Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Antusiasme Atas Ikatan Cinta: Alay atau Kita Gagal Memahaminya?

9 Maret 2021   17:51 Diperbarui: 19 Maret 2021   11:44 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari salah satu twit @jowoshitpost mengomentari antusiasme atas Ikatan Cinta (dokumentasi pribadi)

Sulit menyalahkan antusias masyarakat atas sinetron "Ikatan Cinta" yang tayang setiap hari di RCTI.

Cerita yang dibawakan Ikatan Cinta dianggap sukses memunculkan ikatan emosional dari penonton setianya.

Semakin menarik melihat penggemar Ikatan Cinta mengekspresikan emosinya ketika menonton episode terbaru yang momennya ditangkap dan disebarkan ke media sosial. Momen -- momen yang ada lalu menimbulkan reaksi, mulai dari apresiasi hingga hujatan atau lebih tepatnya ejekan bagi penonton Ikatan Cinta.



Sinetron memang sering dikritik sebagai hiburan yang rendah. Peningkatan kuantitas siaran sinetron tidak berbanding lurus dengan peningkatan kualitas cerita yang dianggap bermutu rendah dibandingkan dengan mayoritas tayangan serial luar negeri.

Sinetron dianggap sebagai jalan pintas bagi televisi lokal Indonesia dan pelaku industri sinetron yang berkecimpung didalamnya untuk meraih cuan dengan judul -- judul yang terbaru sulit dibandingkan kualitasnya dengan sinetron di dekade 90 hingga awal 2000an. Televisi sebaliknya menunjuk balik bahwa sebagian besar pemirsanya memang menikmati konten sedemikian rupa dengan sponsor ikut mendorong produksi tersebut.

Baca juga: "Anak 90-an Yuk Kita Nostalgia! 10 Sinetron Indonesia Lawas yang Bikin Rindu" oleh Elsa Fy

Ketika telunjuk diarahkan kepada pemirsa, munculah kemudian stereotip negatif akan peminat sinetron. Penonton sinetron dianggap kekurangan rasa dan karsa, kurang dalam pemahaman sehingga tetap bertahan menikmati sinetron di tengah bertambahnya ragam tontonan, hingga alasan klise bahwa peminat sinetron adalah masyarakat dengan ekonomi rendah sehingga pilihan hiburannya terbatas.

Adilkah untuk mereduksi penilaian ke-alay-an penonton Ikatan Cinta dan sinetron lainnya? Bagi penulis tentulah tidak berdasarkan dua argumen.

Pertama-tama, jelas minat akan hiburan sifatnya subjektif. Jika Saya menyukai tayangan A berupa serial Netflix/Viu/You name it, dan kemudian Anda menyukai tayangan B berupa sinetron, kita sewajarnya menikmati apa yang kita anggap hiburan tanpa harus memaksa orang lain menontonnya.

Kedua, urgensi lebih tinggi harus diarahkan kepada produsen siaran. Ketika terdapat banyak contoh dalam membuat tayangan serial yang lebih mendidik dan menghibur, perubahan bisa dilakukan. Memang ada dilema dua arah; pertama, tekanan dari penyedia modal menyulitkan untuk memproduksi produk sinetron yang lebih berkualitas. Kedua, kebiasaan kejar tayang sehingga copy paste plot cerita dari luar tanpa penyesuaian dengan konteks lokal juga terasa.

Akan tetapi, sinetron bisa dikatakan punya tugas penting dalam ikut andil mendidik masyarakat. Kelompok masyarakat, menurut Muhamad Heychael dari lembaga Remotivi, menikmati sinetron karena dapat membungkus ulang realitas menjadi sebuah cerita. Cerita mengandung memberi nilai dan dramatisasi terhadap kegiatan kerja sehari-hari, sehingga karenanya punya daya pikat lebih. Namun, hal tersebut bisa jadi berbahaya.

Sinetron dianggap mereduksi pemahaman akan pekerjaan sehari -- hari seperti pembantu, satpam, dokter dan polisi secara banal. Informasi yang disampaikan sinetron menjadi berbahaya karena dengan penayangan sehari -- hari, terbentuk stereotip yang diyakini penonton atas peran tersebut terjadi dalam realitas sebenarnya. Michael menulis:

"Informasi adalalah "senjata" untuk bertanya dan menuntut hak. Sementara di saat bersamaan, kita diajarkan (sinetron) untuk menandai rasionalitas sebatas melalui atribut-atribut seperti pakaian serta sikap berjarak dan netral."

Penulis paham bahwa perjalanan sinetron untuk dapat menjadi tayangan berbobot dalam penilaian pribadi masih cukup panjang. Walau sudah muncul pengaduan bahwa konten sinetron tidak laying tayang, kuasa rating dan share masihlah berkuasa dan akan terus mengendalikan ragam sinetron yang tayang di televisi.

Baca juga: "Kegilaan Ikatan Cinta Lovers di Tengah Gempuran Haters Sinetron" oleh David Abdullah

Tentu, penulis tidak menyalahkan minat kelompok masyarakat menikmati sinetron. Malah, saya akan mengucapkan selamat menonton Ikatan Cinta, terutama untuk Eyang saya. Seperti biasa, saya akan menggunakan gawai untuk mendapat hiburan lain ketika dirinya memegang remot tv pada saat jam tayang sinetron tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun