Mohon tunggu...
Wilfridus Bria
Wilfridus Bria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Guru di Yayasan Alirena

Guru di Papua, suka membaca dan bermain sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kampung Sumano

8 Juli 2022   19:09 Diperbarui: 8 Juli 2022   19:13 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja GKI Sion di Kampung Sumano, dokpri

 "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet," kata William Shakespeare (26 April 1564 - 23 April 1616), pujangga terbesar Inggris, yang artinya kurang lebih, "Apalah arti sebuah nama? Andaikata kita memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi. Kampung Sumano, tidak pernah terbersit dalam benakku sampai aku menginjakkan kakiku di kampung itu. Kampung yang sebelum aku tiba di sana hanya muncul dalam benak dengan berbagai pertanyaan tentangnya. Bagaimana di sana ya? Bagaimana orang-orangnya? Bagaimana alam dan hutannya? Dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya yang muncul dan tidak bisa kujawab sendiri. 

Setelah perjalanan yang Panjang selama 5 jam dengan longboat dari Teminabuan, ibu kota Kabupaten Sorong Selatan, kami pun tiba. Hari itu tidak akan pernah ku lupakan. Aku tiba di kampung Sumano jam 8 malam, dengan katinting dan turun persis di belakang rumah. 

Apalah artinya nama Sumano, kampung yang hanya terdapat tidak lebih dari 30 rumah? Aku tidak punya ide sedikitpun tentang nama itu sampai suatu waktu aku diberitahu bahwa Sumano itu adalah nama nenek moyang orang kampung tersebut. Sumano tidak hanya representasi sebuah sejarah, tetapi lebih dari itu adalah sebuah perjalanan spiritual nenek moyang yang akan terus ada dalam hati. Menyebut nama Sumano bagi masyarakat, sama dengan mengenang kembali kisah-kisah cinta dan pengorbanan para leluhur. Kampung Sumano, yang tercatat sebagai salah satu kampung yang ada dibawah naungan Distrik Kais ini, dalam banyak hal tidak berkembang, namun memiliki jiwa dan semangat yang besar untuk maju.

Masyarakat kampung Sumano tinggal di bantaran sungai Benawa. Benawa merupakan kampung yang lebih besar di sebelah barat Sumano. Sungai adalah bagian yang tidak terpisahkan bagi masyarakat kampung Sumano, yang jumlah penduduknya tidak lebih dari 300 jiwa ini. Sungai adalah kehidupan karena semua roda kehidupan berawal dan berakhir tidak jauh dari sungai. Orang bertanya, apa potensi terbesar kampung kami ini, kampung yang setelah beberapa waktu berada di sana aku merasa sebagai kampung sendiri? 

Hutan adalah ibu bagi masyarakat di kampung dan sungai adalah bapak bagi mereka. Banyak kekayaan di dalam hutan dan sungai yang tidak ternilai harganya. Setiap warga selalu bangga ketika menceritakan tentang luasnya dusun (ladang)nya, dan luasnya tanah ulayatnya. Bertahun-tahun, secara turun temurun mereka telah menjaga kekayaan hutan dan sungainya, karena dari hutan dan sungai mereka menimba kekuatan dan iman dari Tuhan yang mereka Imani, yang telah memberi mereka kehidupan.

Apalah arti nama Sumano tanpa kebesaran kasih Tuhan? Nama hanya akan menjadi nama, tetapi nilai dan kekuatan dari nama itu akan terbawa terus dari generasi ke generasi yang muncul dari kampung kecil sumano, dari anak-anak hebat yang lahir dan dibesarkan di sana. Dan bagi saya, seorang pendatang, yang hanya singgah di sana, Sumano akan terus menjadi cerita dan kekuatan.  Karena di kampung dan orang-orangnya yang tidak pernah ada dalam mimpi-mimpiku, sekarang menjadi bagian dari hidupku. Menjadi keluargaku. Aku kini bisa berkata dengan bangga, aku telah menjadi satu dari mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun