Dalam tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Tingkat Pendidikan Vs Interaksi Sosial" adalah tentang perlunya cara berinteraksi yang baik di masyarakat. Dalam tulisan tersebut  hanya difokuskan pada dua objek tinjauan yakni orang-orang yang sudah berpendidikan tinggi dan masyarakat awam.
Jujur saja, tulisan itu tidak ada kaitannya dengan konten umpatan Prabowo (Calon presiden nomor urut 02) Â yang viral saat ini, ndasmu.Â
Namun, entah mengapa?, tulisan tersebut seakan ber-gayung-bersambut dengan isu kampanye presiden saat ini.
Dalam tulisan itu dipesankan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka seharusnya semakin mantaplah tutur katanya (caranya beinteraksinya di lingkungan masyarakat).
Kemudian berkaitan dengan ucapan calon presiden Prabowo dalam kampanye akbarnya di Gelora Bung Karno (GBK). Â Jika analogikan dengan bagian ini. Beginilah kira-kira. Jika semakin tinggi derajat kehidupan seseorang (kepublikfigurannya) maka seharusnya semakin mantap tutur katanya. Mungkin begitulah.
Namun, perbedaan pendapat tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini "bertumbuh 5%". Prabowo menyampaikan sanggahanya dengan sangat tidak setuju. Sehingga sampai mengeluarkan ucapan yang ternyata sangat kasar "ndasmu". Sanggahan ini tentu adalah kepada lawan politiknya saat ini, kubu petahana.
Secara etika memang  tidak selayaknya diucapakan di depan umum kata seperti itu, apalagi oleh publik figure seperti halnya calon presiden.
Bagi sebagian orang kata ndasmu, mungkin biasa, tidak terlalu ngaruh. Anggapannya katanya itu hanya guyonan biasa. Tetapi bagi yang mengerti betul makna dari kata tersebut, pasti memelekkan pikiran dan perasaan.
Arti kata ndasmu, jika diterjemahkan adalah "kepalamu". Makna kata tersebut ternyata dinilai sangat kasar. Dan tidak sepantasnya diucapkan kepada manusia. Karena kata ndas tersebut, lazimnya adalah untuk menyebutkan kepala binatang.
Jika disejajarkan dengan bahasa Batak. Mungkin kata ini semakna dengan pemakaian kata " babani amanngmu/ mulut bapakmu" (maaf bagi kita orang batak). Tidak bermaksud untuk  menyampaikan suatu maksud kepada orang lain saja, gemetar rasanya untuk mengetikkannya. Karena memang hanya ketika tidak terkontrol lagi seseorang bisa mengucapkan kata tersebut. Biasanya dalam kondisi sangat marah.