Masih ingat cerita Hitler pemimpin pasukan Nazi kala itu. Dia bersama pasukannya, menebarkan ketakutan-ketakutan terhadap orang-orang Yahudi. Ia mencuci otak pasukannya, bahwa yahudi harus dimusnahkan. Anak muda diajak berperang, anak-anak masih kecil pun diajarkan untuk membenci kaum Yahudi. Buku-buku yang seharusnya mereka pelajari, diganti dengan buku yang menurut mereka benar. Tidak ada jalan keluar pembebasan akal pikiran. Karena mereka menjadi tidak pernah belajar apa yang seharusnya benar.
Seperti sore itu, di tempat biasa anak-anak bermain. Wajah Jojo tidak begitu mengasyikan, dia terlihat murung. Ada tekanan yang entah darimana membuat bocah satu ini begitu ketakutan. Tidak seperti biasanya, kali ini dia tidak banyak bicara. Matanya seakan polos menatap kosong sekitar. Teman-temannya yang lain mulai heran. Mereka mulai mempertanyakan, ada apa dengan Jojo kala itu ?
"Kamu baik-baik aja, Jo ?" tanya Rina mendekatinya.
"Apa yang kamu pikirin sih ?" Dimas ikut menimpal.
"Tidak ada", jawabnya singkat.
"Kamu kelaparan lagi kah Jo ?" tanya Willy sambil tertawa kecil.
"Tidak, tidak. Aku hanya tidak bersemangat hari ini" jawab Jojo meyakinkan teman-temannya.
"Yah biasa, paling dia takut tidak lulus lagi ujian conversation esok hari", rupanya Safar sedari tadi tahu lebih dulu.
"Aku pasti dimarahi ibuku lagi, kalo tidak lulus" Jojo tertunduk sedih.
Akhirnya mereka putuskan untuk tidak bermain sore itu, mereka berbondong-bondong pergi kerumah Jojo untuk mengajarinya percakapan dalam bahasa inggris.
Banyak cara yang digunakan orangtua untuk mendidik kita saat kecil. Biasanya mereka membumbui nya dengan ketakutan-ketakutan, sehingga si anak enggan untuk berbuat hal yang tidak diinginkan. Diganggu hantu misal ketika kita tidak tidur cepat pada malam hari. Disembunyikan kuntilanak atau ketika kita masih keluyuran saat waktu maghrib tiba. Atau nasi akan tiba-tiba menangis misalnya bila kita tidak menghabiskan makanan kita.