Mohon tunggu...
Winda Ari Anggraini
Winda Ari Anggraini Mohon Tunggu... Guru - A novice writer

Terus belajar untuk menantang semua ketidakmungkinan. Jika ada pertanyaan tentang kuliah di Birmingham/ Pendidikan/ Bahasa Inggris/ Beasiswa, silahkan menghubungi: http://pg.bham.ac.uk/mentor/w-anggraini/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Edinburgh: Mencari Jejak Harry Potter

12 Oktober 2016   03:57 Diperbarui: 12 Oktober 2016   04:09 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan semakin menggilanya reading list, weekend menjadi moment berharga bagi mahasiswa baru seperti saya..hehe gayanya, padahal hari Minggu lalu ngetem di perpus, terkesima dengan perpus yang tetap ramai di hadi libur. Seolah tak mau menyia2kan kesempatan, ajakan dua orang teman untuk menjelajahi Edinburgh pun langsung diterima, dengan konsekuensi harus mengerjakan tugas lebih dulu dan menumpuk reading di hari Senin.

Kenapa Edinburgh?

Banyak yang bilang kota ini cantik. Terletak jauh di utara, dan sebenarnya udah masuk wilayahnya Skotlandia. Bermodal berani, kami berangkat menggunakan bus yang notabene lebih murah dibanding kereta, dua kali lipatnya. Berangkat jam 11 dari Birmingham Coach Station, setelah berjam-jam menahan pegal, jam 7.30 tepat sesuai jadwal bus berhenti di stasiun kota ini. Pas keluar, nuansa gotik karena masih pagi ditambah deretan gedung yang dibangun ratusan tahun lalu atau istilahnya mediavale, dingin menyambut kedatangan kami. Meski begitu kota ini memang terlihan sangat rapi, cantik dan menawan. 

Dari jauh terlihat sebuah kastil di ketinggian, semua bangunan bahkan mall sekalipun terlihat historikal. Perjalanan kami awali dengan menuju hostel dengan tujuan beraih-bersih diri dan menitipkan tas yang lumayan berat. Pada awalnya sempat nyasar dan berputar-putar mengikuti Gmap andalan. Ternyata setelah ketemu, hostel yang kami tuju berada cukup dekat dengan pusat kota. Ini pertama kalinya saya nginap di hostel...uuuuuuuh deg-degan dan ingin tahu seperti apa. Karena kami tiba masih pagi, untuk ukuran orang Inggris, jam 7 masih teramat pagi dan dingin hingga hampir sebagian besar aktivitas dimulai jam 9 atau 10.

Petualangan pun dimulai dengan mencari sarapan namun karena semua toko masih tutup kami memustuskan untuk segera mencari tempat yang wajib dikunjungi. Tempat pertama yang menjadi tujuan adalah Arthur's Seat, sebuah bukit yang populer di kota ini. Bermodal Gmap, lagi, kami naik bus menuju bukit bernama tempat duduknya pak Arthur tersebut. Setelah diamati kota cantik ini memiliki kontur wilayah yang berbukit-bukit. Ada tiga titik tertinggi yang kami tuju, Arthur' Seat, Calton Hill dan Edinburgh's Castle. 

Ketiganya memerlukan stamina, saya yang jarang sekali olahraga harus memaksa kaki untuk sanggup naik bukit-bukit ini. Cuma saya cukup tahu diri untuk tidak naik hingga puncak dan menunggu kedinginan di tengah-tengah, akhirnya saya memutuskan menunggu dibawah dan beberap kali diminta tolong para turis untuk mengambil foto mereka...hehe. 

Di titik pertama ini bisa dilihat kota Edinburgh entahlah sebagian mungkin karena saya tidak naik begitu tinggi. Tapi tempat ini sangat direkomendasikan bagi yang suka bertualang naik gunung alias hiking. Ada banyak penduduk lokal yang memang sengaja datang untuk berolahraga, kelihatan dari kostum olahraganya. Soalnya kata mereka yang naik sampai puncak, kota bisa dilihat dengan sudut pandang yang indah. 

Setelah kedinginan dan lama menunggu kedua teman saya, kami memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu. Biar lebih mudah, kami balik lagi ke city centre dan memilah milih toko makanan yang bersahabat di kantong tentu saja. Perjalanan ala mahasiswa takkan sama dengan liburan pribadi nan mewah. Keinginan saya ingin mencicipi makanan khas pun membawa kami pada sebuah kafe kecil di tengah pusat keramaian. Kami menemukan berbagai jenis pie panggang yang sangat enak dan murah. 

Harga makanan lain dan minuman pun lumayan. Setelah mencoba beberapa jenis dan mulai bertenaga, kami menikmati semua aktivitas di sepanjang jalan Royal Mail menuju kastil. Suasana Skotlandia sangat kental terasa, dari musik yang tak berhenti berrdendang dengan indah, banyaknya bapak-bapak yang pakai rok kotak-kotak...hehe ini sebuah penemuan baru, saya kira awalnya chasmere atau kain kotak-kotak berbahan lembut itu diperuntukkan untuk wanita, tapi baru ngeh kalau yang kebanyakan memakai rok pendek tersebut malah pria. Sepertinya ini adalah baju tradisional yang dengan bangga mereka kenakan sehari-hari. 

Bagi yang berduit, ada banya syal, sarung tangan, atau pernak pernik menggunakan bahan serupa dengan harga variatif. Kami hanya mengantongi sejumlah postcard cantik yang menggambarkan Edinburgh dalam banyak gambaran. Kemudian, kami tiba di Castle of Edinburgh, another beautiful site. Indah dan bersejarah. 

Ada banyak sekali turis yang mengunjungi tempat ini dari berabagai negara terlihat dari rupa dan warna nya yang sangat khas. Kami sempat bertemu sepasang kekasih dari Indonesia yang minta tolong ambilkan foto mereka. Setelah berkenalan singkat, mereka meninggalkan tempat tersebut duluan.

Misi terpenting (mungkin yang paling penting dari semua rangkaian perjalanan) adalah menemukan jejak-jejak Harry Potter di kota ini. Saya adalah penggemar berat semua seri yang ditulis oleh JK. Rowling, penulis yang diawal penulisann ternyata memulai prosesnya disini...wuah. Setelah sempat browsing, saya menemukan free tour yang akan dimulai jam 3 sore. Hingga sebelum jam 3 kami sudah setia menanti di jembatan yang ada patung anjing imutnya. Dan wuah wuah si anjing juga sangat populer dikalangan wisatawan, terbukti dari banyaknya orang yang mengabadikan foto bersamanya, namanya kalau tidak salah Greyfriars Bobby. 

Tidak lama kemudian, tepat jam 3, datanglah si Harry Potter...oooops haha saya sempat berkhayal yang datang adalah si Daniel, Harry Potter beneran, yah bukanlah dia saja sekarang sibuk syuting film lain. Jadi si mas yang berjubah, Richard apa ya namanya, memperkenalkan diri kemudian mengajak kami dan banyak juga fans Harry untuk segera memulai tur. Dimulai dari sebuah pemakaman dimana Rowling menemukan banyak inspirasi awal cerita, ada beberapa nama yang berasal dari tokoh betulan seperti McGonagall yang merupakan seorang penyair dimasanya. 

Yang bikin serem, adalah makan Riddel's family....hiiiiy berasa ada Voldemort menyerang. Setting makm pun sebenarnya terlihat di seri ke 4 saat Lord Voldemort menarik Harry dan Cedric dari labirin ke makam, persis tempatnya disana. Saya lupa nama pemakamannya. Ada lagi yang penting, ada sebuah sekolah di sebelah makam yang menurut abang Richard adalah awal mulanya inspirasi soal Hogwarts datang. Sekolh ini memiliki empat pengelompokan siswa yang bisa kita lihat dari cerita Harry. 

Oh ya sebelum memulai tour, kami diberi tongkat dengan warna yang berbeda, dan luar biasanya saya terkategori Slytherin...padahal saya kan Gryffindor sejati, alah. Tour ini berlangsung menarik karena si abang guide sangat paham dengan yang disampaikan dan juga kocak. Dia beberapa kali menodongkan tongkat alias payung ke lampu merah dan bilang kita harus membaca mantra. 

Perjalanan cukup panjang menyusuri jalanan kota, menuju beberapa kafe dimana Rowling kedapatan menulis cerita Harry Potter disitu. Ada sebuah kafe yang sebenarnya sering JK Rowling datangi dimasa awal penulisan, namun yang mengklaim bahwa seri pertama tulisan adalah The Elephant, sebuah kafe yang sekarang sangat ramai dikunjungi oleh penggila seri fenomenal ini. 

14628139-10207418015997349-1830909698-n-57fd51c7599373bc14feac26.jpg
14628139-10207418015997349-1830909698-n-57fd51c7599373bc14feac26.jpg
Ah ya, tadi dijalan saya juga sempat menyaksikan ada sebuah toko yang memajang or menjual Hedwig si burung hantu. Berhubung saya tidak terlalu berani, jadi saya tidak mendekati toko tersebut. Jika seri awal ditulis saat Rowling sedang diambang kesulitan dari perceraian pernikahan pertamanya, maka seri terakhir juga dituliskan di kota indah ini. Saya bisa maklum jika penulis memutuskan untuk mencari inspirasi di kota yang semua sudutnya memancarkan pesona. 

Seri terakhir diselesaikan di sebuah hotel yang berbintang-bintang di langit (terlihat sangat mahal dan berkelas), Baltimore namanya. Hingga sekarang, sebuah suite tempat Rowling menuang Sampanye untuk kesuksessan cerita terakhir saat ini dinamai dengan namanya. Bagi yang punya uang lebih silahkan mencoba menghabiskan waktu dikamar tersebut yang kabarnya harganya sekitar GBP 1000 per malamnya....uuuugh. 

Free tour kami berakhir disebuah jalanan yang mirip Diagon Alley, mirip banget meski kata si guide beberapa kota juga mengklaim pusat perbelanjaan yang berulang kali ada di scene film tersebut berasal dari tempat mereka, seperti London. cerita diakhiri dengan perpisahan dengan sang guide kocak disertai gerimis. Kami akhirnya memutuskan pulang ke hostel untu check in dan makan indomie...haha sebuah ending yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun