Mohon tunggu...
Diana Wardani
Diana Wardani Mohon Tunggu... Administrasi - Sederhana

I Love You, Kangmas Matahariku. I love your sign and signature - I always be with you wherever you are, because we are one.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan-perempuan Mahabharata

1 Oktober 2013   10:52 Diperbarui: 3 Desember 2020   12:15 12970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13805993761861046862

[caption id="attachment_269507" align="aligncenter" width="450" caption="Illustrasi foto: Koleksi pribadi"][/caption] Buku Perempuan-perempuan Mahabharata ini mengisahkan secara ringkas namun gamblang, bagaimana perempuan-perempuan Mahabharata ini berkiprah. Mulai dari Satyawati (Ibu dari Begawan Abyasa), Amba (Srikandi di masa depan saat ia terlahir kembali untuk membunuh Bisma). 

Kemudian ada sosok Gandari (Ibu dari Kurawa), Kunti (Ibu dari Pandawa), juga Drupadi atau disebut Panchali, atau disebut pula Yajnaseni, atau Dewi Kresna, karena berkulit legam seperti Kresna. 

Ada pula ksatria-ksatria wanita dikisahkan di sini, seperti Ulupi, seorang putri Raja Naga di Kanwa, kemudian Citrangada. Mereka berdua adalah isteri-isteri Arjuna selain Drupadi. Para perempuan ksatria ini dinikahi Arjuna saat ia melaksanakan sumpah selibat selama dua belas tahun. Ada lagi isteri-isteri Arjuna lainnya adalah Dewi Sumbadra (adik Kresna), Alli, Pavazhakkodi, dan Minnoliyal. Sampai ada pepatah Tamil mengatakan: kita bisa menghitung bintang-bintang di langit, tapi tak akan tahu berapa jumlah isteri Arjuna. Ada lagi pepatah mengatakan bahwa perempuan di seluruh Nusantara ini sempat menjadi isteri-isteri Arjuna, kecuali perempuan Madura. 

Satu sosok perempuan Mahabharata yang menarik bagi penulis sebagai seorang pembaca awam adalah Drupadi. Di dalam buku ini, Drupadi ditulis secara terpisah. Ia adalah sosok perempuan bersuamikan lima bersaudara, yakni Pandawa, dan dari sinilah ia menjadi tantangan bagi norma-norma partriarkal yang ada. 

Namun, bukan hal itu point menariknya. Bukan pula karena Drupadi adalah seorang perempuan cerdas, mandiri, dan cantik; sang pemelihara api dendam selama belasan tahun lamanya, dengan terus memotivasi Yudistira agar berperang melawan Kurawa atas pernghinaan dirinya di depan majelis akibat Yudistira kalah main dadu. Namun menariknya adalah lebih kepada ketegaran, ketabahan, dan ketegasan utuh dimiliki oleh Drupadi. Bagaimana ia mengendalikan diri di tengah penghinaan itu, dan di saat-saat genting itu ia malahan bisa melindungi para suaminya ketika Drestrarastra akhirnya memperbolehkan Drupadi untuk mengajukan tiga permintaan kepadanya. Bagaimana ia tetap menyayangi kelima suaminya, dengan bangun lebih awal dan tidur lebih lambat daripada para suaminya. Ini mencerminkan totalitas pelayanan bukan saja kepada para suaminya semata, melainkan kepada kehidupan itu sendiri. Kecerdasannya tidak diragukan lagi. Ia menerima ilmu kenegaraan dari seorang Kunti, sang mertua. Bagaimana ia mendampingi Sang Raja dan keempat suaminya untuk tetap fokus kepada tahta Hastinapura. Belum lagi saat ia menemani para suaminya di hutan dan selama masa penyamaran. 

Karena kecantikannya, ia tak pernah lepas dari cobaan. Kisah Drupadi cukup menarik sekaligus ironis. Mempunyai lima suami, namun satu pun tidak bisa melindunginya. Dengan ketegasan, ketabahan, kecerdasan, dan kemandiriannya, ia tetap berusaha bertahan dalam suka duka hidupnya. Ia beberapa kali mengalami penghinaan, saat ia sedang sendiri. 

Dalam buku ini dikisahkan pula bagaimana saat Amba ditolak cintanya oleh Raja Salwa. Bertolak belakang ketika Arjuna tidak bisa menolak cinta Ulupi, padahal ia sedang menjalani sumpah selibat. Demi cinta, Arjuna harus melanggar sumpah tersebut. 

Di sini, dapat dilihat bahwa karakter Pandawa memang tampak sebagai lelaki-lelaki pengalah dan mendahulukan pengendalian diri, terutama Yudistira. Sehingga Drupadi, isteri mereka pun tidak bisa ditolong oleh para suaminya. Tidak ada pembelaan di sana. Drupadi menghadapi segalanya sendirian, sampai saat perjalanannya bersama para suaminya menuju Himalaya, ia terjatuh lebih dulu karena ia berjalan paling belakang setelah para suaminya. (Mengapa tidak berjalan di tengah ya, jadi saat ia hendak terjatuh, dapat ditolong oleh salah satu suaminya). Padahal ia telah menyelamatkan suami-suaminya, menderita bersama mereka, menginspirasi dan memandu mereka sampai pada tahta. Ternyata itu semua belumlah cukup untuk seorang Drupadi. Masih ada kekurangan. Mungkin karena ia tidak melepaskan kemerdekaannya dan berjalan bersama mereka sebagai sepantara. 

Buku Perempuan-perempuan Mahabharata cukup nyaman dibaca. Dengan membaca buku ini, kita bisa mengenal karakter dari perempuan-perempuan Mahabharata dalam mendampingi para suaminya. Ada pemaparan nilai-nilai tertulis di sini, bahwa perempuan itu terbagi menjadi dua, yakni perempuan berbudi dan perempuan tidak berbudi. Di sini ditulis pula bagaimana etika dan norma-norma Mahabharata, tentang kedudukan perempuan dan pernikahan.

***

Informasi buku Judul: Perempuan-perempuan Mahabharata Pengarang: Sharma, Kavita A. Penerbit: Jakarta, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Tahun: 2013 Deskripsi fisik: xvii, 178p.; 20 cm.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun