Oleh: Willem Wandik, S.Sos (Anggota DPR RI Fraksi PD)
Ditengah -tengah perjuangan para caleg yang bertarung dalam Pemilu Legislatif 2019, tidak ada alat bantu "help" yang mewah "berupa logistik pemilu yang melimpah" yang diberikan oleh partai, selain nama besar Bapak SBY selaku pendiri partai dan juga nama besar beliau sebagai Presiden RI ke-6.
Sebagai kader PD yang terpilih di Parlemen RI sejak periode 2014, dan saat ini kami terpilih kembali untuk periode kedua kalinya (2019-2024), tidak pernah sedikitpun mengeluh dan berpangku tangan selama event pemilu 2019. Kami menyadari, bahwa pilihan untuk berpolitik di PD itu, didasarkan pada "intention" untuk melayani rakyat kami didaerah, yang menjadi basis konstituen di Dapil Pemilihan, serta keyakinan akan nilai-nilai politik yang diajarkan oleh Ketua Umum SBY. Hampir dipastikan ketertarikan itu, didasarkan pada daya tarik ketokohan Bapak SBY sebagai Ketua Umum dan juga Presiden RI ke 6 yang kami pandang berhasil memimpin Indonesia selama 10 Tahun berkuasa.
Dalam perspektif kami selaku kader PD daerah yang berperan di Parlemen RI, Partai Demokrat itu adalah SBY itu sendiri.Â
Pemilu legislatif itu sejatinya adalah "event pemilu Dapil", karena "kepesertaan" para caleg dipilih berdasarkan zonasi pemilihan, yang dibagi berdasarkan daerah pemilihan, yang telah ditentukan disetiap Provinsi/Kabupaten/Kota. Sebagai contoh, kami di Dapil Papua dalam Pemilu DPR RI 2019, berjuang mewakili partai Demokrat untuk merebut simpati dan dukungan masyarakat di Provinsi Papua. Tentunya, keterpilihan kami, bergantung terhadap pilihan yang ditentukan oleh masyarakat kami di Provinsi Papua.
Oleh karena itu, pengunaan "diksi" yang menjustifikasi pencapaian hasil pemilu PD di Tahun 2019 yang dinilai sebagai hasil terburuk dalam pemilu, dengan menyalahkan Ketum Bapak SBY, merupakan narasi yang tidak rasional. Sebab, Pemilu legislatif itu tidak sedang memilih Bapak SBY sebagai calon legislatif di seluruh Dapil Provinsi/Kabupaten/Kota. Â
Diseluruh Indonesia, PD dikenal sebagai partai yang dipimpin oleh SBY. Adapun nama-nama yang belakangan muncul, dengan polemik KLB-nya, bahkan tidak dikenali oleh banyak konstituen PD di daerah. Bagaimana mungkin, mereka bisa melegitimasi usulan KLB?
Sebagai Caleg terpilih, dari Dapil Papua, kami mampu mendulang suara terbanyak dan mampu mengumpulkan total suara Partai mencapai 318.026 suara. Namun, kami sama sekali tidak pernah membayangkan, ada segelintir oknum di internal PD, yang justru menyalahkan Bapak SBY sebagai "kambing hitam" penurunan perolehan kursi PD pada Pemilu 2019.
Namun belakangan, kita mengetahui bahwa sejumlah oknum yang mengatasnamakan Forum Pendiri PD itu, sama sekali tidak memiliki legitimasi untuk mengusulkan KLB, bahkan kepesertaan mereka dalam Pemilu 2019 juga dipertanyakan.
Berapa suara yang mereka sumbang untuk Partai Demokrat? ataukah mereka hanyalah sekumpulan orang yang merasa sudah mulai tidak memiliki peran apa-apa di partai, karena masuknya sejumlah tokoh muda, yang memang memiliki kapasitas yang dapat diandalkan oleh Partai.