Mohon tunggu...
Wilson Chandra
Wilson Chandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Sudah menjadi otaku anime akut sejak kecil sampai sekarang, suka bermain game-game PC single player (visual novel, soulslike, survival base building, dsb).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kasih Hadiah ke Guru, Menyuap atau Gratifikasi?

6 Juli 2022   09:40 Diperbarui: 6 Juli 2022   09:47 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sendiri pastinya sudah tahu betapa tingginya jumlah kasus korupsi dan suap menyuap yang terjadi di Indonesia tiap tahunnya. Dari "Corruption Perception Index" yang dilakukan oleh "Transparency International" pada tahun 2021, Indonesia adalah negara dengan posisi ke-96 dari 180 negara (semakin rendah posisi menandakan jumlah kasus korupsi di negara tersebut semakin rendah). Salah satu kriteria korupsi yang sering terjadi adalah suap menyuap.

Sebelum melanjutkan topik, agar tidak bingung, yang menjadi pembeda suap dan gratifikasi adalah gratifikasi diberikan sebagai rasa terimakasih saja dan tidak ada maksud lain, suap adalah jika ada maksud lain dari suatu pemberian. 

Suap menyuap tidak hanya terjadi di kalangan pemerintahan dan kepolisian saja, tetapi juga terjadi hampir di semua kalangan, salah satunya adalah di kalangan pendidikan. Beberapa orang tua murid biasanya akan memberikan hadiah berupa uang atau barang-barang mewah kepada sang guru agar guru tersebut lebih memprioritas anak mereka atau bahkan agar sang guru tidak memberikan nilai yang jelek kepada anak mereka. Mungkin beberapa orang berpikir hal ini tidak apa-apa dilakukan karena tidak ada pihak yang dirugikan jika kita tidak memandang ketidakadilan yang dialami oleh murid-murid lain lulus karena mereka benar-benar belajar dengan serius, tapi hal itu mungkin saja terlihat sepele dimata orang dewasa. Suap menyuap di kalangan pendidikan mungkin memang tidak memberikan dampak yang buruk secara langsung, namun, pernah kah kita berpikir, jika di kawasan pendidikan saja anak-anak sudah biasa melihat tindakan korupsi terjadi, apa pandangan mereka tentang korupsi jika mereka sudah besar nanti. 

Tidak kah ironis sekali, sekolah-sekolah di zaman sekarang memberikan pembelajaran anti korupsi, tetapi yang mengajarkan pelajaran tersebut sendiri saja melakukan kegiatan korupsi. Tidak kah hal tersebut akan memberikan pikiran kepada anak-anak "Ya, mungkin di depan orang-orang, kita bilang kita benci korupsi, tapi beda lagi jika dibelakang, toh hal itu sudah normal". 

Namun, jika kita lihat-lihat lagi, gaji para guru, khususnya guru sekolah negeri, tidaklah tinggi, maka tentu saja dorongan untuk menerima suapan dari para orang tua murid bisa dibilang cukuplah tinggi. Jika kita ingin mengakhiri adanya kegiatan suap menyuap di kalangan pendidikan, salah satu hal yang harus pemerintah lakukan adalah menaikan gaji para guru tersebut. 

Jika gaji para guru saja masih seperti itu, kita tentu saja tidak boleh dengan keras melarang para guru menerima hadiah dari para orang tua murid atau para murid. Setidaknya para guru boleh menerima gratifikasi dari para orang tua atau murid. Dari hal itu, pastilah muncul pertanyaan, bagaimana kita bisa membedakan pemberian itu gratifikasi atau suap? Sebenarnya ada solusi yang mudah, yaitu memberikan pemberian ke guru bisa dilakukan saat sudah naik kelas atau lulus, atau juga bisa dengan memberikan pemberian secara anonymous agar sang guru tidak mengetahui identitas sang pemberi (jika sebagai pemberi kita ingin identitas kita diketahui, kita harus bertanya lagi kepada diri sendiri, kita benar-benar ingin memberikan gratifikasi atau suap?)

Jika kita ingin memberantas korupsi, kita harus mencabut akar korupsi dan salah satu akar tersebut ada di kalangan pendidikan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun