Mohon tunggu...
Windy Keniko
Windy Keniko Mohon Tunggu... Insinyur - Kom Spelen

AKSARA (AKAL, SARKAS, RASIONAL)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bang

25 April 2020   17:28 Diperbarui: 25 April 2020   17:25 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi itu di kelas, anak-anak sedang sibuk berkutat dengan mata pelajaran sejarah. Mereka sangat terlihat tidak menyukainya, terlebih berbicara mengenai penjajahan masa lalu. Terkecuali Willy, dia satu-satunya anak yang menyukai mata pelajaran ini. Semangatnya menggebu-gebu, layak mesin industri yang dipaksa hidup 5x24 jam. Ia mempunyai alasan tersendiri mengapa begitu menyukai mata pelajaran ini. Baginya walau terkadang sejarah itu kelam, banyak kakek-nenek kita yang bersusah payah untuk hidup. Dia yakin semangat mereka diwarisi padanya, begitulah Willy.

Bu sisma wali kelas mereka, mulai menjelaskan kejadian G30S/PKI. Kali ini, anak-anak begitu antusias. Mereka tidak menyangka ada kejadian seperti itu pernah melanda ibu pertiwi. 

"Buu, apa tujuan mereka menculik jendral-jendral itu", tanya Anggi
"Kalau tidak salah, mereka itu tergabung dalam Dewan Jendral kan bu", sambung Willy

"Benar Willy, mereka merupakan para Jendral yang menolak gagasan yang diberikan PKI ini. Awalnya mereka ingin mengganti ideologi Pancasila kita dengan ideologi lain, gagasan mereka" jawab Bu Sisma.

"Lalu kenapa harus dibunuh bu ?", sambung Dimas.

"Mungkin dengan cara itu, mereka berpikir akan lancar melakukan keinginan mereka?", Jojo menimpal.

"Ya mungkin saja, ditambah kata ayahku pada saat itu mereka memiliki simpatisan yang banyak untuk mendukung gagasan mereka", sambung Willy.

"Mereka berhasil menciptakan ketakutan, seperti kala penjajah menakuti kakek-nenek kita. Tapi mereka gagal karena sikap mereka sendiri." tiba-tiba Rina membuat kesimpulan. Semua terdiam.

Begitulah pagi itu kelas berakhir, Bu Sisma harus mengakhiri pelajaran karena sudah memasuki waktu istirahat.

Banyak hal terjadi diluar kemampuan dan ekspektasi kita. Jelasnya kita tidak pernah tahu esok hari akan seperti apa, masih sanggupkah kita untuk berusaha ? Atau bahkan untuk mendapatkan sedikit makanan pun kita harus bersusah payah. Seperti para Pemimpin negara yang tidak menyangka pandemi akan begitu cepat melanda negeri mereka. Seperti seorang Investor, begitu mengetahui saham-sahamnya anjlok. Atau bahkan seorang pasien yang didiagnosa dokter, bahwa sisa hidupnya tinggal hitungan hari.

It's a Bang (ketakutan). Sisi baiknya kita selalu hidup dengan harapan, rasa syukur dan perjuangan. Terpujilah mereka yang masih bisa bersyukur dengan apa yang ia dapat. Sungguh bijaksana mereka yang tidak mengambil hak-hak yang bukan haknya. Dan sungguh kuatlah mereka yang tidak berputus asa walau masa depannya terancam. 

Semoga kita selalu mampu menghadapi ketakutan-ketakutan kita sendiri. Dengan cara apapun, yang baik. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun