Mohon tunggu...
Raden Muhammad Wisnu Permana
Raden Muhammad Wisnu Permana Mohon Tunggu... Lainnya - Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana

Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana. Akun ini dikelola oleh beberapa admin. Silakan follow akun Twitternya di @wisnu93 dan akun Instagramnya di @Rwisnu93

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Betapa Menyebalkannya Orang-orang yang Menganggap Sepele Pandemi Covid-19

27 Juni 2021   14:45 Diperbarui: 27 Juni 2021   16:56 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai orang yang pernah bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandung sebelum pandemi Covid-19, saya melihat kecemasan para tenaga medis yang menjadi rekan kerja saya seperti direksi rumah sakit, para dokter spesialis, dan perawat yang bertugas karena mereka melihat berita tentang kolapsnya rumah sakit di Wuhan di akhir tahun 2019 yang lalu. Kecemasan mereka pun terwujud saat World Health Organization dan Pemerintah Indonesia secara resmi mengumumkan status darurat pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan negara ini.

Sampai tulisan ini dibuat, saya masih tidak paham dengan pola pikir para Covidiot yang menganggap sepele pandemi ini dengan narasi, "Semua manusia pasti mati. Mati bukan karena Covid-19, memang sudah waktunya saja", padahal Khalifah Umar bin Khattab yang dijamin masuk surga oleh Tuhan saja berusaha menghindari kematian ketika akan pergi ke Negeri Syam yang sedang dilanda wabah penyakit.

Narasi lainnya yang tak kalah menyebalkannya adalah, "Kematian akibat Covid-19 ini cuma 2% kok, itu juga kalau punya penyakit bawaan", padahal meskipun tingkat kematian akibat Covid-19 ini hanya 2%, sudah cukup membuat repot rumah sakit. Sebagai karyawan rumah sakit, saya paham itu. Jauh sebelum pandemi, saya mengalami sendiri bagaimana susahnya dapat kamar untuk ayah saya yang menderita kanker stadium 4 di Rumah Sakit Hasan Sadikin, rumah sakit terbesar di Jawa Barat. Saya masuk IGD sejak pukul lima sore, dan baru masuk kamar pukul tiga subuh karena kamar yang penuh serta rasio tenaga kesehatan yang tidak seimbang dengan jumlah pasien yang saat itu ada di IGD rumah sakit. Saat pandemi, tentu saja tenaga kesehatan jadi lebih repot tidak hanya karena jumlah pasien yang lebih banyak, tapi harus memakai APD lengkap.

Narasi lebih menyebalkan adalah, "Vaksin ini tidak efektif dan hanya permainan elit global saja", padahal orang yang mengatakan hal tersebut telah menerima vaksinasi untuk polio dan cacar, sehingga saat ini tidak mengalami kecacatan akibat virus polio. Saat terkena cacar pun tidak mengalami kematian seperti yang dialami oleh Suku Inca dan Suku Maya saat dijajah oleh Bangsa Eropa berabad-abad yang lalu. Right now, you just simply survived from polio bacuse of that goddammed vaccined! Otherwise, you might be just good as dead!

Saat saya bercerita tentang sepupu saya yang meminta orang tua dan neneknya untuk tidak turun dari mobil agar tidak tertular virus corona saat Idul Fitri yang lalu, teman-teman saya malah menudingnya sebagai dokter yang terlalu parno dan tidak percaya takdir Tuhan. Padahal, kaparnoan sepupu saya ini karena dia adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang telah membaca banyak buku dan jurnal kedokteran sejak kuliah dan praktik di rumah sakit selama bertahun-tahun makanya dia ekstra hati-hati dan tidak gegabah. Sedangkan yang bilang sepupu terlalu parno bukanlah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hanya lulusan perguruan tinggi swasta antah berantah yang intelejensianya jauh di bawah lulusan Universitas Indonesia. Kedokteran pula.

Lagipula, ribuan dokter dan profesor dalam bidang kedokteran di dunia ini sepakat bahwa pandemi ini berbahaya. Ribuan dokter dan para profesor ini kan tidak ujug-ujug bilang ini bahaya tanpa sebab. Mereka bilang pandemi ini bahaya karena mereka telah susah-susah kuliah kedokteran puluhan tahun. Pengalaman mereka praktik di rumah sakit pun menambah kekhawatiran mereka. Sedangkan mereka yang sama sekali tidak kuliah kedokteran, bahkan yang tidak kuliah sama sekali kenapa berani sekali menyepelekan pandemi ini hanya bermodalkan artikel-artikel dan video-video sesat dari internet? Sehat?

Sepanjang saya bekerja di rumah sakit, saya belum melihat dokter, perawat, bahkan laboran yang senang ketika ada pandemi ini. Rumah sakit justru "dirugikan" ketika ada pandemi karena harus fokus merawat pasien Covid-19, sedangkan uang perawatan pasien Covid-19 ini sama seperti dana BPJS Kesehatan yang lama sekali untuk dicairkan Pemerintah.

Masih ingat dengan ribuan rumah sakit yang menerima donasi masker, APD dan hand sanitizer di awal pandemi? Rumah sakit menerima donasi tersebut bukan tanpa sebab, karena pengadaan tiga barang tersebut sangatlah mahal! Tidak semurah paket internet yang kalian pergunakan untuk browsing artikel dan video sesat terkait pandem Covid-19 ini!

Saya betul-betul tidak habis pikir dengan orang yang meremehkan pandemi Covid-19 ini. Minimal pakai masker ajalah soalnya kalau harus jaga jarak dan cuci tangan kan susah. Tapi disuruh pakai masker aja susah. Giliran ada yang meninggal dunia setelah tertular Covid-19, disebut meninggal bukan karena virusnya, tapi memang punya penyakit bawaan saja. Sehat?

Padahal semua dokter di dunia ini tidak ada yang meremehkan pandemi Covid-19 ini. Padahal jelas-jelas mereka sekolah kedokteran tinggi-tinggi dibandingkan dengan mereka yang cuma modal baca artikel dan video sesat tentang pandemi ini dari internet, tapi gayanya selangit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun