Mohon tunggu...
Wijaya Yasmin
Wijaya Yasmin Mohon Tunggu... Insinyur - Wijaya Yasmin alumni IPB

Wijaya Yasmin, alumni IPB, Bogor. Ahli dan praktisi manajemen perkebunan kelapa sawit. Agama dan politik pun faham.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mendudukkan Prabowo pada Tempatnya

14 Juli 2019   16:29 Diperbarui: 14 Juli 2019   16:40 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di era ORBA, karirnya melejit dgn cepat. Dari prajurut Kopassus (dulu Kopasandha) sampai menjadi Danjen Kopassus dan terakhir sebagai Pangkostrad dengan pangkat Letnan Jendral TNI.

Apakah semua itu berkaitan dengan status beliau sebagai menantu Pak Harto? Boleh jadi demikian. Namun kecerdasan dan keberanian beliau dalam menjalankan tugas sbg prajurit TNI diakui oleh berbagai kalangan.

Beliau memperhatikan kesejahteraan anak buah. Beliau turun langsung mengatur strategi, sampai ke Timtim dan Irian Jaya.

Setelah pak Harto lengser, beliau dituduh menculik dan membunuh beberapa orang aktivis. Lalu ada pula tuduhan bahwa beliau akan melakukan kudeta. Tak ayal lagi, beliau disidang oleh Dewan Kehormatan Perwira dgn vonis diberhentikan dari TNI (kabarnya hingga saat ini uang pensiun beliau masih cair setiap bulan).

Beberapa tahun beliau berkelana ke Luar Negeri, bahkan sempat menjadi pelatih perang di Yordania sana. Ketika kembali ke tanah air, beliau mendirikan parpol.

Lewat parpol itu dan dukungan parpol lain,  pada tahun 2009 beliau berpasangan dengan Mega untuk maju pada pilpres. Mereka berdua gagal.
Waktu itu ada perjanjian (disebut sbg Perjanjian Batu Tulis) dimana salah satu kesepakatan dgn kubu Mega, pada periode mendatang (2014), beliaulah yang akan dicapreskan (pada 2009 beliau cawapres). Akan tetapi pada 2014 kubu Mega mencapreskan Jokowi (berpasangan dengan JK) dan menang.

Sebelumnya beliau pernah "menjodohkan" Ahok dgn Jokowi. Setelah pasangan itu sukses memenangkan pilgub DKI, Ahok menyatakan keluar dari parpol beliau yang mengusung Ahok.

ada pilgub DKI berikutnya, beliau tiba2 mengusung Anies sebagai cagub DKI, berpasangan dgn Sandiaga. Anies yang pernah jadi timses dan mentri Jokowi, di luar dugaan banyak orang, berhasil memenangkan pilgub, menumbangkan Ahok.

Pada pilpres 2019 beliau kembali mencapreskan diri bersama Sandiaga sbg cawapres. Beliau tdk mengambil ulama sbg cawapres, sebagaimana yang dilakukan kubu lawan.

Gagal untuk kedua kalinya, walau tim hukum beliau menggugat ke MK. Hasil sidang MK menolak semua gugatan, sehingga keputusan KPU yang memenangkan pasangan lawan dgn perolehan 55,5% dinyatakan sah.

Tiba-tiba kemarin beliau jumpa Jokowi di stasiun MRT. Timbul pro dan kontra atas pertemuan itu. Sebagian bilang beliau telah berkhianat. Sebagian bilang itu hanya taktik politis belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun