Mohon tunggu...
Winda Ari Anggraini
Winda Ari Anggraini Mohon Tunggu... Guru - A novice writer

Terus belajar untuk menantang semua ketidakmungkinan. Jika ada pertanyaan tentang kuliah di Birmingham/ Pendidikan/ Bahasa Inggris/ Beasiswa, silahkan menghubungi: http://pg.bham.ac.uk/mentor/w-anggraini/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyepi dan Menenangkan Diri di Edensor

10 Januari 2017   05:00 Diperbarui: 10 Januari 2017   08:29 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis lalu setelah menyelesaikan semua tugas tepat waktu, saya memutuskan untuk menyepi sejenak ke manapun yang sepi. Awalnya saya ingin tidur saja dan berhibernasi ala beruang di musim dingin setelah bermalam-malam tak bisa tidur nyenyak. Tapi tidur seharian semalaman membuat saya bosan juga. Hingga terlintas pikiran ingin mencari dimana letak Edensor yang merupakan setting salah satu buku favorit saya. 

Sebelumnya salah seorang teman mengatakan bahwa jika ingin ke Edensor lebih baik naik mobil carteran karena letaknya yang jauh dan tak terjangkau transportasi publik. Saya mencari di google kemungkinan menggunakan bus atau kereta dan menemukan satu jalur. Bermodal nekat, saya akhirnya memutuskan membeli tiket return ke Sheffield, kota terdekat menuju desa tersebut.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Subuh buta saya sudah keluar mencari bus ke pangkalan bus antar kota. Pukul 8.30 bus yang saya tumpangi langsung menuju Sheffield, dan seperti biasa sangat tepat waktu. Setelah tidur hampir sepanjang jalan, saya sadar bahwa saya akan segera tiba. Saya mulai sibuk mencari jalur yang bisa ditempuh menuju Edensor. 

Tujuan perjalanan kali ini benar-benar hanya menyepi saja, menenangkan diri sejenak sebelum memulai rutinitas kembali. Tiba di Sheffield Interchange, saya langsung mempelajari papan pengumuman dan menunggu di bus menuju Bakewell. Tidak ingin salah arah, saya bertanya kepada seorang ibu, atau nenek tepatnya. 

Dia langsung mengerutkan kening dan kalimat pertama yang keluar langsung mengecilkan niat saya, "Are you sure? It's in the middle of nowhere. And it's not tourist destination." Dengan senyum saya menjelaskan alasan saya ingin ke desa kecil tersebut. Masih dengan ekspresi agak bingung karena jarang orang kesana, dia bilang akan menanyakan ke sopir apakah jalur yang saya tempuh ini benar.

 Ibu yang baik tadi juga menanyakan ke teman di sebelahnya tentang lokasi desa tersebut. Setelah bus yang kami tunggu tiba, dia langsung menanyakan, "this young lady wants to go to Edensor (Enza mereka bilangnya)". Sang sopir mengangguk dan bilang "I ll show her later where to stop." Si ibu yang mau dipanggil Jane lalu mengajak saya duduk didekatnya terus beberapa kali bilang pastikan kamu melihat jam berapa bus kembali. Dari Sheffield menuju Edensor memakan waktu hampir satu jam.

 Sepanjang perjalanan pula Jane dan temannya Marie mengajak saya mengobrol tentang setiap tempat yang kami lewati. Mereka berdua sangat ramah, begitu juga penumpang lain yang juga kebanyakan perempuan sebaya mereka atau pasangan tua, mereka tersenyum mendengarkan. Lalu Jane bertanya tentang novel yang membuat saya ingin menuju tempat tersebut. Kemudian dia menyebutkan bahwa tempat yang saya tuju sepertinya juga dekat dengan sebuah lokasi pengambilan film Pride and Prejudice karya Jane Austen. 

Untungnya saya juga sangat familiar dengan novel dan filmnya, hingga percakapan kami pun berkisar tentang kehidupan Elizabeth Bennet dan Darcy. Benar-benar perjalanan yang menyenangkan. Setiba di tempat tujuannya tidak lupa Jane dan Marie bilang, "I hope the place is just like your expectation. And you get what you want there." 

Saya berterima kasih atas kebaikan mereka lalu menggantungkan nasib kepada sang sopir karena beberapa stop di google map tidak cocok dengan bus stop yang saya lewati. Setelah beberapa kali berhenti sang sopir menunjukkan tepat yang dimaksud kepada saya. Lalu saya juga bertanya tentang jadwal kembali bus yang memang tidak setiap saat karena lokasi tempat ini sangat terpencil.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Turun di Edensor Gates, saya langsung dihadapkan pada perbukitan luas yang sangat indah. Sesuai perkiraan cuaca hari tersebut sangat cerah hingga tidak terasa sedang musim dingin. Oh ya walaupun matahari nya bersinar, hawa dinginnya tentu saja tetap terasa. Ternyata Edensor itu.... sangat kecil, hanya terdiri dari beberapa rumah yang seragam, cantik. Terdapat sebuah gereja di dekat pintu masuk, sebuah tea room, dan sisanya rumah-rumah beraturan. Beberapa rumah juga sepertinya sudah beralih fungsi menjadi cottage. 

Udaranya terasa sejuk dan sehat. Beberapa pasangan terlihat berlibur disini dan melakukan olahraga, hiking, atau hanya sekedar berjalan bersama binatang peliharaan. Rata-rata yang berada disini adalah pasangan berumur. Senang sekali melihat mereka melakukan kegiatan bersama di umur yang tidak muda lagi. Ditambah lagi, hampir setiap orang yang berpapasan dengan saya selalu tersenyum bahkan beberapa mengajak mengobrol. Saya suka sekali atmosfer di area ini. 

Pertanyaan saya yang singkat tentang jalan saja bisa berakhir dengan percakapan panjang tentang tempat-tempat mana yang harus saya singgahi. Jadi menurut berbagai sumber yang saya temui, Edensor merupakan desa yang termasuk wilayah kekuasaaan Duke and Duchess of Devonshire. Awalnya desa tersebut bukan berada disini melainkan di suatu spot yang terlihat dari Chatsworth (sebuah rumah yang sangat luar biasa milik Duke and Duchess, dan juga merupakan setting Pride and Prejudice). Kemudian desa tersebut dipindahkan di tempatnya saat ini.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Perjalanan ini membawa saya pada penemuan lainnya. Perbukitan didepan desa yang saya kira adalah bukit biasa merupakan taman Chatsworth. Chatsworth sendiri adalah bangunan rumah atau lebih layak disebut istana kali ya? Rumahnya luaaaaaaaaas, dengan taman-taman bunga, buah, kandang kuda di sekelilingnya. Di depannya ada sebuah sungai mengalir. Tuhan, ini seperti gambaran surga waktu saya masih kecil. Sayangnya hingga Maret bangunan tersebut tertutup untuk umum. Tapi melihat dari kejauhan pun saya merasa sangat terharu, too good to be true. Itu yang tinggal disana perasaannya seperti apa ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun