Mohon tunggu...
Raden Muhammad Wisnu Permana
Raden Muhammad Wisnu Permana Mohon Tunggu... Lainnya - Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana

Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana. Akun ini dikelola oleh beberapa admin. Silakan follow akun Twitternya di @wisnu93 dan akun Instagramnya di @Rwisnu93

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Edukasi Speech Delay dan Cara Mengatasinya

2 Mei 2021   15:43 Diperbarui: 2 Mei 2021   16:51 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Speech Delay

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan saya sebelumnya yang telah membahas packaging Generos yang menurut saya sangat elegan, layaknya brand parfum ternama. Pada tulisan kali ini, saya akan membahas satu topik penting seputar kesehatan anak, yakni tentang speech delay, yang menurut saya, kurang gencar disosialisasikan oleh Pemerintah Indonesia pada masyarakat melalui kementerian maupun dinas terkait. Baca sampai habis ya!

Apa Itu Speech delay?

Sesuai namanya, speech delay jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah keterlambatan berbicara. Dilansir dari halodoc.com, speech delay adalah gangguan tumbuh kembang pada anak-anak, dalam kondisi tersebut sang buah hati tidak mampu berbicara sebagaimana mestinya.

Misalnya, pada saat anak berusia enam bulan, umumnya sudah bisa mengeluarkan kalimat-kalimat seperti "da-da" atau "wa-wa". Pada usia satu tahun, anak sudah bisa mengucapkan kata "mama" dan "papa" serta mulai bisa menirukan kalimat yang diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya meskipun tidak sempurna.

Nah, pada anak yang mengalami speech delay, mereka tidak bisa mengucapkan kata-kata sederhana seperti "da-da" atau "wa-wa" pada usia enam bulan.  Anak yang mengalami speech delay terus mengalami kegagapan dalam mengucapkan kalimat-kalimat sederhana jika dibandingkan dengan anak sebayanya.

Penyebab speech delay ada banyak. Mulai dari kurangnya interaksi orang tua terhadap anaknya, sehingga menyebabkan keterlambatan berbicara, sampai disebabkan oleh kelainan medis yang disebut dengan frenulum, yakni lipatan di bawah lidah yang pendek sehingga anak kesulitan untuk menghasilkan kata-kata maupun kalimat.

Memang, perkembangan setiap anak berbeda-beda, dan setiap anak itu memiliki keunikannya tersendiri. Namun ada patokan tertentu yang harus diperhatikan oleh orang tua sehingga bisa mengidentifikasi speech delay sedini mungkin. Misalnya, pada usia tiga bulan, umumnya bayi sudah bisa mengeluarkan suara-suara yang tidak memiliki arti tertentu. Namun suara yang dihasilkan tersebut adalah bentuk usaha bayi untuk berkomunikasi dengan orang di dekatnya.

Pada usia enam bulan, seperti yang sudah saya sebutkan di atas, bayi sudah mulai bisa membuat kalimat sederhana seperti "da-da" atau "wa-wa." Mendekati usia satu tahun, bayi sudah bisa memahami kata-kata sasar seperti "ya" atau "tidak." Di atas usia satu tahun, umumnya bayi sudah bisa mengucapkan kata "mama" dan "papa" serta mulai bisa menirukan kata-kata sederhana yang diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya. Dan memasuki usia 2 tahun, bayi biasanya sudah bisa berkomunikasi dengan membentuk satu kalimat sederhana. Itulah patokan yang harus dipahami oleh orang tua. Tentu saja, untuk lebih rinci lagi, orang tua harus sambil berkonsultasi dengan dokter spesialis anak yang mampu mendiagnosis apakah ada gejala speech delay pada anak atau tidak, ya.

Pentingnya Kampanye Speech delay

Saya sendiri baru mengetahui apa itu speech delay, gejalanya, pencegahannya, dan solusi dari permasalahan speech delay ini ketika mendapatkan paket dari Generos Indonesia. Sebelumnya, saya tidak tahu apa itu speech delay. Saya memang tahu ada beberapa anak yang mengalami keterlambatan berbicara, tapi saya tidak mengetahui bahwa hal tersebut dinamakan speech delay, termasuk gejala, pencegahan dan solusi dari permasalahan ini. Padahal, saya sempat bekerja sebagai salah satu staf promosi kesehatan dan pemasaran di salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun