Mohon tunggu...
William Manggala Putra
William Manggala Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peneliti untuk datamakro.com

Peneliti untuk datamakro.com | Pelaku UMKM |

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perspektif Lain dalam Melanjutkan Pembangunan

13 Agustus 2022   20:30 Diperbarui: 13 Agustus 2022   21:29 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Andil simpanan di perbankan nasional dengan tiering nominal lebih dari Rp5 miliar justru naik dari 44.6% di tahun 2013 menjadi 51% di tahun 2022. Dus, patut diduga penurunan rasio gini terkini adalah efek dari pemberian bantuan sosial yang semakin masif selama periode krisis pandemi seperti Rastra, Program Keluarga Harapan, dan Subsidi Listrik.

Lalu apakah artinya pembangunan ekonomi yang dicanangkan Pemerintahan Jokowi gagal? Belum tentu. Model pembangunan mengedepankan infrastruktur bukanlah tidak berdasar dan tanpa pembuktian empiris yang cukup. 

Dengan kerangka teori Harod-Domar, pembangunan infrastruktur bisa menjadi katalis pertumbuhan ekonomi karena menjadi tambahan kapital yang dibutuhkan untuk keperluan produksi. 

Lebih jauh menurut Auscher (1989), belanja modal pemerintah berpeluang menghasilkan fungsi produksi dengan fitur increasing returns to scale dibandingkan hanya constant returns to scale bila pemerintah tidak hadir. 

Pemerintah adalah penyedia infrastruktur dasar untuk merasionalisasikan investasi yang tidak bisa atau tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta. "Tidak bisa" di sini mungkin karena terbentur kondisi economies of scale dalam produksi dan/atau tidak bisa mengecualikan agen lain dalam mengakses output produksi yang menyebabkan investasi menjadi tidak efisien. 

"Tidak mungkin" karena dalam beberapa kasus pemerintah berkepentingan membatasi struktur pasar yang monopolistik, seperti akusisi dan distribusi air bersih misalnya. Maka secara teori, pembangunan infrastruktur dasar dengan tujuan konektivitas lebih tinggi sudah tepat.

Akan tetapi bila tujuan akhir dari pemerintah adalah pemerataan, model pembangunan mengedepankan infrastruktur jelas tidak cukup. Seperti juga tersirat dari model Auscher, infrastruktur menjadi tidak berarti bila tidak ada sektor swasta yang memberdayakannya. 

Juga karena tujuan akhir tersebut, Pemerintah tidak bisa mengandalkan perusahaan-perusahaan besar saja karena karakter perekonomian Indonesia yang masih hollow in the middle seperti yang dijelaskan oleh Professor Ari Kuncoro dalam tulisannya di Kompas tanggal 3 Agustus 2021.  

Oleh karena itu, Pemerintah harus mulai mulai melirik model-model pembangunan yang berhubungan dengan penyuburan kewiraswastaan dan inovasi di tingkat akar rumput yakni usaha mikro kecil menengah (UMKM). Model-model ini biasa dikenal sebagai model pertumbuhan baru dalam cabang ilmu ekonomi.

Model milik Phelps (2013) misalnya menunjukan bahwa inovasi akar rumput yang berkelanjutan adalah faktor yang menentukan pertumbuhan jangka panjang perekonomian. Model ini senada dengan temuan Lowrey (2005) bahwa ada korelasi signifikan antara densitas bisnis dengan kesejahteraan ekonomi. Dilihat secara sekilas menggunakan data sektor manufaktur mikro-kecil, hipotesa Phelps dan Lowrey ini do hold di Indonesia.  

Densitas bisnis di Jawa pada tahun 2020 adalah sebesar 34 usaha per 1000 angkatan kerja; rata-rata PDB per kapita nya adalah sebesar Rp55 juta. Sedangkan di luar Jawa densitas bisnisnya hanya sebesar 26 usaha per 1000 angkatan kerja, rata-rata PDB per kapitanya lebih kecil yakni sebesar Rp40 juta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun