Mohon tunggu...
William Surya
William Surya Mohon Tunggu... Editor - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip

Kunjungan Monumen

1 April 2019   21:03 Diperbarui: 1 April 2019   21:28 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Monumen Suroto Kunto

Pada kesempatan kali ini dalam pembuatan essay saya memilih Monumen Suroto Kunto karena monument ini merupakan tempat bersejarah yang peristiwa terjadi sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Tempat ini juga sangat dekat dengan tempat tinggal penulis yang dapat dikunjungi dengan jalan kaki sekitar 10 menit. Tugu tersebut tidak dikenai biaya masuk, hanya butuh izin dari penjaga di sana untuk melihat lihat. Penulis sampai di sana pada pukul kurang lebih jam 6.

Karawang berasal dari bahasa sunda Ka-Rawa-An. Artinya tempat yang terdiri dari rawa-rawa. Bukti yang memperkuat pendapat tersebut adalah sekarang masih banyak daerah-daerah yang memakai nama depan rawa diantaranya Rawagede, Rawamerta, Rawasikut, Rawacula,Rrawasari, Rawagabus, Rawagempaol dll.

Sebagai daerah strategis pada masa perjuangan Kabupaten Karawang, dijadikan tempat berkumpulnya para pejuang Kemerdekaan RI, Karawang adalah markas perjuangan laskar-laskar jawa barat dan jakarta. Desa cibalong Rawagede kecamatan rawamwerta, terkenal dengan tragedi pembantaian berdarah 481 orang rakyat oleh tentara kompeni belanda.

Kecamatan Cikampek sebagai basis pertahanan para pejuang kemerdekaan, terkenaldengan peristiwa Cikampek, desa warung bambu, gugurnya lektol Surotokunto, Lektol Surutokunto gugus setela menghadiri perundingan laskar-laskar kemerdekaan untuk menghadapi belanda, bukti peninggalan heroik di warung bambu terdapat monumen Surotokunto.

Di Karawang ada di pinggir ruas jalan raya Warungbambu yang membentant sepanjang cikampek menuju Karawang. Akan terlihat patung berwarna kuning yang sedang meradang sakit, dan di tangan kanan terlihat sebuah bedil dan di tangan kiri nya memegang 2 helm, serta rekannya yang terbaring. Lalu Letnan Kolonel Suroto Kunto Namanya diabadikan menjadi nama jalan yang membentang sepanjang dari daerah Cinangoh.

Di lokasi tempat patung tersebut berada itulah diyakini sebagai lokasi penculikan Suroto Kunto beserta tiga anak buahnya, yaitu Mayor Adel Sofjan, Kopral Muhajar dan prajurit Murod yang bertugas sebagai pengemudi.

Peristiwa ini terjadi pada 28 November 1946 di daerah Warungbambu, Karawang. Suroto Kunto ini seorang Letnan Kolonel di Divisi Siliwangi, berusia 24 tahun. Suroto Kunto diculik oleh Belanda. Pada tahun 1946, Karawang dan Bekasi dijadikan wilayah resimen militer untuk menghadapi agresi militer Belanda.

Saat itu muncullah laskar-laskar rakyat yang menolak bergabung dengan Tentara Republik Indonesia (TRI). Kondisi itu dimanfaatkan Belanda, untuk mengacaukan TRI divisi Siliwangi sehingga kelompok kelompok bersenjata tersebut menjadi kacau.

Sebelum dilakukan gencatan senjata terhadap Belanda. Letnan Kolonel Suroto inspeksi pasukan ke daerah Cibarusah bersama 3 orang anak buahnya. Akan tetapi ia beserta 3 anak buahnya tidak kembali. Lalu ditunggu sampai esok hari dan tak kunjung kembali ke markas. Lalu TRI segera melakukan pencarian. Pasukan dikerahkan dan menyisir semua area untuk menemukan letkol Suroto.

Pencarian dihentikan sampai menemukan mobil Ford yang terakhir kali digunakan oleh Letkol Suroto Bersama tiga anak buahnya. Saat itu mobil yang terakhir kali digunakan oleh Letkol Suroto Bersama tiga anak buahnya berhenti di tepi area WarungBambu, kunci kotaknya masih menggantung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun