Mohon tunggu...
Raden Muhammad Wisnu Permana
Raden Muhammad Wisnu Permana Mohon Tunggu... Lainnya - Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana

Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana. Akun ini dikelola oleh beberapa admin. Silakan follow akun Twitternya di @wisnu93 dan akun Instagramnya di @Rwisnu93

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Patriarki Juga Merugikan Laki-laki, Lho!

26 April 2021   06:20 Diperbarui: 26 April 2021   13:32 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi(PEXELS.com)

Beberapa tahun ini, isu kesetaraan gender memang lagi hangat dibicarakan banyak orang. Mulai dari akademisi hingga penyintas kekerasan seksual yang bersuara di banyak tempat mulai dari media sosial sampai turun ke jalan. 

Dan saya rasa ini sangat bagus. Saya jadi tahu bahwa banyak sekali kerugian yang dialami oleh para perempuan dengan sistem patriarki yang berlangsung selama berabad-abad. Saya jadi sadar bahwa kita tidak seharusnya mengkotak-kotakan seseorang hanya karena jenis kelaminnya saja.

Tapi jarang ada orang yang membicarakan hal yang saya tulis dalam tulisan ini, bahwa patriarki, yakni sebuah sistem tatanan sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasan tertinggi itu merugikan saya sebagai laki-laki. 

Seksisme, yakni sebuah prasangka dan anggapan bahwa salah satu jenis kelamin dalam hal ini, laki-laki itu lebih superior atau lebih baik daripada jenis kelamin yang lainnya, dalam hal ini, perempuan.

Hal ini bermula dari ibu saya yang meminta tolong saya untuk memperbaiki alat setrikanya yang rusak. Kabelnya putus atau korslet, saya tidak tahu dengan pasti karena saya bukanlah mekanik yang terlatih. Lalu ibu saya berkata, "Kamu kan laki-laki, masa sih gak bisa? Laki-laki macam apa kamu?"

Lalu beberapa waktu yang lalu juga teman saya berkata, "Ganti oli dan ganti busi motor mah gak usah ke bengkel. Kerjain sendiri aja di rumah, kita kan laki-laki. Harus ngerti motor."

Beberapa tahun yang lalu, saat saya masih aktif menjadi atlet cabang olahraga karate, pelatih saya yang juga merupakan pelatih beladiri militer berkata, "Kamu kalau lari jangan lambat! Jangan kayak perempuan! Mukul dan nendang juga harus keras, kamu kan bukan perempuan!", terlebih, ini dikatakan saat pemusatan latihan menjelang Pekan Olahraga Mahasiswa di depan atlet yang bukan saja terdiri dari laki-laki, tapi juga perempuan.

Di tulisan ini saya hanya fokus pada pandangan saya sebagai seorang laki-laki ya. Dan saya katakan, bahwa patriarki dan seksisme itu merugikan laki-laki juga, tidak hanya perempuan. 

Dari pengalaman saya di atas, laki-laki yang tidak bisa melakukan tugas kelistrikan sederhana dianggap sebagai laki-laki tidak becus. 

Laki-laki yang tidak bisa membongkar sepeda motornya sendiri dianggap bukan laki-laki, dan laki-laki yang tidak ahli dalam olahraga dianggap sama seperti perempuan.

Kesetaraan Gender. indiatvnews.com
Kesetaraan Gender. indiatvnews.com

Tentu, ini tidak terjadi kepada saya juga, tapi kepada miliaran laki-laki yang ada di dunia selama berabad-abad. Saya dididik sejak kecil oleh lingkungan terdekat saya dan juga oleh masyarakat dengan moralitasnya yang selalu berkata, "Laki-laki tidak boleh menangis. Laki-laki harus kuat. Laki-laki harus jadi pemimpin. Laki-laki harus suka musik rock yang laki-laki banget.", dan ribuan doktrinisasi lainnya.

Tidak bisakah kita hidup dalam dunia yang tidak lagi dikotak-kotakan?

Saya tidak bisa memperbaiki setrikaan yang rusak maupun membongkar sepeda motor sendiri kan bukan karena saya ini laki-laki. Ini mah karena saya memang bukan lulusan Teknik Mesin ITB atau lulusan SMK bidang mesin! Kalau saya lulusan Teknik Mesin ITB atau SMK bidang mesin tapi tidak bisa melakukan itu barulah saya boleh untuk diragukan. 

Lagian banyak kok lulusan Teknik Mesin ITB atau SMK bidang mesin yang merupakan seorang perempuan. Yang pastinya selama mempelajari dunia tersebut pasti dipandang aneh oleh orang lain, baik dari pihak laki-laki, atau dari pihak perempuan.

Entah siapa pencetus sistem patriarki dan seksisme ini. Bukannya menguntungkan laki-laki, ini juga bikin rugi tahu! Laki-laki gak boleh nangis itu memangnya kenapa? 

Bahkan para Nabi yang merupakan kekasih dari Tuhan saja nangis kok kalau lagi sedih mah! Ribet amat sih hidup di dunia yang serba patriarki dan seksisme ini.

Saya tahu kok, bahwa laki-laki dan perempuan punya kodratnya masing-masing. Laki-laki punya penis, dan perempuan punya vagina. Laki-laki membuahi wanita saat sudah menikah ketika sel sperma bertemu dengan sel telur. Bedanya cuma itu aja kok. Sebatas itu doang, bahwa wanita aka ada siklus menstruasi yang datang setiap bulannya. Ditambah, nanti akan hamil, melahirkan, dan menyusui. Itu aja. Sebatas itu aja kok kodratnya secara biologis mah.

Sisanya ya harusnya bebas aja.

Laki-laki lebih menjadi perancang busana karena suka dengan dunia fashion serta memiliki keahlian dalam merajut dan menjahit baju? Silakan! Perempuan ingin menjadi montir profesional karena suka dengan dunia otomotif? Ya silakan! Laki-laki bercita-cita untuk jadi penjual bunga profesional karena dia suka dengan bunga? Silakan! Perempuan ingin jadi atlet cabang olahraga karate karena dia suka banget sama kegiatan baku hantam? Silakan!

Norma-norma masyarakat yang serba patriarki dan seksisme ini seolah tidak bisa mewujudkan hal tersebut. Sumpah, bikin rugi gak hanya buat perempuan saja, tapi merugikan laki-laki juga. Saya penasaran, siapa sih orang yang pertama kali mencetuskan hal ini? Pengen saya ajak ngopi biar saya tahu alasannya apa sehingga selama berabad-abad kita hidup dalam dunia yang serta dikotak-kotakan gini hanya karena jenis kelamin, bukan karena keahlian dan kesukaan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun