Mohon tunggu...
Windy Keniko
Windy Keniko Mohon Tunggu... Insinyur - Kom Spelen

AKSARA (AKAL, SARKAS, RASIONAL)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gwijunghan

2 Mei 2020   05:26 Diperbarui: 2 Mei 2020   07:36 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah melewati dan menyaksikan beberapa proses, sampailah mereka di bagian akhir pabrik. Kini, mereka berada di halaman paling belakang pabrik. Betapa terkejutnya anak-anak itu melihat banyaknya sapi disana. Ya, disana merupakan tempat proses pemerahan sapi. Hari itu kebetulan sedang ada beberapa karyawan yang sedang memerah susu, namun sayang nya anak-anak hanya diizinkan melihat proses nya dari jauh saja. Beberapa karyawan juga sibuk mengangkut ember-ember hasil perahan sapi tersebut, untuk selanjutnya dimasukan ke dalam pabrik.

Pak Handorso yang kebetulan hari itu bertugas menjadi Guide Tour pabrik tersebut, mulai menjelaskan bagaimana proses pemerahan tersebut dilakukan. Anak-anak begitu antusias, pertanyaan demi pertanyaan mereka lontarkan terhadap Pak Handorso. Dari sekian banyak penjelasan, ada cerita  yang begitu menarik di pabrik ini. Ternyata, para karyawan disana kebanyakan memang orang desa sekitar. Beberapa sapi yang ada disana juga sebagian memang dibeli dari mereka. Tak ingin ambil repot, pihak pabrik sekaligus merekrut mereka untuk menjadi pemerah sapi dan ada juga yang menjadi karyawan bagian pengolahan. 

Warga sekitar sangat menghargai sekali keberadaan pabrik ini, karena pengelola pabrik disini sangat murah hati menurut Pak Handorso. Karyawannya terkadang diberikan beberapa botol susu segar untuk dibawa pulang. Tak hanya itu, kadang pihak pengelola sesekali mendatangi warga sekitar dengan memberikan hasil pabrik dan beberapa barang sembako. Bahkan warga sekitar diizinkan menanam dan mengelola tumbuhan strawberry, di pekarangan samping pabrik yang masih luas. Hasilnya diberikan kepada warga tersebut.

Di sisi lain, sering kali warga sekitar tak sungkan untuk mengundang pihak pengelola bilamana ada kegiatan acara di tempat mereka. Hubungan itulah yang membuat mereka nyaman bekerja disini. Tak heran, anak-anak bisa melihat begitu ramahnya para karyawan disini kepada mereka. Karena satu sama lain begitu saling menghargai. 

Sayangnya, waktu begitu cepat berlalu. Perjalanan study siang itu berakhir, masing-masing anak dibekali 1 kotak plastik buah strawberry dan yang pasti banyak ilmu baru yang mereka bawa pulang. Hanya Safar kala itu yang membawa lebih hadiah, karena tidak disangka berhasil menjawab pertanyaan Pak Handorso. Dia dihadiahi sebotol susu murni segar dari pabrik. Dibagian botolnya tertulis "Tak Ternilai" tidak untuk dijual-belikan.

Begitulah terkadang hal-hal terjadi, tidak disangka. Mungkin bagi pihak pengelola, satu botol susu untuk dibagikan kepada warga nya tidak menjadikan kerugian, satu lahan kosong untuk menanam strawberry tidak menjadi masalah. Tapi bagi warga itu sendiri, sesuatu itu menjadi sangat berarti.  Atau seperti halnya Safar yang tidak disangka dapat menjawab pertanyaan, yang bahkan sebelumnya tidak ia rencakan. Membuahkan satu botol tak ternilai yang orang lain tidak dapatkan. 

Entahlah. Apa yang kita rencanakan, apa yang kita harapkan tidak selalu menjadi terkabulkan. Namun, terkadang ada sesuatu yang lain yang kita dapatkan. Sesuatu yang tak ternilai. Bahkan bilapun ada nilainya, menjadi tidak menarik. Karena begitu murni, buah ketulusan.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun