Mohon tunggu...
Philippus Angga Purenda
Philippus Angga Purenda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Perkenalkan saya Ph. Angga Purenda, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan kosentrasi Jurnalistik di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Semua Endang Boleh Gabung di Komunitas Ini

10 Juli 2013   12:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:45 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_265761" align="aligncenter" width="646" caption="Semua Anggota Jogja Endang Club memiliki Kartu ID ini"][/caption]

Cerita & Foto Oleh: Ph. Angga Purenda

Bagaimana jadinya jika seluruh anggota dari suatu komunitas memiliki nama yang sama yaitu Endang. Nama yang begitu populer di Indonesia itu, kini memiliki wadahnya sendiri di Yogyakarta. Komunitas uniktersebut bernama Jogja Endang Club (JEC). “Semua perempuan yang bernama Endang boleh gabung di komunitas ini kok” ujar Endang Revolusiati Syahbenol, pendiri Komunitas JEC ini.

Minggu pagi itu Jalanan di sekitar Sudirman Yogyakarta terasa beda, ratusan orang yang didominasi oleh kaum ibu-ibu tersebut sedang mengikuti pemecahan rekor MURI untuk maskeran secara bersama-sama yang diadakan oleh salah satu produk kecantikan. Diantarapesertanya merupakan dari komunitas Endang Jogja Club (JEC). Dimana Endang Syahbenol menjadi pemimpin rombongan ibu-ibu yang seluruh anggotanya bernama Endang tersebut.

Pagi itu sebenarnya juga bertepatan dengan diadakannya pertemuan rutin setiap bulannya oleh komunitas Jogja Endang Club itu. Komunitas yang memiliki sekretariatan di Kompleks Colombo No 60, Catur Tunggal, Depok, Sleman itu mengisi pertemuan rutinnya dengan ikut ambil bagian dalam pemecahan rekor MURI tersebut. "Meskipun seluruh Endang tidak bisa berkumpul semuanya tapi setidaknya pengurus inti dapat hadir dalam acara ini" ujar Endang Syahbenol Endang Syahbenol, saat ditemui disela-sela pertemuan rutin antar Endang itu mengungkapkan awal dibentuknya JEC ini berawal dari keisengannya. Ketika mengikuti suaminya pindah tugas kerja di Jogja, dirinya merasa nama Endang begitu banyak dijumpainya. Hingga akhirnya dirinya memberanikan diri untuk membuat surat undangan dengan judul "Endang, please join us" di salah satu surat kabar harian lokal di Yogyakarta di tahun 2004. Dimana isi dari surat tersebut merupakan sebuah ajakan kepada para perempuan di Yogya yang bernama Endang untuk berkumpul bersama. Hasilnya pun sekitar 60 orang datang ke rumah Endang Syahbenol yang sekarang ini juga digunakan menjadi sekretariatn dari JEC sendiri. "Akhirnya kita mengadakan pertemuan kembali untuk membicara kepengurusan dari JEC" ujar Endang Syahbenol yang sebelumnya pernah tinggal di Jakarta ini. Lebih lanjut, dirinya menjelaskan terbentuknya JEC ini juga untuk ikut serta dalam membangun kepedulian bagi sesama. Salah satunya di bidang sosial, dimana JEC sering kali mengadakan bakti sosial sebagai kegiatan yang diproritaskan. Tetapi tidak hanya di bidang sosial saja melainkan dibidang ekonomi dan pendidikan, komunitas ini juga berperan aktif. Salah satu langkah nyata yang ditempuh oleh ibu-ibu bernama Endang ini adalah dengan mewajibkan menggunakan baju batik di setiap pertemuan rutinnya. Bagi Endang Syahbenol sendiri dengan menggunakan batik maka komunitasnya juga ikut berperan dalam mengkonsumsi produk-produk nasional. "Makanan-makanan yang disajikan ketika pertemuan rutin pun juga merupakan produk-produk dalam negeri sendiri seperti pisang rebus dan salak" ujarnya. [caption id="attachment_265765" align="aligncenter" width="615" caption="Endang Revolusiati Syahbenol (Jilbab-Lengan Baju Pink) bersama anggota Jogja Endang Club lainnya."]

1373433802500984712
1373433802500984712
[/caption] Selain itu, komunitas unik ini juga memiliki perhatian dengan lingkungan sekitarnya. Salah satunya dengan membagikan kantong yang berasal dari kain blaco kepada masyarakat sebagai pengganti kantong plastik. " Memang kegiatan utama kami dibidang sosial, namun kami juga peduli dengan lingkungan alam ini yaitu dengan membagikan kantong dari kain blaco kepada masyarakat." Tuturnya. Komunitas universal ini ternyata juga memiliki sebuah kartu keanggotaan sebagai identitasnya. Dimana kartu dari anggota JEC tersebut memiliki kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan kartu identitas lainnya. "Bagi anggota yang bisa menunjukan kartu anggota JEC kepada sesama Endang maka akan mendapatkan potongan harga ketika membeli barang atau menggunakan jasanya" ujar Endang Syahbenol. Sungguh unik komunitas perempuan yang satu ini. Namun yang menjadi pertanyaan ketika semua anggotanya bernama Endang lantas bagaimana mereka memanggilnya. Menurut Endang Syahbenol, seringkali nama depan suami digunakan sebagai nama belakang dariibu-ibu yang bernama Endang tersebut. Maka sesama Endang ini tidak akan pernah salah memanggilnya ketika ada pertemuan rutin.

Seiring berjalannya waktu, Jogja Endang Club (JEC) mengalami perkembangan yang sangat bagus dimana bertambahnya jumlah anggota dari hari ke hari yang sudah ratusan. Maka tidak heran apabila Jogja Endang Club ini juga pernah tercatat dalam rekor MURI. "Keinginan saya kedepannya sebenarnya untuk launching Indonesia Endang Club (IEC), dari JEC ini bisa menasional" ujar Endang Syahbenol, perempuan yang menggunakan hijab disetiap penampilannya ini.

Menariknya walau didominasi oleh ibu-ibu sudah lanjut usia, namun terdapat seorang ibu muda yang tergabung dalam komunitas JEC tersebut. Dia adalah Endang Susilowati (39), meskipun baru tergabung di tahun 2006 , dirinya dipercayai untuk menjadi seorang sekretaris Jogja Endang Club. "Awal gabung masuk JEC justru dari ajakan teman sesama Endang untuk masuk di club ini" ujar guru SMP N 8 Yogyakarta ini.

Bagi Endang Susilowati dirinya merasa senang bisa bergabung di komunitas unik ini. Hal yang menarik dia dapatkan dengan bergabung JEC ini adalah menambah pertemanan sesama Endang. "Saya sangat senang bisa bergabung di komunitas ini, karena serasa seperti keluarga sendiri" tuturnya.

Di dalam komunitas JEC sendiri, Endang Susilowati ini juga aktif dalam membidangi pendidikan sesuai dengan profesinya sebagai guru. Berbagai kegiatan komunitas yang menyangkut dunia pendidikan pernah dia lakukan dengan sesama Endang. Salah satunya dengan mengadakan seminar mengenai pendidikan serta membantu anak-anak yang kurang mampu.

Endang Susilowati, juga merasa banyak hal-hal yang menarik serta nilai-nilai yang bisa diambil dari bergabungnya di komunitas JEC ini. "Terutama soal toleransi antar sesama anggota yang memiliki latarbelakang yang berbeda, kita bisa saling menghormati" ujarnya. Dirinya juga berharap kedepannya JEC bisa berkembang lebih banyak lagi dengan bergabungnya anggota baru. "Semoga misi visi Jogja Endang Club bisa juga tercapai" tambahnya.

Komunitas perempuan Jogja Endang Club ini menjadi salah satu contoh komunitas unik yang tumbuh dan berkembang di Yogyakarta. Rasa persaudaran antar sesama ada di dalamnya, sehingga akan membangun perilaku positif mengenai kepedulian bagi sesama yang sekarang ini mulai luntur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun