Mohon tunggu...
Wildan Maulana Kutub
Wildan Maulana Kutub Mohon Tunggu... Freelancer - Instagram: @Wldn_mlna

Wildan Maulana Kutub atau biasa dikenal Wildan M k ini, lahir di Ciamis pada tanggal 11 Agustus 2000. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Saat ini dia aktif menulis kutipan di Sosial Media @perspektif_cafein dan telah menerbitkan buku pertama yang berjudul Habis Terbit Tenggelam. Sekarang penulis berdomisili di Tangerang Selatan. Untuk menghubunginya bisa melalui akun instagram yang dikelolanya @perspektif_cafein

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berdiri Atas Kemauan Sendiri

26 Juni 2021   15:04 Diperbarui: 6 Juli 2021   02:02 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita bukanlah diri kita. Kita hanyalah seseorang yang terus sembunyi dibalik topeng yang menutupi diri kita yang sesungguhnya. Dua jenis topeng yang telah lama diciptakan oleh lingkungan yang ada di sekitar kita; yaitu tentang nilai benar dan salah. Singkat kata, kita telah begitu jauh terjebak pada nilai benar dan salah yang telah disepakati bersama-sama. Ketika kita melakukan sesuatu kesalahan, otomatis semua orang yang ada disekitar kita akan merendahkan kita, bahkan kita sendiri akan membenci diri kita yang tidak bisa memenuhi tuntutan masyarakat. Namun, jika kita melakukan hal yang benar, secara otomatis diri kita akan di sanjung bahkan di tinggi-tinggikan oleh masyarakat.

Sejak dari kecil kita telah diprogram menjadi manusia yang harus bisa menyenangkan semua manusia. Bahkan sering kali hal-hal yang sering kita lakukan ini, membuat diri kita sendiri merasa tidak begitu merasa senang karna kita selalu dituntut untuk memenuhi segala nilai yang ada didalam masyarakat, yang kita sendiri tidak ingin memenuhi nilai itu. Namun, jika kita tidak bisa memenuhi segala nilai yang terdapat didalam masyarakat kita otomatis akan dianggap sebagai orang yang tidak layak, atau orang yang tidak berguna, dsb. Berbagai cara dilakukan untuk memenuhi segala tuntunan masyarakat. Seperti kita harus mendapatkan gelar yang banyak dibelakang nama, mendapatkan pekerjaan yang enak, tanah yang banyak, Atau segala hal yang membuat masyarakat merasa bangga terhadap diri kita. Kita telah terjebak didalam sebuah siklus yang ada didalam masyarakat. Entah siklus ini tercipta sejak jaman orba, yang dimana orang tua kita dulu selalu menganggap orang yang hebat adalah seorang birokrasi. Atau Jauh dari itu, mungkin sejak dari jaman kerajaan-kerajaan yang ada nusantara.

Kita selalu menipu diri kita sendiri, selalu menipu keinginan yang telah lama kita ciptakan didalan diri kita. Kitapun tidak pernah merasa mendapatkan kebebasan didalam diri kita, karna kita selalu memenuhi nilai-nilai yang terdapat didalam masyarakat. Justru menurut padangan saya, orang yang benar-benar hidup dalam kebebasan adalah anak punk (anak jalanan) orang yang selalu dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Sebab apa yang dia (Anak punk/Jalanan) lakukan berdasar pada kemauannya dan keinginannya sendiri, bukan lagi berdiri berdasarkan pada nilai yang terdapat masyarakat. Dia telah berhasil melangkah melampaui nilai-nilai yang terdapat pada masyarakat. Dia tidak berdiri berdasar pada nilai benar dan salah yang diciptakan masyarakat, dia berdiri melampaui nilai-nilai itu.

Kita tidak perlu menjadi anak punk/jalanan agar kita mendapatkan kebebasan. Kita hanya perlu melampaui segala nilai yang ada didalam masyarakat, belajar berpikir dan bertindak melampaui nilai benar dan salah yang ada dimasyarakat, selama apa yang kita lakukan ini tidak merugikan orang yang ada disekitar kita. Banyak hal yang menurut masyarakat itu benar justru menurut kita tidak benar. Banyak hal yang menurut masyarakat salah, justru menurut kita itu benar. Kebenaran dan pembenaran itu sangat jauh berbeda. Dan kebenaran adalah suatu hal yang absurd.

-Wildan M k
22juni2021

Instagram : @Perspektif_cafein

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun