Di era digital saat ini, kepemimpinan tidak lagi cukup hanya hadir di balik meja kantor atau melalui konferensi pers yang kaku. Masyarakat kini menuntut kehadiran pemimpinnya secara langsung, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara digital. Media sosial menjadi ruang baru bagi para pemimpin untuk membangun kedekatan emosional, menyampaikan pesan, dan menunjukkan aksi nyata secara transparan. Inilah bentuk komunikasi publik yang relevan di masa kini: cepat, langsung, interaktif, dan humanis.
Dalam konteks ini, sosok Kang Dedi Mulyadi (KDM) menjadi fenomena tersendiri. Ia memanfaatkan platform seperti Instagram dan YouTube bukan hanya sebagai media dokumentasi kegiatan, tetapi sebagai sarana strategis untuk menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan, menegakkan kewenangan secara santun, dan membangun narasi kepemimpinan yang dekat dengan rakyat.
Popularitas KDM bukanlah sesuatu yang dibangun secara instan. Ia telah membangun citra dan kepercayaan publik melalui konten-konten konsisten yang menyentuh realitas masyarakat, disampaikan dengan gaya khas yang sederhana namun mengena. Ini adalah investasi komunikasi jangka panjang.
Salah satu aspek luar biasa dari kepemimpinan KDM adalah gaya "berkantor keliling" yang ia terapkan di seluruh pelosok Jawa Barat. Ia tidak terpaku pada kursi empuk di kantor gubernuran di Bandung, melainkan hadir langsung di tengah masyarakat, menyapa, mendengarkan, dan menyelesaikan persoalan warga secara langsung. Kehadirannya di media sosial menjadi perpanjangan dari aktivitas nyata tersebut, menguatkan pesan bahwa pemimpin tidak boleh jauh dari rakyat.
Fenomena ini menjadi bukti nyata bahwa komunikasi digital, jika dimanfaatkan secara otentik dan strategis, dapat menjadi alat pemberdayaan masyarakat dan membangun model kepemimpinan yang lebih responsif, humanis, dan relevan dengan zaman.
Ciri Khas KDM
Salah satu keunikan pendekatan komunikasi Kang Dedi Mulyadi (KDM) adalah keberaniannya untuk berbicara langsung kepada publik tanpa perlu perantara. Ia tidak mengandalkan tim juru bicara yang kompleks atau lingkaran pembantu yang justru berpotensi menimbulkan salah tafsir atau blunder komunikasi. Sebaliknya, KDM memilih untuk tampil sendiri, menyampaikan pemikiran, kebijakan, serta pandangannya secara langsung melalui kanal digital pribadinya.
Pilihan ini menunjukkan tingkat kepercayaan diri dan keaslian yang jarang dimiliki oleh banyak pemimpin. Dalam setiap unggahan videonya, baik di YouTube maupun Instagram, KDM tampil lugas, jujur, dan apa adanya. Ia tidak menyusun narasi dalam format formal yang kaku, melainkan membungkus pesan-pesannya dalam storytelling yang alami dan dekat dengan keseharian masyarakat. Ekspresi wajahnya, bahasa tubuhnya, bahkan logat khas Sunda yang ia gunakan menjadi daya tarik tersendiri yang membuat publik merasa bahwa mereka sedang berbicara dengan "urang sorangan," bukan sekadar menyaksikan tokoh publik.
Gaya komunikasi KDM mencerminkan perpaduan antara ketegasan dan empati. Ia mampu bertindak tegas terhadap pelanggaran atau ketidakadilan, namun caranya tetap menghargai martabat manusia. Inilah yang membuat komunikasi KDM disebut "humanis", karena di balik tindakan tegas, selalu ada niat untuk membangun dan memberdayakan. Ia tidak mempermalukan, tetapi mengedukasi. Ia tidak mencaci, tetapi merangkul dan mengarahkan.
Kemampuan KDM dalam mengolah pesan menjadi narasi yang kuat dan menyentuh membuktikan bahwa komunikasi publik bukan hanya soal menyampaikan informasi, tetapi juga soal membangun koneksi emosional. Dan dalam dunia digital yang penuh kebisingan ini, suara yang tulus, otentik, dan konsisten seperti milik KDM justru terdengar paling nyaring.