Mohon tunggu...
Wira Ramasiwi
Wira Ramasiwi Mohon Tunggu... Musisi - Tidak good, lu-King

Bucinologi sekaligus Musikus Amatir.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puasa-Ber-Puisi

5 Juni 2021   20:36 Diperbarui: 5 Juni 2021   20:50 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hawa yang kerap kali berminat memakan hasrat,
Mungkin tak sanggup jua mengisi diksi yang ketat,
Nafsunya itu lah yang mungkin kian menjerat,
Akan keadaan bulan ifah yang berkarat.

"Apakah aku tertidur di pendamparan yang sunyi?"
"Apakah bernapas disamping jenazah itu disebut sombong?"
Tentunya pembaringan itu tak lagi suci,
Dan sungguh penantian yang dinantikan bila anda kolong.

Ibadah ber-puisi sangat penting agar sempurna,
Bak dirimu yang bersamaku kelak mendiami nirwana,
Malam nirmala yang sangat di nanti semua umat
Bak dirimu yang dikutip semua senja.

Tiga belas jam tiga puluh menit menjadi saksi bisu,
Tanpa kamu sangka sakit pembuluh itu menjadi redup,
Tiga ratus enam puluh lima hari aku mendambamu,
Tanpa kamu sangka kamu perlahan mulai luluh.

Bicara soal petasan, terkadang aku teringat mutan.
Gara-gara insan,  terkadang kita merasa sangat instan.
Pura-pura ringan, terkadang daku teringat makan siang.
Buta-buta panangan, terkadang kita merasa nyaman.

Tiap detak di setiap detik aku mulai membuat rima,
Dengan alur yang seakan-akan semuanya sempurna,
Beberapa amanat sudah ter-alamat kan,
Dengan bahasa-bahasa yang bermajas hina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun