Mohon tunggu...
wisnel
wisnel Mohon Tunggu... Freelancer - M.Sc

Berbicaralah yang baik, kalau tidak diam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memaknai 75 Tahun Kemerdekaan dan Tahun Baru Islam untuk Indonesia Bangkit

20 Agustus 2020   21:16 Diperbarui: 22 Agustus 2020   06:49 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang yang tidak peduli atau tidak tahu sejarah adalah orang yang lemah akalnya atau begitu kuat hawa nafsunya untuk ‘masa bodoh’ dengan semua kejadian sejarah. Sebaliknya, orang yang kuat akalnya adalah orang yang mau memahami secara mendalam kejadian sejarah dan mengambil pelajaran bukan sekedar euforia belaka. Ada dua kejadian sejarah penting yang dalam kalender masehi tahun 2020 ini kebetulan terjadi berhampiran bagi bangsa Indonesia yang notabenenya mayoritas beragama Islam. 

Yang pertama adalah tahun baru Islam yang menandai hijrah Rasulullah Muhammad ke Madinah, sedangkan yang kedua adalah hari deklarasi kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Meskipun dua kejadian diatas berbeda, tetapi keduanya memiliki benang merah yang sama yaitu kelahiran bangsa dan negara alias ‘kemerdekaan’. 

Jika yang pertama lahirnya bangsa dan negara Islam pertama yang memerdekan dari penyembahan berhala, sedangkan yang kedua adalah lahirnya bangsa dan negara Indonesia yang memerdekakan dari kolonial barat. Lalu pelajaran apa yang bisa kita ambil dari persamaan dan perbedaan kedua kejadian penting bagi bangsa Indonesia yang notabenenya mayoritas Islam?

Hijarah dalam Islam secara substansinya menandai berpindahnya Rasulullah Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 masehi. Namun, secara hakiki adalah terjadinya perubahan besar (revolusi) dari ‘kejahiliyahan’ kepada ‘Islam kaaffah’ yang secara spatial berpindah negeri Mekah yang dikuasai oleh kaum pagan dan anti Islam ke negeri Madinah yang secara de facto dan de jure adalah negara Islam pertama yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Muhammad. 

Perubahan besar ini diambil sebagai tanda tahun baru Islam (1 Muharram, 1 Hijriyah) yang menjadi titik balik dakwah memerdekakan manusia dari ‘jahiliyah’ kepada ‘Islam kaaffah’. Inilah pelajaran besar yang harus kita ambil hikmahnya yaitu dengan berhijrah secara kaffah kedalam Islam akan membawa manusia pada kebangkitan yang diridhoil oleh Allah SWT didunia dan diakhirat. 

Menolak sebagian atau seluruh syariat Islam yang di bawa Rasulullah Muhammad merupakan ‘kejahiliyahan’, karena itu Allah SWT menganggapnya sebagai ‘kemusyrikan’ atau ‘kekafiran’ yang keduanya sangat ‘tercela’. Oleh karena itu, memaknai tahun baru Islam tanpa ada upaya perubahan dari Islam parsial atau non-Islam kepada ‘Islam kaaffah’, maka merayakan 1 Muharram 1422 Hijriyah hanyalah sebuah euphoria tanpa makna oleh orang yang lemah akalnya.

Ribuan tahun sejarah terlewati dan berbagai perubahan dunia terjadi sejak meninggalnya Rasulullah Muhammad dan digantikan oleh khalifah yang silih berganti. Turun naiknya kejayaan Islam dan ronrongan kekuatan timur dan barat yang anti kepada Islam didunia telah mempengaruhi situasi dan kondisi masyarakat nusantara Indonesia.

Ratusan tahun rakyat nusantara yang notabenenya sudah memiliki akar sejarah yang kuat dan mesra dengan dunia Islam diobok-obok oleh para kolonial barat dan timur silih berganti. Karena kuku Islam yang sudah tertancap dalam di sendi-sendi kehidupan rakyat nusantara, maka perlawanan terhadap penjajahan barat dan timur tidak pernah berhenti diseluruh pelosok nusantara. 

Hingga tanggal 17 Agustus 1945 diproklamasikan kemerdekaan negara dan bangsa Indonesia dari penjajahan kolonial barat atau timur untuk ‘menentukan nasib sendiri’. Jadi, secara substansi proklamasi kemerdekaan ditujukan untuk membebaskan negara dan bangsa Indonesia dari pengaruh negara penjajah barat dan timur untuk ‘menentukan nasib sendiri’. Namun, ketika pilihan jalan ‘menentukan nasib sendiri’ itu bukan ‘Islam kaaffah’, tetapi jalan ‘sekuler’ ala barat yang sudah dipersiapkan kolonial dalam program ‘politik etis/balas jasa’, maka hakikinya kemerdekaan Indonesia hanyalah fatamorgana. 

Hal tersebut terbukti dengan digerogotinya kekayaan alam Indonesia oleh negara barat dan timur, Indonesia sangat tergantung pada import teknologi, dan sampai sekarang tidak pernah mandiri memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain, Ketika pilihan itu adalah ‘jahiliyah modern sekulerisme’, maka terbukti bahwa kemerdekaan semu itu tidak akan pernah membawa kebangkitan sesungguhnya didunia dan diakhirat meskipun sudah 75 tahun merdeka. 

Jadi, orang yang merayakan kemerdekan negara dan bangsa Indonesia namun tanpa ada upaya perubahan dari jahiliyah sekulerisme kepada Islam kaaffah pada hakikinya belum merdeka. Karena memilih terikat dengan hukum sesama manusia yang tidak sejalan dengan hukum Sang Pencipta alam semesta berarti menyembah kepada sesama makhluk. Fakta sejarah telah hadir bahwa hanya dengan bertauhid manusia akan bangkit secara hakiki serta sukses dunia dan akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun