Mohon tunggu...
Wisnu Mustafa
Wisnu Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

pencari cinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Mati

31 Mei 2012   09:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:34 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13384551401912615577

Menatap iringan orang-orang mengantar jasadmu, aku tersenyum puas. Kalau aku tidak berhak memilikimu, siapapun tiada yang berhak memiliki. Diantara rerimbunan pohon ini, seolah aku bisa melihat dirimu disana, menangis, meratapi nasib. Aku tersenyum, berjuta rasa yang aneh bercampur aduk dalam dada.Tak terasa dua butir air mata jatuh dari pelupuk mataku. Seutas tambang yang kubawa dari rumahmu kini melingkar di leherku. Mereka pasti akan menemukan jasadku nanti.

****

Sih…………Warsih, warsih, suara majikanku membelah kesunyian dipagi buta ini. “ ngapaian aja sih kamu, ngak cukup sekali kalau dipanggil”,

Iyaa bu , saya kan lagi nyuci di belakang, tadi ngak kedenger bu, ada apa ya?

“Saya mau pergi jogging, bapak masih tidur, nanti kalau dia bangun kamu siapkan sarapan ya!

“Baik bu, nanti saya siapkan, jawabku.

Selesai mencuci, masih banyak pekerjaan yang menungguku. Aku beringsut ke belakang mencari pel. Di ruang tengah, kulihat tuan sudah bangun. Akupun segera menghampirinya.

“Mau sarapan apa pak?”

Lelaki tua itu tersenyum genit, “kalau susu ada sih?” Sambil matanya jalang manatap belahan dadaku. Ada pak, jawabku ketus, akupun segera berbalik menuju dapur. Dapat kurasakan tatapan liar bandot tua itu mengikuti setiap lenggak-lenggok langkahku.

Selesai menyajikan segelas susu hangat akupun segera melanjutkan pekerjaanku. Mengepel lantai dengan iringan tatapan liar si buaya darat. Tatapan seperti ini membuatku sangat risih. Matanya seperti kucing yang melihat ikan, jelalatan dengan seringai yang sangat menjijikan.

Ketika aku sampai di dekatnya, tangannya segera menjulur memegang pantatku, kutepis tangan lelaki tua itu. Dia malahtersenyum genit. Kali ini dia malah menghampiriku lebih dekat, tangannya sudah menjulur tapi mendadak dia urungkan. Sebuah suara dari pintu kamar Aldi anak lelakinya terdengar, Tak lama pintu kamar pun terbuka. Si bandot tua itupun segera kembali ketempat duduknya sambil berpura-pura membaca Koran.

“ibu kemana pak?Tanya Aldi

“paling juga jogging sama ibu-ibu komplek” jawabnya singkat.

“sih, tolong buatin aku indomie dong!

“yya ya ya, mas bentar ya tanggung nih ngepelnya sudah mau selesai, jawabku gugup.

Entah mengapa aku selalu berdebar jika berada dekat pemuda ganteng ini.

Aldi baru berumur 20 tahun, kira-kira sebaya denganku. Sejak awal melihat pemuda ini, hatiku selalu bergetar tak karuan.. Tampaknya Aldi pun tahu dengan perasaanku ini. Beberapa kali dia sengaja menggodaku. Sampai akhirnya kami pun semakin dekat.

Dua bulan lalu, dia mengendap-endap kedapur ketika rumah sedang sepi. Dia memelukku dari belakang kemudian menciumi dan meraba-rabaku. Dadaku berdebar, perasaan aneh berseliweran dalam batinku. Antara rasa takut akan dosa dan hasrat muda yang menggelora Untunglah Aldi tak pernah lebih dari itu. Semenjak itu, hubungan kami menjadi lain. Setiap ada kesempatan kami selalu bercumbu.

Aku jatuh cinta, benar-benar jatuh cinta, sampai tak sadar siapa aku. Perempan kampung yang miskin, berharap menjadi Cinderella yang disunting pangeran tampan dan kaya raya,

Hingga suatu saat, kami terbuai. Aku tergoda untuk menjadi binal. Ketika iturumah dalam kondisi kosong, Ayah ibunya sedang keluar kota. Hujanyang turun sedari sore, benar-benar sempurna buat insan yang sedang kasmaran. Jutaan kembang gula dalam mulutnya benar-benar telah melenakanku.

“kamu sangat cantik Warsih, bisiknya sambil memeluk ku dari belakang. Bibir kamipun saling berpagut, layaknya ujung magnet utara bertemu selatan. Dengus nafas kami berpadu dengan gemuruh jantung dalam hati. Tangan Aldi semakin berani meraba seluruh bagian tubuhku, “jangan mas, seru ku tertahan”, ketika Aldi mulai membuka kancing bajuku.

“aku akan menikahimu, secepatnya”, serunya dengan nafas memburu.

“Tapi apa ayah ibumu akan setuju mas? tanyaku lagi. “Ayah ibu sangat memanjakanku, semua keinginanku selalu mereka penuhi, kamu kan tahu itu!”.

Di iringi petir dan anginkencang, malam itu kami menuntaskan semua dahaga kami. Semua setan pun bertepuk tangan gembira. Aku sangat bahagia, jutaan mimpi terbayang dipelupuk mataku.

****

Sore itu, tuan dan nyonya memanggilku, disampingnya tampak Aldi duduk sambil tertunduk.. Wajah mereka terlihat sangat serius. Aku berdebar, apakah mereka akan segera menikahkan kami.

“warsih, kami sudah tahu hubungan kalian berdua. Tapi kamu harus ingat, kalian seperti bumi dan langit. Kamu semestinya sadar hubungan kalian tidak akan bisa dilanjutkan.

“aku terdiam, godam besar itu telah memukul kepalaku hingga berkunang-kunang, butiran air mata mengembang disudut mataku. ‘Tapi bu, kami sudah…..

“ya aku tahu sudah sejauh mana hubungan kalian, kami sudah mempertimbangkan dengan matang. Ini terimalah uang 15 juta ini sebagai ganti keperawananmu.

“Pulanglah kekampung, cari suami yang sederajat dengan kamu. Aldi sudah kami jodohkan dengan wanita yang lebih pantas dengan status kami, Kamu paham kan!”

Keperawananku ibarat sebuah barang yang hilang, dan kini majikanku telah menggantinya.Bumi berputar-putar, mimpi terbang kelangit ketujuh gagal, aku jatuh menghujam bumi.

Diiringi rintik hujan yang mulai turun, aku keluar dari rumah ini sebagai pecundang. Perempuan sundal yang harus dibuang dari istana mimpinya. Kini aku melengkapi kisah-kisah bunga yang terpaksa harus layu. Sedangkan kumbang dengan seenaknya pergi mencari bunga yang lain.

*****

Satu minggu berlalu, dendam dalam dadaku semakin hari semakin berkobar. Hingga tibalah saat itu, akuberjingkat masuk kedalam rumah yang sepi lewat pintu dapur yang memang aku punya duplikat kuncinya. Aldi tampak sedang asik mengobrol ditelepon. Suaranya terdengar ceria sekali. “hmm dasar lelaki sialan, kamu sama buayanya dengan bapakmu”, Aku mendekatinya dengan langkah perlahan. Setan-setan mulai merubungiku, memberiku kekuatan maha dasyat. Tiga tusukan pisau yang kuambil dari dapur membuat Aldi tersungkur. Matanya terbelalak, dia terkejut melihat wajahku, namun belum sempat dia berkata, roh nya sudah terpisah dari tubuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun