Keinginan siswa untuk masuk pada pergaulan bebas, Napza ataupun menyakiti diri sendiri (Self Harm) hingga keinginan bunuh diri menunjukkan bahwa mereka sangat membutuhkan pendampingan dan perhatian khusus dari orangtua, sekolah dan masyarakat.Â
Sekolah sebagai rumah kedua bagi siswa menjadi tumpuan dan harapan bagi siswa agar masalah dalam masa transisi dari pandemi dan pasca pandemi ini sekiranya bisa terbantu maupun adanya upaya preventif yang bisa dilakukan untuk mengurangi meningkatnya angka masalah kesehatan mental yang dimiliki siswa.Â
Keberadaan Guru BK di semua kelompok pendidikan menengah sekiranya akan dapat membantu keterlaksanaan program penanganan masalah kesehatan mental.
Dalam Program Layanan Bimbingan Konseling diperlukan Analisa Kebutuhan Siswa melalui kegiatan himpunan data atau assessment. Jika dalam program Implementasi  Kurikulum Merdeka, assesment diagnosis menjadi salah satu assesment yang bisa dilakukan untuk lebih mengenal memahami kondisi fisik dan psikis siswa (Profil Siswa) . Â
Kegiatan assesment diagnosis bisa dilaksanakan secara berkala baik saat awal tahun ajaran baru, pertengahan tahun ajaran atau saat evaluasi pelaksanaan pembelajaran. Tujuannya adalah Guru BK bisa mengetahui kondisi awal awal siswa saat memasuki tahun jaran baru, kondisi siswa mengikuti proses pembelajaran hingga akhir dari pembelajaran.
Upaya yang bisa dilakukan oleh Guru BK adalah dengan penerapan penggunaan Tracing Kesehatan Mental Siswa melalui Form Manual Metode SRQ 20 yang dikembangkan oleh WHO melalui Kementrian Kesehatan RI . Siswa diminta untuk mengisi 20 item pertanyaan yang ada dalam form metode SRQ 20.Â
Adapun item-item pertanyaan yang harus dijawab meliputi kondisi fisik dan psikis siswa secara umum maupun secara spesifik. Gangguan mental umum kadang-kadang tersembunyi dan tidak disadari oleh penderitanya. Untuk penggunaan Form Metode SRQ 20, memang seyogyanya Guru BK terlebih dahulu mempelajari tujuan setiap item pertanyaan.Â
Juga keterkaitan antara setiap item dengan item pertanyaan lainnya. Selain itu Guru BK juga harus memahami batas minimal skor yang bisa diperoleh siswa atau skor maksimal sehingga mereka harus segera mendapatkan penanganan lebih lanjut dari Guru BK.
Ataupun Guru BK juga harus segera menindaklanjuti jika siswa tidak menunjukkan skor maksimal namun ada beberapa item pertanyaan yang urgent (terutama keinginan untuk bunuh diri) menjadi pilihan prioritas siswa.Â
Ataupun selain penggunaan form manual SRQ 20, yang bisa dicoba oleh Guru BK sebagai salah satu upaya assesment  diagnostik, Guru BK juga bisa menerapkan penggunaan Aplikasi Sehat Jiwa yang bisa diunduh melalui Google Play Store pada Android.Â
Aplikasi yang dikembangkan oleh Kementrian Kesehatan ini mulai banyak dipakai untuk membantu mengukur kadar kesehatan mental seseorang.Â