usai upacara serah terima jabatan Panglima TNI di Lapangan Upacara Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu, (9/12/2017).(KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO)

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sudah empat bulan tak jadi Panglima TNI. Jendral kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 13 Maret 1960 itu, akan resmi menjadi purnawirawan per 1 April 2018 mendatang.

Namun dalam masa transisi dari jendral TNI menuju warga sipil, Jendral Gatot seolah mau menunjukkan warna politiknya. Publik pun mulai digiring bahwa apa yang selama ini digadang-gadang sebagai calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) saat menjadi orang nomor satu di TNI, hendak ia buktikan.

Apakah akan mudah? Belum terlihat.

Memang, meski tak menjabat lagi sebagai Panglima TNI, nama Jendral Gatot masih populer di sejumlah survei tentang capres/cawapres 2019. Survei Alvara Research Center, misalnya, menempatkan Gatot sebagai cawapres dengan eletabilitas tertinggi kedua setelah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Tepatnya AHY 17,2 persen, Gatot Nurmantyo dengan 15,2 persen, Jusuf Kalla 13,1 persen, Anies Baswedan 9,3 persen, dan Muhaimin Iskandar 8,9 persen

Namun ketika diajukan pertanyaan siapakah tokoh yang paling disetujui oleh responden sebagai calon wakil presiden Jokowi di 2019?  Mayoritas responden menyatakan setuju jika dalam Pilres 2019 Jokowi berpasangan dengan Gatot Nurmantyo.

Servei Median bahkan menempatkan Gatot sebagai capres dengan elektablitas tertinggi setelah Jokowi dan Prabowo. Yakni Gatot 5,5 persen, Anies Baswedan 4,5 persen dan AHY 3,3 persen. Dalam survei tersebut Gatot Nurmantyo yang dinilai sosok tegas, yaitu sekitar 21,4  persen dan sosok pembela umat Islam sekitar 14,3 persen.

Survei Poltracking, Gatot hanya dimasukan sebagai cawapres. Elektabilitas tertinggi adalah Jusuf Kalla 15 persen. Disusul Gatot Nurmantyo 4,2 persen, Anies Baswedan 4,1 persen, Muhaimin Iskandar  3,7 persen, AHY 3,6 persen, Ridwan Kamil 3,0 persen, dan Khofifah 2,4 persen. Kalla sendiri hampir dipastikan tak bisa maju lagi sebagai cawapres. Untuk capres tetap dipegang dua besar yakni Jokowi dan Prabowo.

Memang Pilpres dipilih langsung oleh rakyat, namun untuk menjadi capres/cawapres harus diusung partai bahkan dengan electoral threshold 20 persen. Masalahnya partai mana yang mau mengusung Jendral Gatot menjadi capres/cawapres?

Dalam sejarah pilpres di Indonesia tak ada capres/cawapres yang ujug-ujug muncul. Dia harus menjadi pekerja partai terlebih dahulu, ketua partai atau bahkan bikin partai seperti Wiranto (Hanura), Prabowo (Gerindra) dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Politisi Partai Gerindra, Muhammad Syafi'i, menyebut Gatot Nurmantyo mendaftar sebagai capres melalui partainya. "Pak Gatot, kan, datang ya, mendaftarlah ya untuk menjadi capres," kata Syafi'i di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/3).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun