Mohon tunggu...
windar deyuar
windar deyuar Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 3 orang anak

Wanita tangguh penuh semangat positif thinking.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpikir Terbalik

15 Juli 2021   17:47 Diperbarui: 15 Juli 2021   19:04 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semangat pagi para pembaca setia, semoga selalu sehat wal'afiat.

Kali ini Saya akan menuliskan sebuah pengalaman bathin yang Saya alami selama masa Pandemic Covid 19 berlangsung di Indonesia termasuk di Kota Samarinda Kalimantan Timur tempat Saya hidup mencari nafkah bersama keluarga kecil kami.  Qodarullah setelah kurang-lebih 2 (dua) tahun berlangsung, hampir seluruh daerah di sekitar tempat tinggal kami sudah dinyatakan sebagai zona merah yang memang sebagian besar penduduknya saat ini terpapar Covid 19.

Namun sebagai seorang Ibu Rumah Tangga beranak 3 (tiga), Saya yang merangkap pengabdi negara di salah satu Instansi Pemerintah di Provinsi Kalimantan Timur ini merasa sangat bersyukur dan mendapat hikmah yang besar dari adanya kondisi tersebut dimana sebagian orang merasa sangat terpuruk saat ini.  Mengapa hal tersebut bisa terjadi? 

Ya........mungkin para pembaca akan mengatakan sebagai berikut : Karena sampai saat ini Saya belum merasakan hal-hal seperti yang dialami oleh sebagian orang tadi.  Sah-sah saja kalau orang lain berpikir demikian, tetapi sebenarnya Saya menuliskan ini untuk mengajak para pembaca "Berpikir Terbalik." 

Sebenarnya hal-hal yang dirasakan oleh sebagian orang itu adalah lumrah dan manusiawi karena kondisi mereka yang terhimpit oleh tuntutan ekonomi akibat adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Kebangkrutan Usaha Keluarga, Kehilangan orang-orang tercinta (Orang Tua, Anak, Suami, Isteri dan Saudara Dekat dan Jauh) yang tidak tertolong lagi jiwanya serta penyakit sosial lain seperti kehilangan rasa Percaya Diri dan Malu karena dianggap aib jika ada keluarga mereka yang terpapar virus Covid 19.

Mohon ma'af bukan maksud meremehkan apalagi mengesampingkan rasa empati Saya kepada sebagian orang yang menjadi "korban" adanya Pandemic Covid 19, justru Saya malah merasa kagum pada mereka karena :

1. Mereka adalah orang-orang yang dipilih dan dianggap sanggup oleh Allah.SWT sebagai pengemban beban akibat adanya Pandemic Covid 19.  

2. Mereka orang-orang yang akan dinaikan derajatnya sebagai manusia oleh Allah.SWT jika sabar menerima ujian tersebut.

3. Bagi mereka yang tidak tertolong lagi jiwanya insyaa allah mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah.SWT karena meninggal dalam musibah.  

4. Jika orang yang terpapar itu ikhlas dan ridho menerima ketentuan Allah.SWT terhadap musibah yang menimpa diri dan keluarganya, insyaa allah mendapat pahala berlipat setara orang yang mati syahid (berjuang di jalan Allah.SWT).

Apa yang Saya sampaikan di atas sebenarnya sudah sering kita dengar dari para Ustadz dan Ustadzah karena ilmu tersebut ada dalam Al-Qur'an, silakan yang Muslim/Muslimah membuka kembali Kitab Sucinya untuk kita saling mengingatkan.

Lantas bagaimana menerapkan cara "Berpikir Terbalik" kita terhadap kondisi yang sedang kita alami bersama saat ini?

Saya pribadi, setelah melihat dan mendengar info-info yang bertebaran di sekitar kita tentang segala hal yang berhubungan dengan Pandemic Covid 19, akhirnya berkesimpulan bahwa untuk diri saya sendiri kondisi ini sangat patut Saya syukuri karena ada hikmah yang Saya dapatkan, antara lain :

1. Saya punya banyak waktu luang untuk terus belajar dan mencari ilmu yang menunjang peran Saya sebagai Ibu dan Isteri, utamanya ilmu tentang menjaga kebersihan diri dan keluarga, ilmu untuk menjaga pikiran positif, ilmu untuk menjaga imun diri dan keluarga dan lain-lain.

2. Saya merasa lebih focus dalam hal mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta karena senantiasa berdo'a dan bergantung hanya pada Allah.SWT yang Maha Melindungi.  

3. Menambah rasa kesyukuran dan menerima segala hal yang terjadi dalam hidup dengan ikhlas agar mendapatkan belas kasih sayang dari Sang Pencipta makhluk kecil super nano tersebut.  Karena hanya dengan belas kasih sayang-Nya sajalah kita bisa terlindungi dari segala musibah penyakit dan bencana.  

4. Jikapun akhirnya ditaqdirkan menjadi salah seorang hamba-Nya yang terpilih, insyaa allah kita sudah siap menerima lahir-bathin karena sudah focus untuk mengikhlaskan.

Dari hikmah yang kita rasakan dengan adanya Covid 19 ini, maka penerapan "Berpikir Terbalik" yang Saya maksud adalah :

1. Ketika orang lain megatakan bahwa Covid 19 ini bencana, maka katakanlah itu adalah kasih-sayang Allah.SWT karena dengan adanya Covid 19 kita jadi bertambah keimanan pada kekuasaan-Nya.

2. Ketika kita merasakan kurang enak badan, pegal-linu, batuk, filek, sakit kepala, meriang dan lain-lain jangan katakan itu gejala Covid 19 tapi katakanlah itu isyarat Allah.SWT kepada diri kita agar kita menjadi peka untuk menjaga dan memelihara serta memenuhi kebutuhan kebugaran jasmani kita.

3. Ketika semua ikhtiar/usaha sudah kita jalankan (4M = Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak dan Menghindari Kerumunan) masih juga kita terpapar Covid 19, jangan katakan ini kesialan tapi katakanlah ini kemujuran karena ternyata kita yang terpilih untuk naik tingkat menjadi hamba-Nya yang ikhlas. Hamba yang ikhlas, insyaa Allah diganjar pahalanya Syurga, Aamiin.

Semoga apa yang Saya tulis menjadi muhasabah diri pribadi dan dijaga dari sifat ria, ujub apalagi takabbur,  terima kasih.

###End.

Sempaja,

Samarinda, Kaltim.

15/07/21

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun