Mohon tunggu...
Wikan Widyastari
Wikan Widyastari Mohon Tunggu... Wiraswasta - An ordinary mom of 3

Ibu biasa yang bangga dengan 3 anaknya. Suka membaca, menulis,nonton film, berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hanya Padamu

1 Februari 2021   06:01 Diperbarui: 1 Februari 2021   06:37 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku ingin jatuh cinta lagi. Lagi dan lagi.

 Hanya padamu. Pada tatapan matamu yang meluruhkan seluruh sendi-sendiku.Pada senyummu yang membuatku gemetar tak terkendali. Pada pelukanmu di suatu sore bergerimis, dengan detak jantung tak lagi ritmis. Pada teriakan tertahan yang kamu ucapkan"Aku tak tahan lagi, aku mencintaimu, aku ingin memelukmu sepanjang hidupku" lalu kamu memelukku erat, tak peduli dengan tatapan orang di sepanjang trotoar, tak peduli pada gerimis yang makin menderas, tak peduli bahwa ucapan itu, akan berubah menjadi mimpi buruk bagiku. Bertahun-tahun lamanya.

Aku ingin jatuh cinta lagi. Lagi dan lagi. 

Hanya padamu. Pada ketukan pintu di siang yang panas. Pada ketukan pintu di sore yang indah, pada ketukan pintu di malam yang sepi. Pada ketukan pintu dan deru mobil yang selalu kurindukan berhenti di depan rumahku. Lalu senyum penuh cinta dan dan tangan kokoh yang membawa oleh-oleh sederhana untukku. Namun membuatku merasa menjadi perempuan paling dicintai di dunia ini. Menjadi perempuan paling cantik dan paling pintar di dunia ini. Menjadi perempuan kuat yang bisa mengatasi apapun masalah yang mendera.

Aku ingin jatuh cinta lagi. Lagi dan lagi. 

Hanya padamu. Pada sore indah di tengah hamparan hijau sawah, dan lirik gemericik air, melenggang menuruni pintu air yang membendungnya agar tak menjadi liar. Pada gagahnya Merapi dan Merbabu di ujung pandang mata kita. Pada pangkuanmu yang hangat kala kita duduk di bendungan dengan buku di tangan kita masing-masing.

Aku ingin jatuh cinta lagi. Lagi dan lagi. Hanya padamu. 

Tapi aku harus menyerah pada takdir, yang telah merenggutmu dengan keras. Tak berhati. Meninggalkanku dalam lara bertahun-tahun lamanya. Meninggalkan bekas luka yang tak pernah mengering. Aku harus menyerah, Ketika orang yang mencintaiku dengan sungguh-sungguh, tak kan pernah jadi milikku. Aku harus menyerah, betapapun pahitnya, karena cinta, kini menjadi privilege yang tak mungkin ku jangkau. Karena tak ada cinta yang merdeka.

1 Februari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun