Materi yang dibawakan Kakanda Taufiqurrahman ini cukup menarik, pembahasan dimulai dari penggambaran kerangka berfikirÂ
Intuisi > Relativitas Akhlak > Pancasila
Terlebih dahulu pemateri menyatukan frame bahwa Intuisi adalah kemampuan untuk memahami sesuatu tanpa melalui pandangan rasional dan intelektualitas, selaras dengan arti menurut KBBI Intuisi adalah bisikan hati. Hal ini menyimpulkan intuisi ini diatur oleh sistem bawah sadar dan biasanya berasal dari pengalaman.Â
Sebelum masuk ke dalam Relativitas Akhlak, kita harus memahami terlebih dahulu definisi dari akhlak. Seperti yang dijelaskan pemateri, akhlak berasal dari kata khulqum yang berarti budi pekerti atau tingkah laku. Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali (2011) akhlak lebih mengarah pada sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.Â
Akhlak ini sendiri terbagi menjadi dua lini yaitu Akhlak muamalah atau akhlak yang baik, dan akhlak mazmumah atau akhlak yang buruk Menurut saya dalam agama islam akhlak merupakan salahsatu Pondasi kuat dalam menopang agama islam setelah iman dan syariat. Bahkan pemateri mengatakan bahwa akhlak adalah misi Rasulullah SAW. Selaras dengan pandangan Menurut Ilyas (2014) bahwa Akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting, dimana Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak mulia sebagai misi pokok yang sangat penting.Â
Sesuai dengan perkataan pemateri bahwa Relativitas Akhlak itu sendiri mewujudkan sikap ke dalam yang pernyataannya diluar bagi yang meyakininya. Sedangkan bagi saya Relativitas Akhlak itu terjadi apabila seseorang memiliki sifat baik maka ia akan disenangi oleh banyak orang, dan apabila seseorang tersebut sudah tertanam akhlak yang buruk maka ia akan dibenci oleh orang sekitarnya.Â
Karna akhlak berkaitan dengan kebenaran relatif, Kebenaran menurut Bahm (2000) dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit atau abstrak. Kakanda Taufiqurrahman pun membagi kembali kebenaran relatif itu menjadi 5 lini yaitu korespondensi, konsensus, koherensi, pragmatis dan Performatif.Â
Selanjutnya Pancasila, Menurut Damanhuri (2016) Pancasila berasal dari sanskerta "Panca yang berarti lima dan "Sila" yang berarti sendi atau dasar. Selaras dengan pemateri yang mengatakan bahwa pancasila itu adalah ideologi atau dasar. Menurut Suraya (2015) Pancasila diibaratkan sebagai Pondasi, jadi semakin kuat Pondasi tersebut maka akan semakin kokoh suatu negara. Pancasila juga mencerminkan kepribadian masyarakat Indonesia karna didalamnya terdapat butir-butir yang apabila diimplementasikan akan mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.
Korelasinya adalah intuisi harus menghasilkan relativitas akhlak yang mana akan mewujudkan nilai-nilai pancasila.Â
#lk2korkomsa
#hmikorkomsaÂ