Mohon tunggu...
Diana Wardani
Diana Wardani Mohon Tunggu... Administrasi - Sederhana

I Love You, Kangmas Matahariku. I love your sign and signature - I always be with you wherever you are, because we are one.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Telur dan Kenduri

6 Januari 2021   22:13 Diperbarui: 6 Januari 2021   22:24 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur dan sensasinya

Sejak kecil aku memang suka makan telur asin. Namun tidak addicted. Aku suka kuning telurnya yang gurih. Biasanya Ibu juga menggorengkan telur bebek sebagai lauk makan. Ibu memang wanita terhebat dalam hidupku. Matur nuwun sanget nggih, Bu.

***

Berbicara tentang telur ayam. Dahulu saat masa SMA, ketika kakek meninggal dunia. Saat peringatan 7 hari meninggalnya, di rumah kakek diadakan kenduri. Ada acara tahlilan di sana. Besek berisi makanan dipersiapkan sejak pagi-pagi benar. Dalam hidangan itu salah satu lauknya adalah telur rebus.

Entah berapa kilo gram telur ayam direbus menggunakan kayu bakar, saking banyaknya hidangan yang harus disediakan. Saat itu siang hari, tentu sudah ada telur yang matang, aku mencoba makan telur yang pecah ketika masih dalam kuali. Telur kurang rapi sehingga tidak layak untuk dijadikan teman hidangan yang akan dibagikan. Sebelum makan telur itu, tentu aku sudah minta ijin ke Ibu, dan Ibu memintakan ke orang yang bantu memasak untuk kenduri tersebut. Begitulah kehidupan di desa. Bantu-bantu ketika ada tetangga yang menyelenggarakan kenduri.

Ada rasa yang sulit diungkap dengan kata-kata ketika menikmati putih telur rebus itu. Hangat-hangat telur rebus, tak ditemani apa pun dan siapa pun. Enak luar biasa. Rasanya apa ya? Seperti ada sensasi tersendiri bagiku ketika menikmati telur itu. Mungkin waktu itu aku sempat merasa seperti berada di tempat indah, hening damai dengan berjuta kesejukan dan wangi bunga ditemani suara gemericik air sungai menimpa bebatuan, dan kicauan ceria burung prenjak.

Sejak kenduri itulah, saya mulai menyukai telur ayam. Bukan hanya suka. Tapi sudah masuk ke addicted. Dalam sehari aku bisa mengonsumsi sampai dua butir telur. Bukan hanya dirbus saja yang aku suka. Bagaimana pun olahan telur, semua saya suka. Contohnya telur dadar, telur mata sapi, pindang telur, balado telur, dan lain sebagainya.

"Kamu ga bisulan, tiap hari makan telur?" tanya Lina suatu hari kepadaku.
"Lin, Diana ga akan pernah bisulan karena makan telur. Justru, dia akan bisulan kalau ga makan telur," Lisa menyambar pertanyaan Lina kepadaku sambil tertawa berderai.

Aku hanya tersenyum demi mendengar dialog teman-teman tersayangku itu.

Tidak ada hubungan antara mengonsumsi telur dan bisul. Siapa banyak makan telur, maka akan tumbuh bisul, itu hanya mitos belaka.

Jadi, mari kita makan telur untuk memenuhi kebutuhan protein bagi tubuh kita, dan untuk daya tahan tubuh, agar lenih stabil sehatnya.
Percayalah, telur rebus itu punya sensasi tersendiri, apalagi dimakan ketika masih hangat. Sedapnya tak terkira.
Ya, sampai saat ini aku masih suka makan telur.

Berbahagialah untuk orang-orang yang suka telur (rebus) dan menemukan keindahan di baliknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun