Mohon tunggu...
Wistari Gusti Ayu
Wistari Gusti Ayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru

Guru adalah profesi yang mulia, saya bangga menjadi guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Rapor K13, Masihkah Orang Tua Meributkan Ranking?

15 Juni 2019   23:35 Diperbarui: 29 Juni 2021   06:12 5393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Murid-murid. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Tahun pelajaran 2018/2019 telah usai, banyak sekolah di Indonesia yang telah menerapkan kurikulum 2013 yang dari segi penilaiannya berbeda dengan kurikulum terdahulu yaitu KTSP. Pada kurikulum ini, penilaian terdiri dari penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Pelaporannya juga berbeda, kalau di kurikulum KTSP, rapor ditulis tangan sedangkan dalam kurikulum 2013 menggunakan aplikasi yang disebut erapor. Memang erapor sedikit memaksa guru untuk melek IT, terutama bagi guru yang menjelang  pensiun, sudah bukan rahasia umum, sebagian malas berhubungan dengan komputer. 

Baca juga: "Mohon Maaf Bu, Anak Saya Ranking Berapa Ya?"

Erapor dikerjakan oleh guru mata pelajaran dari tahap awal perencanaan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan, kemudian setelah dibuat perencanaan akan muncul daftar nilai anak yang harus didownload versi excelnya. Dari daftar nilai tersebut, kemudian diinput nilai-nilai yang didapatkan siswa.

"Semua anak tidak sama, mereka memiliki potensi masing-masing yang jika diasah dengan baik dan bermanfaat untuk keberhasilan."

Sehingga diakhir semester, daftar nilai tersebut diimport ke eraport untuk diolah, dan dikirim oleh guru mata pelajaran ke wali kelas. Wali kelas memastikan semua guru mata pelajaran telah mengirim nilai ke kelas yang diampunya.  Setelah data absensi dan catatan lainnya diinput wali kelas baru rapor dicetak dan dilaporkan kepada orang tua atau wali siswa.

Tampilan Aplikasi Erapor SMP (sumber: mkks.smplotim.org)
Tampilan Aplikasi Erapor SMP (sumber: mkks.smplotim.org)
Menariknya, pada aplikasi erapor ini tidak terdapat kolom untuk menginput ranking siswa di kelas. Yang artinya dalam K13 anak-anak dianggap memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang tidak dapat dibanding-bandingkan satu sama lainnya. 

Baca juga: Ranking Rapor, Perlukah?

Mereka memiliki potensi yang berbeda-beda, sebagai contoh ada yang pandai dalam bidang matematika namun dalam seni budaya kurang atau sebaliknya.

Namun dalam aplikasi ini terdapat kolom untuk menginput prestasi siswa misalnya prestasi dalam kompetisi atau lomba-lomba yang pernah diikuti.

Apa yang terjadi setelah siswa menerima rapor dan sampai di rumah untuk menyerahkan rapornya kepada orang tua? Pengalaman saya sendiri, banyak WA atau telepon dari siswa dan bahkan orang tua yang bertanya, "ranking berapa anak saya bu?".

Ditambah lagi nilai yang didapat berupa angka dan predikat, misal 65 /C, ketika mereka melihat haruf C berjejer orang tua menjadi panik. Kenapa C semua? Apakah C ini dibawah standar, padahal nilai minimal dalam K13 adalah C, yang artinya anaknya sudah memenuhi kreteria ketuntasan minimal atau KKM.

Baca juga: Berhentilah Bertanya Ranking

Ternyata kebiasaan menanyakan ranking sulit diubah di negara kita ini, dimana anak-anak selalu dinilai dari angka-angka yang diraihnya, dan di sekolah mereka seolah-olah berkompetisi dengan temannya untuk menjadi yang terbaik. 

Padahal seperti yang saya tulis di atas, semua anak tidak sama, mereka memiliki potensi masing-masing yang jika diasah dengan baik dan bermanfaat untuk keberhasilan hidupnya kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun