Mohon tunggu...
Winaring Suryo
Winaring Suryo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lingkaran Setan Bullying Afi

10 Juli 2017   16:41 Diperbarui: 10 Juli 2017   17:01 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum teknologi sosial media merajalela seperti sekarang bullying terjadi di sekolah-sekolah, contohnya; di kamar mandi anak perempuan atau laki-laki, di lapangan sekolah seusai sekolah, kantin, atau di gang-gang sepi.

Bullying masih ada hanya saja beralih rupa menjadi cyberbullying. Cyberbullying adalah bentuk pengejekan, penghinaan, dan intimidasi di dunia maya dengan tujuan untuk mempermalukan korban atau membunuh karakter korban. Kita semua tahu, bullying tidak pernah berakibat baik kepada psikologis seseorang. Seorang anak yang diejek bodoh atau gendut berulang-berulang akan merekam ejekan tersebut dalam alam bawah sadarnya dan itu akan menghancurkan psikologisnya.

Lalu, bagaimana dengan cyberbullying yang dialami oleh Afi Nihaya Faradisa? Remaja yang terkenal mendadak karena tulisan 'Warisan'-nya yang fenomenal. Menurut saya, Afi melakukan kesalahan dengan melanggar common sense yang dianut kebanyakan orang lain yaitu plagiarisme. Saya yakin Afi melakukan itu karena keterdesakan masyarakat atas ekspektasi terhadap dirinya. Seolah dia memanggul beban banyak orang untuk terus bersinar dan menginspirasi. Afi lupa bahwa panah yang melesat ke langit pada titik puncak harus jatuh ke bumi.

Cyberbullying yang diterima oleh Afi adalah buah dari norma yang dilanggarnya. Sebagian orang menyayangkan sikap plagiarismenya, sebagian orang sudah terlanjur membencinya karena muatan tulisannya, tak jarang pula orang-orang yang semula mendukung dan mengelu-elukannya karena tulisan Warisan- nya kini mengamini para pembully-nya. "Habis dia tukang copas sih", komentar salah satu teman saya.

Satu hal yang perlu Afi tahu, bullying apapun bentuknya entah di dunia nyata maupun di dunia maya tidak akan selesai dalam sehari atau dua hari dengan konferensi online. Yang harus Afi lakukan adalah sabar dan terus melawan. Buat saya bullying adalah kabut beracun. Tak terlihat dan banyak tapi mencekik tenggorokanmu. Apa daya memukul kabut beracun? Tak kan bisa.

Dunia sosial media kadang tanpa sadar membuat kita menjadi pembully maupun korban bully. Benar tidak? Penelitian mengatakan bahwa 1 dari 4 remaja pernah mengalami cyberbullying, sedangkan 1 dari 6 remaja pernah menjadi pembully.

Salah seorang teman sosmed saya, Muthia (seorang mahasiswa cerdas yang kuliah psikologi), menulis sebuah analisis yang sangat bagus sekali mengenai polah tingkah netter yang berjudul, "Psikopati Bersemayam Diantara Netter" (buruan di publish Mut, ealahdalah ;p). Apa yang ada di benak kalian ketika saya menyebutkan psikopat? Pembunuh berantai? Mungkin Jack The Ripper? Saya sempat dibuat terhenyak dengan tulisan canggih teman saya ini. 

Saya merasa bodoh ketika mengetahui bahwa ternyata kita-kita ini juga bisa digolongkan sebagai psikopat. Berikut saya kutip dari tulisan Muthia, "Mereka bersedia menyerang siapapun yang tidak sepaham melalui komentar-komentar yang menjatuhkan. Lebih parahnya lagi hal tersebut berlanjut ke bullying dan teror." Dalam tulisan Muthia, hal-hal diatas sudah mampu menggolongkan seseorang sebagai psikopati meskipun kehidupan yang dijalaninya normal bahkan dia diterima oleh masyarakat karena berkelakuan baik.

Buckels, Trapnell, & Paulhus (2014) menyepakati bahwa seseorang dengan sengaja posting provokatif dan ofensif di internet untuk mendapatkan kesenangannya. Baik murni untuk kesenangan ataupun untuk keuntungan tertentu, hal itu dinamakan manipulasi. "Dunia maya juga digunakan oleh orang-orang yang tidak merasa bersalah untuk menyerang kesejahteraan mental sesama pengguna. Sebab disana siapa saja bisa memiliki otoritasnya dan memperluas dominasi," tulis Muthia.

Apakah pernah terbersit di benak kalian bahwa penarik pelatuk bunuh diri Amanda Todd adalah remaja-remaja yang sehari-harinya berkelakuan baik atau malah orang-orang dewasa yang tampak normal? Dark personality atau karakter gelap, "setiap manusia diasumsikan memilikinya, hanya saja kadar dan kesempatan yang dimiliki berbeda-beda", tulis Muthia. Apa itu karakter gelap atau dark personality? Paulhus dan Williams (2002) dalam penelitiannya merujuk pengertian dark personalityatau karakter gelap sebagai seperangkat sifat yang tidak menyenangkan secara sosial, ofensif (suka menyerang, menghina, menyakiti) namun masih berada dalam kisaran normal dan sehari-hari. Kita semua memiliki sifat itu bukan?

Pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 100 juta pengguna. Sayangnya pengguna yang banyak tidak disertai pemakaian yang bijaksana. Jangan tunggu martir untuk menghentikan cyberbullying. Semoga kita tidak sekeji itu. Apa ada yang tahu apa yang akan dilakukan Afi jika kita mendesaknya lebih jauh? Mari bersama-sama kita lebih dewasa bersosial media. Hentikan bullying dimulai dari kita.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun