Mohon tunggu...
Iden Wildensyahâ„¢
Iden Wildensyahâ„¢ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Atas Nama Apapun Plagiarisme Itu Tidak Boleh, Say!

5 Juni 2017   23:38 Diperbarui: 6 Juni 2017   00:53 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atas Nama Apapun Plagiarisme Itu Tidak Boleh, Say!

Saya tidak tahan untuk menuliskan tentang kasus plagiarisme yang muncul di media sosial. Tanpa harus saya sebutkan nama dan kasusnya, saya rasa sudah jelas karena akan bermuara ke sosok remaja itu. 

Plagiarisme selalu menjadi bahasan yang panas di kompasiana. Tercatat setiap kali ada kasus plagiarisme, bahasan yang lain seolah menjadi tidak penting. Yah, saya menemukan kasus plagiarisme ini sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dibahas karena berhubungan dengan mental anak bangsa yang seharusnya malu untuk melakukan kegiatan plagiat terhadap karya orang lain.

Selain itu, para penulis di kompasiana rerata pernah mengalami dimana tulisannya diambil begitu saja oleh orang lain tanpa ijin alias dicolong, alias dicuri, yang sama dengan diplagiat oleh penulis lainnya. Pencuri konten! Itu sangat memalukan dan penting untuk dibahas di kompasiana. Tak sedikit yang menuliskan betapa pentingnya kita menghargai karya orang lain, jika tidak bisa ijin secara langsung, minimal mencantumkan sumber tulisan.

Tulisan di blog, baik di blog sendiri atau blog keroyokan semacam kompasiana, atau di media sosial seperti facebook, menjadi incaran empuk para plagiator-plagiator yang tidak mau berpikir dan bersusah payah membaca, mencari referensi, mengkaji kemudian menuliskannya.

Tercatat saya pernah menuliskan tentang cerita plagiator ini sejak tahun 2010. Misalnya Indikasi Plagiasi yang muncul karena begitu banyak orang yang mengambil tulisan dari kompasiana kemudian dipublish diblog sendiri. Saat itu saya menulis sebagai berikut:

"Kompasiana yang memproklamirkan sebagai rumah sehat menulis ternyata tidak lepas dari plagiasi. Ada beberapa postingan yang terindikasi hasil plagiasi dari blog atau email atau situs web lain yang di copy paste begitu saja ke kompasiana. Tinggal copy paste lalu posting di kompasiana, maka karya plagiasi akan menjadi sebuah karya yang (seolah) karya dirinya.

Benarkah muara selanjutnya adalah kompasiana? Saya menemukan fakta lain. Justru kompasiana menjadi sumber plagiasi untuk blog atau situs web lainnya. Ini saya temukan ketika banyak tulisan saya yang tiba-tiba mampir di beberapa blog dan situs web di Indonesia. Beberapa masih mencantumkan sumber dan penulisnya tetapi beberapa juga jelas-jelas meng-copy paste tanpa menuliskan sumber dan penulisnya."

Kala itu, Kompasiana menjadi benar-benar tempat yang sehat tapi terkontaminasi oleh virus-virus menyebalkan yang merambah ke setiap blogger yang mau enak sendiri. Lalu, kondisi tersebut tidak berhenti sampai tahun-tahun selanjutnya. 

Ah, bahkan saya ingat pernah menuliskan sebuah saran buat para plagiat untuk Belajar, Dong! Karena kesal dan begitu muaknya dengan plagiator. Saya kutip beberapa bagiannya, "Tak kurang dari kasus di salah satu universitas ternama di Kota Bandung pernah menjadi korban plagiasi ini dan menjadi topik hangat di kompasiana. Kenapa tidak belajar dari kasus terdahulu, bahwa sekali melakukan plagiasi akan menjadi kebiasan karena merasa tidak ketahuan. Tetapi jangan salah, sepandai-pandainya plagiator menyembunyikan diri baunya pasti ketahuan. Sepandai-pandainya plagiator berkelit, pasti ketahuan. Kenapa tidak belajar bahwa kata Om Syam, "Plagiator itu menggali kubur sendiri, tidak harus ditembakpun mati sendiri".

Sebuah Maaf dan Rasa Kasihan

Apakah kebencian ini menyeruak ke permukaan ketika muncul kembali kasus plagiarisme? Apakah tidak ada rasa kasihan untuk seorang anak muda yang sedang belajar menulis? Apakah tidak punya sedikit saja empati untuk seorang yang terdesak karena diperlakukan seperti pencuri? Saya katakan tidak! saya masih tetap punya rasa kasihan dan sayang pada mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun