Mohon tunggu...
Wildatu Iliyin
Wildatu Iliyin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktif

I wish a good day

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Integrasi Ilmu Pengetahuan Umum dan Ilmu Agama

15 Juli 2021   22:05 Diperbarui: 1 November 2021   11:08 3812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Integrasi Sains Modern dan Ilmu Agama

Wildatu Iliyin (21901011119)


Kehidupan dunia mempunyai sisi-sisi yang berdampingan seperti hal nya ada pencipta dan yang diciptakan, ada atas dan bawah, ada baik dan buruk, ada kutub utara dan kutub selatan, ada berbagai macam musim, berbagai pendapat, berbagai macam integritas dan lain sebagainya. Dalam kehidupan ini tentunya mempunyai hubungan erat antara satu dengan lainnya. Tidak terlepas dalam kepercayaan atau agama dan ilmu umum. Dalam memasuki periode modern, tradisi mengalami kesenjangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah sangat kuat mempengaruhi peradaban umat manusia dengan mengesampingkan ilmu agama sebagai tolak ukur dalam kehidupan. Kesenjangan ini telah menghadapkan dunia pendidikan islam dalam beberapa situasi buruk, diantaranya : terjadinya dikotomi yang berkepanjangan antara ilmu agama dan ilmu umum, keterasingan pengajaran ilmu-ilmu keagamaan dari realitas ke modern, menjauhnya kemajuan ilmu pengetahuan dari nilai-nilai agama. Untuk itu, diperlukan paradigma multi dan interdisiplin untuk mengembangakan dan memperkaya wawasan keilmuan ilmu-ilmu agama islam dalam membongkar ekslusivisme, ketertutupan dan kekakuan disiplin keilmuan agama yang hidup dalam lingkungan dan pemikiran yang sempit.

Pada abad pertengahan yakni pada saat umat islam kurang memperdulikan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadilah pemisahan agama dari ilmu pengetahuan. Pada masa itu yang berpengaruh di masyarakat islam adalah para ulama tarekat dan ulama fiqih. Keduanya menanamkan paham taklid dan membatasi kajian agama hanya dalam bidang yang sampai sekarang masih dikenal sebagai ilmu-ilmu agama seperti fiqih, tauhid, tafsir. Ilmu tersebut mempunyai pendekatan normatif dan tarekat, tarekat hayut dalam wirid dan dzikir dalam rangka mensucikan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjauhkan kehidupan duniawi. Pada saat itu ulama tidak tertarik mempelajari hal yang berbau duniawi atau alam dan kehidupan manusia secara objektif, bahkan sampai ada yang mengharamkan untuk mempelajari filsafat, padahal dengan mempelajari filsafat IPTEK dapat berkembang dengan pesat dan dapat mengiringi perkembangan sesuai kebutuhan manusia. Karena keduanya saling berhubungan erat, hal ini berakibat pada pendangkalan ilmu-ilmu umum, ilmu umum dipelajari secara terpisah dengan ilmu agama. Ilmu agama menjadi tidak menarik karena terlepas dari kehidupan nyata, sementara ilmu umum berkembang tanpa sentuhan etika dan spiritualitas agama, sehingga disamping kehilangan makna juga bersifat detruktif. Pada akhir abad ke-19, keadaan sedikit demi sedikit berubah, ide-ide pembaharuan mulai diterima dan didukung oleh sebagian umat muslim kala itu. Menurut para ilmuwan dan cendikiwan muslim pada saat itu, pengembangan IPTEK perlu dikembalikan pada kerangka dan perspektif ajaran islam atau bisa disebut dengan islamisasi sains. Sejak saat itulah gerakan islamisasi ilmu pengetahuan mulai berjalan sedikit demi sedikit dan kajian mengenai islam dalam hubungan nya dengan pengembangan iptek mulai digali dan diperkenalkan. Hal tersebut membuat ilmu agama sedikit lebih tertinggal dengan ilmu pengetahuan umum, sehingga pada saat itu tidak sedikit ilmuan barat yang mengesampingkan ilmu agama. Mereka tidak memperdulikan ilmu agama dan hanya percaya dengan segala sesuatu yang logis dan dapat dibuktikan secara nyata.

Terjadinya perceraian sains modern dari nilai-nilai tentang Tuhan ini memberikan implikasi negatif. Dalam sains modern melihat alam beserta hukum dan polanya, termasuk manusia sebagai objeknya hanya secara material dan insidental yang eksis tanpa interfensi Allah SWT. Oleh karena itu manusia dapat membedah dan mengeksploitir kekayaan alam tanpa perhitungan. Masyarakat muslim mempunyai pandangan hidup berbeda dengan barat, dalam memahami relitas sosial secara metodologis. Dengan begitu keilmuan islam dianggap hanya bersentuhan dengan nilai teologis, terlalu berorientasi pada religiusitas dan spiritualitas tanpa memperdulikan betapa pentingnya ilmu-ilmu sosial dan ilmu kealaman, yang dianggap tidak boleh memasukkan hal-hal yang berbau spiritual atau keagamaan ke dalam urusan politik, negara atau institusi publik lainnya. Dengan dalih menjaga identitas keislaman dalam liberalisasi budaya global, para ulama dan ilmuan muslim bersikap defensif dengan mengambil posisi konservativ-statis, yakni dengan mengedepankan ketaatan fanatik terhadap syariah. Mereka menganggap bahwa syariah (fiqih) adalah hasil karya yang tetap dan paripurna, sehingga segala perubahan dan pembaharuan merupakan bentuk penyimpangan, dan setiap penyimpangan adalah terkutuk, sesat, dan bid'ah. Dengan dasar seperti itu, mereka melupakan sumber utama kreativitas yakni ijtihad, bahkan mencanangkan atau memaklumkan ketertutupannya. Dalam menghadapi perubahan dan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi manusia pada zaman sekarang ini, umat islam dapat menyusun semula dasar keutamaan dalam bidang pendidikan untuk masa depan. Karena masyarakat islam tentunya juga tidak boleh mengabaiakan pendidikan ilmu ketuhanan, dan masyarakat islam juga harus mempelajari ilmu keduniaan dan profesional yang dapat mengangkat martabat dan kehidupan masyarakat dalam dunia yang penuh dengan persaingan ini.

Allah menciptakan manusia di dunia ini sebagai hambanya, disamping itu manusia memiliki tugas pokok yaitu menyembah-Nya. Selain itu manusia juga sebagai khalifah atau pemimpin dimuka bumi, oleh karena itu manusia diberi kemampuan jasmani dan rohani yang dapat ditumbuh kembangkan seoptimal mungkin. Sehingga menjadi alat yang berdaya untuk menyelesaikan tugas pokok dalam kehidupan di dunia.  Hidup tidak terlepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan tidak hanya untuk hidup, ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup, hal tersebut dapat diwujudkan dan memerlukan pendidikan untuk memperolehnya. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan penting dalam membentuk generasi mendatang, dengan demikian melalui pendidikan nilai-nilai ketauhidan diharapkan menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab sebagaimana pengaplikasian dari ilmu pengetahuan umum dan agama yang diperoleh. Dengan demikian pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk menentukan sampai dimana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai dan juga ilmu keagamaan sebagai tolak ukur yang bersifat universal. Dengan adanya integrasi ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama akan memiliki keterkaitan atau hubungan yang kuat sehingga tampil dalam satu kesatuan yang utuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun