Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yeni - Fidelis, Kisah Annelies - Minke di Dunia Nyata

10 April 2017   21:09 Diperbarui: 11 April 2017   18:30 3949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Bumi Manusia”, novel pertama dari tetralogi pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer, salah satu kalau tidak bisa dikatakan sebagai sastrawan terbesar Indonesia memang fenomenal. Kisah yang disusun Pram dalam novel ini benar-benar menyentuh dan menyerang secara telak watak kolonial dengan segala keangkuhannya.

Yang membuat novel ini menarik, di sini Pram tidak hanya berkutat pada segala macam konflik politik, tapi juga membumbuinya dengan kisah-kisah romantis yang mengaduk-aduk emosi dan perasaan pembacanya dan oleh Pram, kisah romantis ini dengan apik dipakai untuk menunjukkan watak kolonial yang kaku, angkuh dan sama sekali tidak menunjukkan penghargaan sedikitpun kepada pribumi dengan segala macam tata nilainya, bahkan nyawa manusianya.

Bagian paling menarik dari kisah romantis di novel ini tentu saja kisah percintaan antara Minke sang tokoh utama dengan Annelies Mellema, seorang gadis cantik jelita berwajah indo, putri Nyai Ontosoroh, seorang wanita pribumi yang dijadikan gundik oleh seorang Belanda bernama Herman Mellema yang sudah memiliki istri sah di negeri Belanda.

Dalam novel ini Pram menggambarkan, Minke sebagai seorang anak pribumi yang bersekolah di HBS, yang pandai dan piawai menulis sehingga tulisannya dimuat di koran Belanda dan membuat banyak orang berdecak kagum. Sementara keluarga Mellema digambarkan sebagai keluarga tuan tanah kaya raya yang mengelola tanah pertanian dan peternakan. Semua urusan pengelolaan peternakan itu diurusi oleh Nyai Ontosoroh. Nyaris tanpa campur tangan suaminya sama sekali.

Tapi meski semua kekayaan dan kesuksesan tanah pertanian dan peternakan itu adalah hasil usaha Nyai Ontosoroh, tapi hukum kolonial Belanda yang kaku dan memandang rendah pribumi hanya mengakui semua yang diusahakan oleh Nyai Ontosoroh itu sebagai milik Herman Mellema, seorang manusia brengsek, pemabuk dan hidung belang yang menghabiskan sebagian besar waktunya di kompleks pelacuran. Tapi memiliki status sebagai orang Belanda.

Dikisahkan, atas persetujuan Nyai Ontosoroh, Annelies dan Minke menikah secara Islam. Tapi karena usia Annelies masih belum mencapai usia dewasa menurut hukum Belanda. Secara hukum pernikahan itu dianggap tidak ada.

Pada awalnya, tidak ada masalah dengan itu. Tapi masalah timbul ketika Herman Mellema mati terbunuh. Status Nyai Ontosoroh sebagai penguasa lahan pertanian itu goyah. Hukum Belanda sama sekali tidak mengakui sedikitpun haknya sedikitpun untuk memiliki perusahaan yang dia bangun sendiri. Bukan hanya itu, dia bahkan tidak memiliki hak atas anak yang dilahirkannya sendiri.

Kematian Herman Mellema juga berimbas pada rumah tangga Minke dan istri terkasihnya Annelies yang dia cintai sepenuh jiwa. Karena usianya menurut hukum Belanda masih belum dewasa, kematian bapaknya membuat Annelies dipaksa untuk dipisahkan dari ibu dan Minke suaminya. Sebab menurut hukum Belanda, ketika Herman Mellema meninggal, yang berhak merawat Annelies adalah ibu tirinya, istri sah bapaknya yang tinggal di negeri Belanda.

Annelies sendiri adalah seorang gadis yang rapuh secara psikologis, dia mengalami trauma psikis karena pernah diperkosa oleh abang kandungnya. Hanya Minke, suaminya yang menerimanya apa adanya lah yang bisa membuat jiwanya tenang.

Karena itulah ketika hukum kolonial memaksa untuk memisahkannya dengan suaminya, Nyai Ontosoroh, ibu yang melahirkannya serta Minke, suami yang sangat mencintainya tahu persis kalau itu akan berdampak buruk pada Annelies bahkan beresiko membuatnya kehilangan nyawa.

Segala daya dan upaya yang dilakukan Minke dan Nyai Ontosoroh untuk menggagalkan rencana pemerintah kolonial untuk memisahkan Annelies dengan Minke dan membawa perempuan ini ke Belanda, untuk diurus oleh ibu tirinya. Segala macam argumen telah digunakan, termasuk dengan menyatakan bahwa Annelies sudah menikah secara hukum Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun