Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembajakan Buku: Mengapa Terjadi dan Bagaimana Menghentikannya

25 Mei 2021   14:35 Diperbarui: 25 Mei 2021   15:19 2029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak situs menawarkan salinan buku bajakan, dan banyak yang bersedia mengunduhnya, tetapi adakah yang dapat dilakukan untuk menghentikan pembajakan buku?

Dapatkah alasan yang diberikan orang untuk mendistribusikan atau mengambil buku bajakan dapat dibenarkan?

Pembajakan buku, seperti banyak bentuk pembajakan digital lainnya, menjadi lebih populer, dan bisa dibilang lebih mudah mengingat semakin banyak dari kita yang membaca secara digital dibandingkan satu atau dua dekade yang lalu.

Ada banyak alasan di baliknya, dan beberapa di antaranya tidak semestinya diabaikan begitu saja, tetapi dampak pembajakan selalu buruk, dan pada akhirnya salah.

Sayangnya, pembajakan buku bukanlah masalah hitam putih biasa.

Saat meneliti topik ini, saya menemukan berbagai alasan di baliknya dan berbagai argumen tentang seberapa buruk pengaruhnya terhadap industri.

Meskipun saya tidak akan pernah membenarkan pembajakan, penting untuk mempertimbangkan bagaimana orang yang berbeda terpengaruh dan alasan yang berbeda untuk hal itu terjadi.

Bagaimana pembajakan buku mempengaruhi penulis?

Siapapun yang merupakan seorang penulis, atau bahkan seorang penulis yang tidak diterbitkan, akan sangat terpukul ketika karya mereka disalin dan tersedia secara gratis untuk dibaca semua orang jika mereka tidak memberikan izin mereka sendiri.

Mungkin pukulan terbesar dari pembajakan buku adalah terhadap penulis, karena berita tentang karya bajakan memiliki efek pribadi yang mengerikan pada perasaan mereka dan dapat memengaruhi potensi masa depan mereka untuk menulis lebih banyak, terutama jika mereka menerbitkan sendiri.

Baca juga: "Kekayaan Penulis di Tengah Gawat Darurat Pembajakan Buku" oleh Achmad Syaifullah Syahid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun