Mohon tunggu...
Wistari Gusti Ayu
Wistari Gusti Ayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru

Guru adalah profesi yang mulia, saya bangga menjadi guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Umat Hindu di Bali Bersiap Menyambut Hari Raya Galungan

23 Juli 2019   21:37 Diperbarui: 23 Juli 2019   21:43 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Raya Galungan jatuh pada hari Rabu, 24 Juli 2019. Perhitungan yang digunakan untuk menentukan hari raya tersebut menggunakan pawukon dan wewaran.  Berdasarkan pawukon Hari Raya Galungan jatuh pada wuku Dungulan, dan berdasarkan wewaran jatuh pada dina (hari) Budha (Rabu), Kliwon.

Sebelum hari Raya galungan umat Hindu mulai bersiap-siap menyiapkan bahan-bahan sesajen seperti janur, bahan penjor, dan mempersiapkan buah dan bermacam kue/ jajan tradisional yang akan dipersembahkan pada saat Hari Raya Galungan. 

Pembeli bambu sedang memilih bambu untuk membuat Penjor
Pembeli bambu sedang memilih bambu untuk membuat Penjor
Di hari Minggu disebut hari Penyekeban, di hari ini biasanya umat Hindu memeram pisang agar matang saat nanti akan digunakan sebagai sesajen atau dijual untuk keperluan Galungan. Makna penyekeban, sebenarnya bukan hanya memeram pisang, namun belajar dari buah pisang, yang ketika buahnya diambil walaupun dia akan mati, dia terus bertunas, yang artinya, kita harus belajar dari sifat pisang, yang tidak egois, rela berkorban untuk kebaikan.

Sesajen (Banten) Galungan
Sesajen (Banten) Galungan
Dua hari sebelum hari raya Galungan disebut hari raya penyajaan, di hari ini, kaum wanita mempersiapkan jajan seperti tape ketan dan uli, yang nantinya digunakan untuk sesajen atau ngejot (memberikan hantaran ke tetangga).

Sehari sebelum galungan disebut hari raya Penampahan, biasanya umat Hindu memotong kerbau, babi atau ayam untuk membuat masakan yang disebut lawar, serta masakan khas lainnya. Makna yang terkandung, bukan hanya sekedar menyediakan masakan untuk hari raya, namun memotong hewan, artinya menghilangkan sifat-sifat buruk yang diumpakan seperti sifat "hewan", agar manusia selalu berpikiran, berkata dan berperilaku yang baik.

Untuk menyambut hari raya Galungan, kaum lelaki  membuat penjor yang akan dipasang di depan rumah. Penjor Galungan ditancapkan di hari Penampahan Galungan yang bermakna tegaknya dharma.

Penjor Sumber : www.atmago.com
Penjor Sumber : www.atmago.com
Dan untuk merayakan kemenangan kebaikan (Dharma) melawan keburukan (Adharma), maka di hari Rabu, umat Hindu kemudian merayakan Hari Raya Galungan. Semua anggota keluarga di hari ini akan melakukan persembahyangan di pura keluarga (pemerajan) kemudian di pura yang ada di lingkungan desa atau wilayah tempat tinggal mereka.

Setelah hari raya Galungan, keesokan harinya, disebut hari manis Galungan, yang dapat dimaknai sebagai saat dimana manusia yang merasakan nikmatnya (manisnya) kemenangan dengan mengunjungi sanak saudara, bersuka cita dan saling memaafkan serta "mengabarkan ajaran kebenaran".

Seperti tertulis dalam  kitab Satapha Brahmana : “Kabarkan kebenaran ini kepada mereka yang masih tersesat agar kembali ke ajaran Dharma, sampaikan kepada mereka  wahai putra Utama”- janganlah malahan Engkau yang menjadi  manusia tersesat dan kesasar dengan meninggalkan Dharma”.

            "Selamat Hari Raya Galungan"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun