Mohon tunggu...
Wily Wijaya
Wily Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidik

Medan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Imlek Komed] Imlek di Hati, Dulu dan Kini

6 Februari 2019   15:58 Diperbarui: 6 Februari 2019   16:12 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barongsai dan Lampion (dok. Grebeg Sudiro, Tribunnews.com)

Imlek, yang merupakan tahun baru orang China (di Indonesia disebut Tionghoa). Dimulai pada hari pertama bulan pertama Zheng Yue (perayaan musim semi) dan berakhir pada hari kelima belas Cap Go Meh (malam bulan purnama).  Perayaan ini merupakan kebiasaan turun temurun kebudayaan orang kita Tionghoa. 

Menurut legenda di suatu desa, pada musim semi Nian keluar untuk mengganggu manusia. Penduduk desa menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela serta pintu, menggunakan kembang api yang berguna untuk menakuti Nian yaitu raksasa pemakan manusia. Adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru. Dan sejak itu Nian tidak pernah kembali ke desa.

Kue Keranjang dan Amplop Merah (dok. pri.)
Kue Keranjang dan Amplop Merah (dok. pri.)
Sejak tahun 1968 sampai dengan 1999, tahun baru Imlek di Indonesia tidak boleh dirayakan secara umum. Pada tahun 2000 barulah bisa dirayakan secara bebas sampai dengan hari ini oleh Presiden Bapak Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Tahun 2003 oleh Presiden Ibu Megawati Soekarnoputri dengan menjadikan Imlek sebagai hari libur resmi.

Sebelum hari ketiga puluh biasanya dilakukan bersih-bersih rumah dan memasang lampion. Acara besar biasanya dilakukan di malam ketiga puluh (Sa Cap Me). Disini tempat berkumpulnya sanak keluarga dengan makan bersama. Kemudian dimeriahkan kembang api untuk melewati malam pergantian tahun dan juga pertunjukan Barongsai (tarian tradisional China dengan kostum menyerupai singa).

Jeruk, buah dan minuman (dok. pri.)
Jeruk, buah dan minuman (dok. pri.)
Hari pertama Imlek (Che It) biasanya keluarga berkumpul dengan memakai pakaian merah. Terjadilah pembicaraan di sanak saudara yang jauh dan pulang kampung demi Tahun Baru China. Biasanya harga tiket melonjak drastis, tapi tetap harus pulang ke rumah. Tradisi memberi angpao pun dilakukan. Tersedianya kue bakul, kue kering, manisan, jeruk dan buah lain-nya pun dapat dinikmati.

Angpao (amplop merah) biasanya berisikan sejumlah uang, diberikan oleh orang yang sudah menikah kepada orang tua, anak dan sanak saudara yang belum menikah. Ini melambangkan kegembiraan, warna merah melambangkan keberuntungan serta mengusir energi negatif. Jangan dinilai dari isinya, tapi sukacita yang memberi dan menerima.

Kue kering (dok. pri.)
Kue kering (dok. pri.)
Kue bakul atau kue keranjang yaitu kue yang terbuat dari beras ketan dan gula, kenyal dan lengket mirip dodol. Merupakan salah satu makanan khas dan bentuknya bulat agar keluarga rukun dan selalu beruntung dalam pekerjaan kedepannya. 

Dirumah perayaan dilakukan secara sederhana, asalkan semua rukun dan damai sukacita. Ada juga acara bagi-bagi angpao dan tutur kata dari keluarga, serta menikmati makan besar dan makanan khas selama tahun baru Imlek.

Akhir kata saya mengucapkan, 

Gong Xi Fa Cai, 

Xin Nian Kuai Le,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun