Mohon tunggu...
Wikan Widyastari
Wikan Widyastari Mohon Tunggu... Wiraswasta - An ordinary mom of 3

Ibu biasa yang bangga dengan 3 anaknya. Suka membaca, menulis,nonton film, berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dilema dalam Membantu Orang yang Kesulitan

6 Maret 2023   10:02 Diperbarui: 6 Maret 2023   10:03 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pengalaman saya ini, mungkin banyak juga yang mengalaminya. Saya nggak tahu pasti. Orangtua saya selalu mengajarkan kami, anak anaknya untuk jangan membiarkan orang yang meminta bantuan kita, entah berhutang atau apapun pergi dengan tangan kosong. Kalaupun nggak bisa memberi hutang,ya bantu saja seikhlasnya. Dan itu saya pegang sampai sekarang. Karena memang saya juga orang yang tegaan dan kenapa harus susah membantu jika memang ada rejeki?

Lalu kenapa ini menjadi dilema?  Begini ceritanya. Ada seseorang yang tetiba nge wa saya mau menjual barang barang angkringannya karena angkringannya tutup ga ada yang beli di masa pandemi. Katanya itu untuk makan. Ya karena makan adalah kebutuhan primair ya, pastlah saya bantu. 

Dia membutuhkan uang sekian ratus ribu waktu itu, dengan ditukar beberapa barang. Nah, karena menurut saya ini urgent, saya bantu saja deh, hanya dengan mengambil 1 barang saja, kalau nggak salah waktu itu galon aqua. Saya bilang yang lain siimpan aja, siapa tahu nanti bisa dipakai untuk buka angkringan lagi. 

Beberapa minggu kemudian, wa lagi dengan alasan apa saya lupa, butuh bantuan, ya bantu lagi. Yang ketiga wa butuh bantuan untuk mengggugat cerai suaminya yang KDRT, dan melakukan pelecehan terhadap anak2nya lengkap dengan cerita yang memilukan. 

Entah benar atau tidak, karena kasihan saya bantu dengan beberpa teman biaya sidang cerainya.  Nah, lalu terus berlanjut, wa yang masuk ke saya hanya untuk minat bantuan, mau hutang untuk modal usahalah, untuk inilah untuk itulah. Akhirnya saya tolak, karena sepertinya kok saya merasa jadi mesin ATM dia. 

Karena tak mau diganggu terus, akhirnya no nya saya blok. Lelah juga kalau di wa orang hanya untuk meminta sedekah, bantuan dan hutang terus. Makin qeqi karena ternyata dia lakukan hal sama terhadap beberapa teman yang lain. WA mau hutang untuk ini dan itu. 

Nah, ini lagi, suatu saat di addfriend seseorang yang tidak saya kenal, karena seorang ibu dan ada beberapa mutual ya, saya konfirm aja, eh, langsung DM, katany dia tetangga kampung saya, dan minta bantuan sedekah untuk beli kacamata anaknya. Karena ngerasa ga kenal dan agak gimana gitu, nge add friend ternyata hanya untuk minta sedekah ya saya bilang ga bisa bantu. 

Eh, masih ngeyel, seikhlasnya aja bu, berapa aja saya terima, katany, ini anak saya malah sesak napas. Lah,ini gimana, memang karena saya anaknya jadi sesak nafas? Nggak ada basa basinya juga, begitu dikonfirm langsung minta bantuan sedekah. Duh...

Saya selama ini memang berusaha semampu saya untuk membantu siapapun yang kesulitan, tak terhitung tetangga yang datang, meminjam barang 100 atau 200 ribu, dengan jani dikembalikan jika ini dan itu. Saya biasanya langsung saya kasih aja, dengan niat membantu tanpa mengharap kembali. Ikhlasin aja. Karena saya pikir, mungkin efek pandemi covid memang sangat berat bagi masyarakat kebanyakan yang tidak punya penghasilan tetap. Karena Allah SWT sudah memberi banyak kemudahan bagi saya dan anak anak, jadi selayaknya jika saya juga memberi kemudahan bagi orang lain yang membutuhkan. 

Tapi jika orang yang sama datang lagi dan lagi dan lagi untuk meminta sedekah, hutang danlainlain, nampaknya saya harus lebih selektif dalam membantu, agar tidak malah membuat mereka tergantung, malas usaha, karena sudah merasakan enaknya berhutang atau minta sedekah. Atau bahkan nanti saya dijadikan mesin ATM. Sedih sih, sebenarnya, tapi mau gimana lagi? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun