Mohon tunggu...
Wila Bunga
Wila Bunga Mohon Tunggu... Guru - Berprofesi sebagai pendidik terpanggil memajukan bangsa dari remote area

Guru SMP Negeri 2 Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur, Propinsi NTT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aku, Profesiku dan Caraku Mendidik Murid

24 Juli 2014   07:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:24 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

AKU, PROFESIKU DAN CARAKU MENDIDIK MURID

Bisa Karena Biasa

Waingapu. Aku adalah seorang guru. Bagiku, profesi sebagai seorang guru adalah profesi yang sangat membanggakan. Bagaimana tidak membanggakan, bisa mendidik dan dipercaya para orang tua murid untuk menjadikan anak-anak mereka menjadi anak yang hebat. Bagiku, ini sangat luar biasa. Selain itu, profesi ini membuatku lebih sering tersenyum. Setiap kali melihat mereka bisa, mengerti, dan bertanya tentang pelajaran yang aku ajarkan, aku selalu tersenyum. Setiap kali mereka menyapa dan mengucapkan “Selamat pagi, Pak!”, aku kembali tersenyum dan menjawab sapaan mereka. “ Selamat pagi juga anak-anak!.” Seakan semua semangat terisi penuh melihat mereka yang semangat menerima pelajaran.

Namaku Wila Bunga. Mereka biasa memanggilku Pak Bunga. Aku mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Bagi mereka, pelajaran ini sangat membosankan, kurang menyenangkan, dan sulit. Maklum, pelajaran ini tentang bahasa asing. Setiap pelajaran, mereka harus membawa kamus untuk memahami setiap yang tertulis di buku pelajaran. Mereka juga harus mendengarkan baik-baik apa yang aku ucapkan agar bisa menuliskan dengan benar dan memahami artinya. Mereka juga harus membaca sesuai dengan pelafalan yang benar agar bisa memahami maksud yang sesungguhnya. Aku selalu mengatakan pada mereka, belajar tidak hanya dengan pikiran atau banyak orang menyebutnya dengan otak. Tapi, belajar juga dengan hati. Mendengar untuk menulis, membaca untuk tahu, merasakan untuk memahami, dan berpikir untuk membenarkan.

Tidak hanya cukup disitu. Mengajar tidak hanya dengan ucapan semata. Mengajar harus dengan hati, pikiran, tindakan, dan aksi. Suatu ketika, aku jengkel pada mereka, “Anak-anak, kenapa hari ini banyak yang tidak mengumpulkan tugas?”

“Saya tidak mengerti, Pak!” kata salah seorang muridku.

“Ada mati lampu, Pak Guru!” salah seorang memberikan alasannya.

“Tidak ada waktu, Pak Guru!” salah seorang lagi memberikan alasan.

“Mereka hanya alasan, Pak Guru! Mereka malas belajar.” Kata seorang muridku yang mengerjakan tugas.

“Iya, Pak Guru! Tugasnya kan mudah sekali.” Jelas seorang lagi.

Rasanya, aku mendapat permenungan baru. Bagaimana cara membangkitkan rasa disiplin dan tanggung jawab mereka. Teringat sebuah kata pepatah, mengatakan Bisa Karena Biasa, menurut Dale Carnigie you can if you think you can dalam buku yang pernah saya baca.“Baiklah, kalau kalian banyak beralasan begitu, mulai minggu depan siapkan buku tugas dan setiap tugas harus ada tanda tangan dari saya. “ jelas saya kepada mereka.

“Iya, Pak Guru!” jawab mereka.

“Kalau kalian mendapat 15 tanda tangan dari saya, kalian akan mendapat reward yang berupa nilai lebih dari 90. Tapi, kalau kurang dari 7, nilai nol.” Jelasku.

“Iya, Pak Guru!”

Menurutku cara ini efektif untuk mendisiplinkan mereka. Dan terbukti berhasil. Mereka membutuhkan sedikit rangsangan untuk sekedar membuat mereka bersemangat belajar. Untuk saat ini, aku masih menomorduakan hasil. Bagiku, semakin biasa mereka mengerjakan semakin mudah pelajaran terserap dengan baik. Teori tidak akan ada hasil tanpa aksi, dan aksi akan membenarkan teori jika sering dilakukan.

“Pak Bunga, saya sudah hafal Greetings.”

“Bagaimana cara kamu menghafal? Bukannya kamu sulit menghafal sesuatu. Bahkan buku tugamu saja hampir terlupa .” Candaku pada Roxy.

“Saya kan sudah biasa mengerjakan tugas Greetings dari Pak Guru!” jawabnya dengan polos.

Lega rasanya mendengar jawaban polosnya. Puji Tuhan ketika mereka bisa karena mereka sudah biasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun