Andai waktu bisa diulang, nyatanya tidak demikian.
Bayi mungil laki-laki lahir dengan jarak kelahiran yang berdekatan. Si kakak satu tahun lebih tua. Tapi, nasib kurang beruntung, justru terjadi pada bayi laki-laki yang baru lahir.
Bayi laki-laki itu tumbuh dengan balutan kasih sayang neneknya. Umur dua hari telah diambil oleh sang nenek lantaran sang ibu dan bapaknya tidak sanggup mengasuh bayi tersebut. Keadaan ekonomi yang belum stabil, kondisi ibu dan bapaknya yang juga cukup ada jarak karena perselisihan diantara keduanya. Membuat nasib bayi laki-laki itu kurang belaian kasih sayang orangtua.
Kini, .....
Mentari, sapaan akrabnya. Bayi laki-laki yang telah memasuki usia remaja awal tumbuh menjadi pribadi yang pemalu dan merasa kecil hati. Postur tubuh mungil, kecil, dengan warna kulit yang cukup gelap. Serta nada khas lirihnya yang sering membuat orang harus agak mendekat dulu jika ingin ngobrol dengannya.
Duduknya paling belakang kalau di kelas. Murah senyum tapi ya itu. Ciut nyali. Ketika ada suatu hal yang membuat dia pesimis, cenderung menarik diri. Biarlah apa kata orang, yang penting Mentari enjoy dengan kehidupannya yang sekarang.
hmmm,,,,
Maklum, sehari-hari hidup bersama Nenek yang sedang sakit asam urat dan kolesterol salah satu faktor yang membuat Mentari sangat kurang mendapatkan perhatian dari orang sekitar.
Hidup di perumahan yang cukup kumuh. Lingkungan yang sebagian besar memang anak-anak disana lebih muda (usianya) ketimbang Mentari. Tak heran, jika Mentari sering bermain bersama anak-anak usia dibawahnya. Atau memilih menyendiri di kamar main gadget ketika jenuh dengan aktivitas itu-itu saja. Lain hal, kadang main ke sawah hanya sekedar untuk melepas penat dan menatap indahnya pemandangan sekitar.
Kompleks memang. Persoalan hidup yang harus ditanggung oleh Mentari. Sejak kecil sangat kurang perhatian dari orangtuanya. Bahkan urusan pendidikan sekolah, Pamannya yang berbaik hati untuk membiayai. Kalau dengan pamannya, Mentari takut.