Gayo Writer Camp2
Teleponku berdering. Satu nomor tanpa nama muncul di layar. Aku mengangkatnya. Diujung sana suara Fauraria Valentine, ketua FLP Takengon menyapa.
Fauraria memintaku menjadi pemateri untuk calon penulis yang digelar komunitas ini. Aku tentu saja menyambut tawaran ini.
Siang , 30 Juli, aku menyambangi tempat pelatihan. Lokasinya sangat asri, ditepi kali Pesangan.
Beberapa perahu melintas didepan ku. Tempat ini menjadi base camp Gerpa Adventure, komunitas penyedia jasa arung jeram. Para pengelola Gerpa Adventure, memiliki kecakapan khusus bersertipikat.
Tepi kali ini, kini ramai paska konplik, paska pandemi covid 19. Dulu, tempat ini sangat sepi.
Derasnya air Pesangan menjadi potensi wisata dan hasilkan uang , untuk para pengelolanya. Satu ekostim mikro ekonomi tercipta di ekosistim ini.
Aku disambut panitia. Yang membantuku membawa 60 buah buku. Dari tiga judul berbeda. Buku ini, dulunya dijual. Dititipkan penulisnya di cafe tempatku bekerja.
Sisa buku- buku ini telah sekian tahun tak terjual. Aku berinisiatif membagikan buku ini , untuk peserta dan panitia Gayo Writer Camp2.
Buku ini kubagikan gratis. Tanpa bertanya dahulu kepada penulisnya. Toh, penulisnya juga tidak pernah lagi bertanya soal buku ini.
Aku berpikir simpel saja , bahwa penulisnya sudah lupa dan "mungkin " sudah menyedekahkannya.